Matahari baru saja terbit, memberikan cahaya lembut yang menyelimuti jalanan Malioboro. Brilly sudah berada di sana sejak pagi, kamera tersandang di lehernya. Dia mengenakan kemeja putih yang dibuka diatas kaos hitam, celana jeans hitam, dan sepatu cream yang nyaman.
Ia berdiri di trotoar, menunggu dengan sabar sambil sesekali memeriksa jam tangannya. Di kejauhan, Cantika akhirnya muncul dari arah yang sama. Rambutnya diikat dengan gaya kepang dua, dan dia mengenakan sweater kuning, rok putih, serta sepatu kuning yang cerah. Di pipi kirinya terdapat acne path berbentuk love, menutupi bekas jerawatnya.
Cantika tampak sedikit tergesa-gesa, sambil memegang sebuah roti di tangannya."Maaf, Bril!"
Cantika berteriak, mendekat dengan terburu-buru. "Aku agak molor dan harus mampir beli roti dulu."
Brilly tersenyum melihat penampilan Cantika yang sedikit berbeda dari biasanya. "Santai aja. Wow, Cantika. Kamu kelihatan feminim hari ini .Nggak nyangka deh!"
Cantika berhenti di depannya, mengulurkan satu bungkus roti. "Tuh,roti buat kamu. Aku beli ekstra, jadi jangan bilang kalau aku telat."
Brilly menerima roti dengan senyuman lebar. "Wah, makasih! Nggak masalah kok telat. Lagian, kamu juga tampil keren hari ini."
Cantika tertawa ringan. "Enggak sih, cuma pengen beda aja. Lagian, aku juga bingung harus pakai apa buat hari ini."
Mereka mulai berjalan menyusuri jalanan Malioboro.Suasana pagi di sana cukup ramai dengan pejalan kaki dan pedagang kaki lima. Brilly mengeluarkan kameranya, mempersiapkan diri untuk sesi foto, sementara Cantika melanjutkan makan rotinya sambil sesekali melirik jam.
"Gimana, Bril? Aku udah berapa lama ngabisin roti ini?" tanya Cantika dengan mulut masih penuh.
Brilly tertawa. "Gatau, mungkin udah beribu - ribu detik, hahaha."
Cantika menepuk bahu Brilly. "Sialan kamu Brill! Oh iya, udah coba telepon Kesya?"
Brilly mengangguk. "Iya, aku udah coba beberapa kali. Tapi ga diangkat-angkat."
Setelah dua jam berlalu, Brilly dan Cantika sudah lelah berdiri dan menunggu. Cantika memutuskan untuk menelepon Kesya lagi.
Kali ini, dia mendapatkan jawaban setelah beberapa dering."Hallo, Cantika?" suara Kesya terdengar dari ujung telepon,terdengar agak serak.
"Halo, Kesya! Kamu kemana aja? Kita udah nunggu di sini dari pagi,"tanya Cantika dengan nada kecewa.
"Maaf banget, Cantika. Aku lagi di luar kota dan sinyalnya parah banget di sini. Aku baru bisa jawab sekarang. Maaf banget aku nggak bisa kasih kabar sebelumnya," jelas Kesya dengan nada menyesal.
Cantika menghela napas panjang. "Gak apa-apa, Kesya. Kita bakal coba lagi lain kali."
Brilly yang sedang mengamati suasana dengan kamera di tangan merasa sedikit kecewa, tapi ia berusaha untuk tetap santai. "Nggak masalah, Cantika. Kalau Kesya nggak bisa, mungkin kita bisa ganti rencana. Kamu mau jadi model foto hari ini?"
Cantika memandang Brilly dengan penuh tanya. "Aku? Model?"
Brilly mengangguk. "Iya, kenapa nggak? Kamu keliatan keren banget hari ini, jadi mungkin ini kesempatan bagus buat kita berlatih dan dapet foto yang oke."
Cantika tersenyum lebar. "Oke deh, kalau gitu. Ayo kita coba!" Cantika mengangguk dengan penuh semangat.
"Oke deh, kalau gitu. Ayo kita coba!" Brilly memandang Cantika dengan penuh antusiasme. "
Bagus! Ayo kita mulai. Kamu siap?" Cantika mengangguk dan bersiap. Mereka mulai mempersiapkan lokasi dan setting foto di sekitar Malioboro. Brilly menempatkan kamera di posisi yang ideal dan mengarahkan Cantika untuk berbagai pose.
Sementara itu, Cantika mencoba berbagai gaya dengan ekspresi ceria dan penuh percaya diri."Bagaimana? Keren, kan?"
Cantika bertanya sambil berpose dengan latar belakang gedung-gedung bersejarah Malioboro. Brilly tersenyum lebar, memeriksa hasil foto di layar kamera. "Keren banget! Kamu tampil sangat alami di sini. Terima kasih sudah jadi model hari ini."
Cantika tersenyum bangga. "Senang bisa bantu. Lagipula, ini juga jadi kesempatan buat aku merasakan dunia model, haha."
Mereka melanjutkan sesi pemotretan dengan penuh canda tawa. Cantika mencoba berbagai pose dan gaya yang berbeda, sementara Brilly memberikan arahan dengan sabar. Setiap klik kamera menangkap momen-momen ceria dan bersemangat dari Cantika, menjadikannya sesi yang sangat produktif.
Tak terasa waktu berlalu, dan matahari mulai tinggi. Cantika memeriksa jam tangannya. "Wah, udah hampir siang! Kita harus siap-siap untuk nonton pertandingan basket nanti."
Brilly mengangguk. "Iya, betul. Kita udah dapet banyak foto keren. Sekarang waktunya istirahat sebelum kita berangkat ke pertandingan."
Setelah mereka selesai berfoto, Brilly dan Cantika mencari tempat makan di sekitar Malioboro. Mereka menemukan sebuah warung makan yang nyaman, dengan meja kecil di bawah naungan payung besar.
Mereka duduk dan memesan makanan.Sambil menunggu pesanan tiba, Cantika memulai percakapan. "Jadi,kita udah dapet banyak foto keren pagi ini. Sekarang, saatnya fokus ke rencana kita nanti sore."
Brilly mengangguk sambil mengaduk minumannya. "Iya, betul. Kita harus memastikan semuanya siap sebelum pertandingan basket dimulai."
Cantika terlihat sedikit gugup. "Aku berharap Miguel bisa membantu kita. Lagipula, dia kan anggota tim basket dan bisa jadi jembatan untuk aku mendekati Dimas."
Brilly tersenyum meyakinkan. "Tenang aja. Miguel udah siap bantu.Dia bahkan udah bilang bakal bikin Dimas lebih 'terbuka' untuk kita."
Cantika menghela napas, merasa lebih tenang. "Aku harap begitu.Aku udah lama suka Dimas, dan aku pengen banget punya kesempatan lebih dekat sama dia."
Brilly mengangguk. "Aku ngerti kok. Jadi, rencana kita adalah Miguel akan memperkenalkan kamu ke Dimas sebelum atau sesudah pertandingan, dan semoga semuanya berjalan lancar.
"Benar," tambah Cantika.
"Dan kita juga harus paham kapan waktu yang tepat untuk mendekati Dimas. Aku gak mau terlihat terlalu terburu-buru."
Brilly memeriksa jam tangannya. "Oke, kita punya waktu sekitar satu jam sebelum pertandingan dimulai. Kita bisa menggunakan waktu itu untuk mempersiapkan strategi dan memastikan Miguel tahu perannya."
Makanan mereka akhirnya datang, dan mereka mulai makan sambil melanjutkan diskusi. "Ngomong-ngomong, apa rencanamu kalau Dimas mulai ngobrol dengan kamu?" tanya Brilly, menggigit sepotong sandwich.
Cantika memikirkan jawabannya. "Aku bakal coba untuk santai dan berbicara tentang hal-hal yang dia suka. Kalau bisa, aku pengen tahu lebih banyak tentang minat dan hobinya."
"Bagus," kata Brilly, sambil memeriksa catatan kecil diponselnya.
"Dan jangan lupa, Miguel bakal ada di sana juga. Dia bisa jadi pembuka percakapan yang bagus dan membantu memecahkan kebekuan."
"Setuju," kata Cantika.
"Dan aku bakal pastikan untuk menunjukkan antusiasme dan kepedulian. Aku yakin itu bakal membantu." Mereka melanjutkan makan dengan suasana yang lebih santai.
Cantika tampak lebih percaya diri setelah mendiskusikan rencana mereka, sementara Brilly terus memberikan dukungan.Tak lama setelah itu, mereka memutuskan untuk pergi ke tempat pertandingan basket. Mereka menuju lapangan dengan semangat, siap untuk melaksanakan rencana mereka dan menikmati pertandingan yang akan datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEY CANTIK
RomansaBrilly, seorang remaja pemalas namun jenius, menjalani tahun ajaran baru dengan tekad sederhana: lulus sekolah dan punya pacar populer. Tapi hidup di SMAN 198 Yogyakarta tak sesederhana itu. Ketertarikannya pada Kesya, cewek OSIS yang selalu jadi...