Bagian 19

1 1 0
                                        

Pagi itu, suasana di lapangan sekolah sangat meriah.

Semua siswa berkumpul untuk menyaksikan pertandingan futsal antara kelas XI A1 yang dipimpin oleh Brilly dan kelas XII A1 yang dipimpin oleh Dimas.

Di pinggir lapangan, Pak Hadi berdiri dengan mic di tangan, siap menjadi komentator.

"Selamat pagi, semuanya ! Hari ini kita akan menyaksikan pertarungan final antara kelas XI A1 dan kelas XII A1 ! Apakah kalian siap ?" teriak Pak Hadi, disambut sorakan dari penonton.

Brilly, yang menjadi kiper, tampak tegang namun berusaha untuk tetap tenang.

Dia mengenakan sarung tangan kiper yang sedikit kebesaran, sehingga dia terlihat seperti sedang memakai kostum superhero.

Di sisi lain lapangan, Dimas bersiap di posisi striker, matanya penuh semangat.

"Gue bisa, gue bisa, gue bisa," bisik Brilly pada dirinya sendiri, berusaha menenangkan ketegangan.

Miguel, sahabatnya, menepuk bahunya. "Bro, ingat! Jaga gawang kayak jaga pacar jangan sampai ada yang nyelonong !"

Brilly hanya tertawa kecil.

Wasit, Pak Budi, mengangkat peluit dan meniupnya dengan suara nyaring.

"Ayo, pertandingan dimulai !"

Dimas langsung menggiring bola ke arah gawang Brilly.

"Ayo, Brilly ! Semangat jangan kebobolan !" seru Kesya dari pinggir lapangan, bersorak untuk timnya.

Di sisi lain, Cantika juga bersorak untuk Dimas, membuat Brilly merasa sedikit cemburu.

Pertandingan berlangsung sangat ketat.

Dimas berhasil menggiring bola dan menembakkannya, tetapi Brilly dengan cepat menangkisnya dengan tangan kirinya, "Yeaaah !" teriak penonton.

"Brilly, lo keren !"

seru Miguel, ikut berteriak sambil melompat-lompat.

"Lo jadi kiper paling kece, bro!"

Saat waktu berjalan, tensi semakin meningkat.

Masing-masing tim berusaha mencetak gol, tetapi semua usaha masih gagal.

Di sisi lain, Brilly terus menghalau serangan demi serangan.

Dia melompat, menangkis, dan kadang-kadang terjatuh, tapi tetap berdiri lagi dengan semangat.

Penonton pun bersorak, "Brilly! Brilly! Brilly !"

Akhirnya, waktu habis dan skor masih 0-0. Pertandingan dilanjutkan ke adu penalti.

"Ini dia, adu penalti ! Kedua tim sama-sama kuat, tapi siapa yang akan menjadi pemenangnya ?" kata Pak Hadi dengan semangat.

Tim Dimas maju lebih dulu untuk menendang penalti.

Hasan menjadi penendang pertama, mengambil ancang-ancang dan menendang dengan percaya diri.

Bola meluncur mulus ke gawang, dan Brilly hanya bisa melihatnya masuk.

"Satu gol untuk kelas XII A1 !" seru Pak Hadi.

Brilly menjadi penendang pertama dan berhasil mencetak gol !

"Satu gol untuk tim XI A1 !" teriak Pak Hadi.

Selanjutnya, Rama tampil sebagai penendang kedua.

Dengan tenang, dia mengambil tendangan dan berhasil mencetak gol kedua.

"Dua gol untuk kelas XII A1 ! Mereka benar-benar menguasai tekanan !" teriak Pak Hadi.

Fajar tampil sebagai penendang kedua dan dengan tenang berhasil mencetak gol lagi.

"Dua gol untuk kelas XI A1 ! Mereka mulai menyamakan keadaan !" seru Pak Hadi.

Yanuar mengikuti jejak rekannya dengan tendangan ketiga yang sukses, menambah angka untuk kelas XII A1.

"Wah, ini semakin mendebarkan !" kata Pak Hadi, membuat penonton bersorak.

Sekarang giliran tim Brilly untuk menendang.

Iksan maju sebagai penendang ketiga dan juga sukses mengeksekusi tendangannya.

"Tiga gol ! Ini sangat mendebarkan !" kata Pak Hadi.

Muklis menjadi penendang keempat dan dengan sempurna mengeksekusi tendangan.

"Empat gol ! Kelas XII A1 sangat mendominasi !" teriak Pak Hadi dengan semangat.

Ari tampil sebagai penendang keempat dan berhasil menambah skor menjadi empat.

"Empat gol! Kelas XI A1 menunjukkan performa yang luar biasa !"

Akhirnya, giliran Dimas untuk menjadi penendang terakhir.

Dia mengambil ancang-ancang dan... Brilly, yang sudah bersiap, berhasil menahan tendangan Dimas dengan wajahnya !

"Whoa !" teriak penonton,

"Brilly menahan tendangan dengan wajahnya, seolah-olah dia kiper dari planet lain !"

Brilly terjatuh ke tanah, tetapi Miguel cepat-cepat membangunkannya.

"Kamu keren, Brilly !" bisik Miguel sambil mengangkat semangatnya.

Sekarang, giliran Miguel untuk menendang penalti terakhir.

Dia mengambil ancang-ancang dan... "GOOOOALLLLL !"

teriak Pak Hadi ketika bola meluncur ke gawang, mengubah skor menjadi 5-4 untuk kelas XI A1!

Penonton bersorak gembira. Tim XI A1 melompat-lompat kegirangan.

"Kita menang! Kita menang !" teriak Miguel sambil melompat.

Brilly merasa bangga meskipun sedikit pusing setelah menahan tendangan Dimas.

"Lo bisa jadi kiper keren, Brilly! Lo udah jadi legenda !" ejek Miguel sambil menggoda.

Brilly hanya tersenyum sambil mengusap wajahnya yang sedikit memar.

"Legendanya kiper yang ditendang bola di muka, ya ?"

Kesya datang menghampiri mereka dengan senyum bangga.

"Kalian luar biasa ! Selamat, tim kita menang, yeaaay !"

Sementara itu, Cantika menatap dari kejauhan dengan senyuman.

"Gue nggak nyangka Brilly bisa sekece itu !" pikir Cantika.

Dengan penuh kebahagiaan, Brilly dan timnya merayakan kemenangan.

Hari yang penuh aksi dan tawa ini membuat semua orang merasa terhibur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 04, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HEY CANTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang