Bagian 7

26 7 6
                                    

Ketika Brilly dan Cantika tiba di stadion basket, suasana sudah sangat ramai. Hiruk-pikuk suara penonton dan suporter dari kedua tim memenuhi udara. Suara terompet dan tambur menggema, membangkitkan semangat para penonton yang sudah tidak sabar menunggu pertandingan dimulai.

Di salah satu sudut tribun, suporter SMAN 198 Yogyakarta mengenakan seragam berwarna biru dengan logo lebah di dada mereka, menyanyikan yel-yel dukungan dengan penuh semangat. Di sisi lain, suporter dari tim lawan tidak kalah bersemangat dengan warna kebanggaan mereka, merah menyala.

Cantika merasa sedikit gugup saat mereka memasuki tribun, tapi ia juga merasa antusias. "Wah, ramai banget ya, Bril!" serunya,matanya berkilau melihat keramaian.

Brilly mengangguk sambil tersenyum. "Ini baru pertandingan besar. Mereka semua datang buat mendukung tim kebanggaan masing-masing."

Saat mereka menemukan tempat duduk di barisan depan, pandangan Cantika langsung tertuju pada lapangan. Dimas dan Miguel sedang melakukan pemanasan di tengah lapangan bersama rekan-rekan satu timnya.

Dimas, dengan jersey biru SMAN 198 nomor 9, tampak fokus dan penuh percaya diri. Ia melakukan beberapa tembakan tiga angka yang masuk dengan mulus kedalam ring.

Di sebelahnya, Miguel, yang mengenakan jersey dengan nomor 15,terlihat riang seperti biasanya, melempar senyum kepada para penonton sambil berlatih dribbling.

Cantika tak bisa mengalihkan pandangannya dari Dimas. "Dia keren banget, Bril," bisiknya pelan.

Mata Cantika berbinar-binar melihat Dimas yang begitu lincah dan cekatan di lapangan.

Brilly tersenyum tipis melihat reaksi Cantika. "Iya, dia memang jago. Tapi jangan lupa, fokus kita hari ini bukan cuma nonton pertandingan."

Cantika mengangguk, berusaha menenangkan dirinya. "Iya, aku tau.Tapi tetap aja, dia kelihatan luar biasa."

Tiba-tiba, suara keras dari pengeras suara terdengar, membuat semua penonton menoleh ke arah tengah lapangan. Seorang komentator basket yang energik mulai memperkenalkan para pemain dan mengatur suasana.

"Selamat datang di pertandingan yang sudah kita tunggu-tunggu ! Pertemuan antara SMAN 198 Yogyakarta dan SMA Bina Harapan !" teriaknya dengan penuh semangat, diiringi sorakan gemuruh dari penonton.

Pertandingan dimulai dengan tip-off, dan bola langsung dikuasai oleh tim SMAN 198. Dimas, yang bertindak sebagai shooting guard, segera mengambil alih permainan. Ia melesat cepat ke arah ring lawan, melepaskan tembakan lay up yang bersih. "Dimas! Tembakan indah dari nomor 9 SMAN 198!" seru komentator, membuat Cantika semakin kagum.

Miguel juga tidak kalah bersinar. Dengan keahliannya dalam dribbling dan passing, ia berhasil mengelabui beberapa pemain lawan sebelum melepaskan assist yang sempurna kepada Dimas.

"Kerjasama luar biasa antara Miguel dan Dimas! Ini baru duo maut!" komentator melanjutkan dengan antusias. Di tengah sorak-sorai para penonton, sebuah maskot berbentuk lebah dengan bola basket di tangannya muncul di tepi lapangan. Maskot SMAN 198, dengan senyum lebar di wajahnya yang ceria, berinteraksi dengan penonton,membuat suasana semakin meriah. Lebah itu menari-nari di depan tribun sambil memegang bola basket, membuat anak-anak dan remaja tertawa riang.

Namun, pertandingan semakin sengit. Tim SMA Bina Harapan tidak mau kalah begitu saja. Mereka terus mengejar poin dengan serangan balik yang cepat,memaksa tim SMAN 198 bermain lebih keras. Setiap kali Dimas atau Miguel berusaha mencetak poin, suporter SMAN 198 bersorak dengan lantang, sementara suporter tim lawan berusaha mengintimidasi dengan teriakan mereka.Waktu pertandingan tinggal beberapa detik lagi, dan skor sangat ketat.

HEY CANTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang