HC 2

41 23 4
                                    

Pagi hari berikutnya, Charlotte terbangun dengan perasaan yang aneh. Pertemuan dengan Alfarizi di taman masih terngiang di benaknya, seolah-olah ada sesuatu yang belum terselesaikan. Dia tidak bisa mengabaikan perasaan bahwa mungkin, untuk pertama kalinya, ada seseorang di kota ini yang benar-benar tertarik untuk mengenalnya, meski dia sendiri belum yakin apakah itu hal yang baik atau buruk.

Charlotte menjalani hari-harinya seperti biasa. Sekolah tetap terasa asing baginya, dan dia lebih banyak menghabiskan waktu di perpustakaan, tenggelam dalam dunia fiksi yang memberinya pelarian dari kenyataan. Namun, sore itu, saat dia pulang dari sekolah, ada sesuatu yang tak biasa.

Ketika dia masuk ke lobi apartemennya, dia melihat Alfarizi berdiri di dekat lift. Pemuda itu tampak sibuk dengan ponselnya, namun begitu melihat Charlotte, senyumnya langsung melebar.

"Charlotte! Lagi pulang sekolah, ya?" Alfarizi menyapanya dengan nada ceria yang sudah mulai Charlotte kenali.

"Iya," Jawab Charlotte singkat, menahan diri untuk tidak terlalu terlibat dalam percakapan.

"Aku dan Reyga mau nongkrong di kafe dekat sini. Kamu mau ikut? Sekalian kenalan lebih jauh sama Reyga." Tawarnya dengan antusias.

Charlotte terdiam. Reyga memang temannya di sekolah, tapi dia tidak pernah benar-benar membayangkan bergaul di luar bersama mereka. Lagipula, selama ini dia lebih nyaman sendirian. Tapi, di sisi lain, ada bagian dari dirinya yang penasaran. Alfarizi tampaknya tulus, dan mungkin ini kesempatan untuk memperbaiki hubungannya dengan Reyga, yang selama ini hanya sebatas teman sebangku.

"Mungkin lain kali." Jawab Charlotte akhirnya, mencoba menghindar dengan cara halus.

Namun, Alfarizi tidak menyerah begitu saja. "Ah, ayolah! Cuma sebentar kok. Nggak ada salahnya sesekali keluar dari apartemen dan bersosialisasi."

Charlotte tertawa kecil, sesuatu yang jarang terjadi. Ada sesuatu tentang Alfarizi yang membuatnya sulit untuk berkata tidak. "Baiklah, tapi nggak lama, ya?"

"Deal !" Seru Alfarizi dengan penuh semangat, kemudian mengirim pesan cepat kepada Reyga bahwa mereka akan segera bertemu di kafe.

Kafe yang mereka datangi tidak jauh dari apartemen, tempat yang nyaman dengan lampu temaram dan musik akustik yang menenangkan. Reyga sudah duduk di salah satu sudut ruangan, sibuk dengan buku catatannya, namun begitu melihat Charlotte datang bersama Alfarizi, dia tersenyum lebar.

"Kukira kamu bakal nolak ajakannya, Alfarizi." Kata Reyga saat Charlotte duduk di hadapannya.

Charlotte mengangkat bahu, merasa canggung. "Aku juga nggak tahu kenapa aku setuju."

Reyga tertawa. "Ini kemajuan, berarti!"

Percakapan di antara mereka mengalir lebih lancar daripada yang Charlotte bayangkan. Alfarizi memang pembawa suasana yang baik, selalu tahu cara memecah kebekuan dengan candaan atau cerita-cerita lucu. Sementara Reyga, meski biasanya pendiam, kali ini terlihat lebih terbuka. Perlahan, Charlotte mulai merasa nyaman, seolah-olah keberadaannya di antara mereka bukan lagi sesuatu yang canggung atau dipaksakan.

"Kamu sering baca buku apa, Ca?" Tanya Alfarizi ketika mereka selesai memesan minuman.

"Biasanya novel, kadang biografi. Aku suka cerita yang bisa bikin aku merasa masuk ke dunia lain." Jawab Charlotte.

Reyga mengangguk. "Itu sebabnya kamu sering sendirian, ya. Karena kamu sibuk menjelajahi dunia yang lain."

Charlotte mengangguk pelan, sedikit tersenyum. "Mungkin. Tapi itu lebih mudah daripada beradaptasi dengan dunia nyata."

Alfarizi menatapnya dengan tatapan serius sejenak, lalu tersenyum. "Tapi, di dunia nyata juga ada hal-hal keren, lho. Kayak persahabatan, misalnya."

Percakapan mereka terus berlanjut, diselingi dengan candaan ringan dari Alfarizi dan diskusi serius dengan Reyga tentang hal-hal yang terjadi di sekolah. Waktu berlalu begitu cepat, hingga tanpa disadari hari sudah beranjak malam. Ketika mereka akhirnya berpisah dan Charlotte berjalan pulang ke apartemennya, dia merasa berbeda dari biasanya.

Ada perasaan hangat yang menyelimuti hatinya, perasaan bahwa mungkin, dia tidak sepenuhnya sendirian di kota besar ini. Pertemuan singkat dengan Alfarizi dan Reyga hari ini memberi harapan baru, bahwa mungkin, hidup di sini tidak akan selalu terasa seperti perjuangan yang sunyi.

Saat Charlotte berbaring di tempat tidurnya malam itu, matanya memandang ke arah jendela. Kota di luar sana tetap berdenyut dengan ritme yang sama, namun kali ini, dia merasa ada sesuatu yang berubah di dalam dirinya. Mungkin, hanya mungkin, dia telah menemukan sepotong kecil tempat di mana dia bisa merasa diterima.

Dan untuk pertama kalinya, Charlotte merasa penasaran tentang hari esok.

Dan untuk pertama kalinya, Charlotte merasa penasaran tentang hari esok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan lupa vote and coment, see you next part Reader's😍❤️

HEY CHARLOTTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang