HC 4

29 22 3
                                    

Hari-hari berikutnya, Charlotte semakin sering mengunjungi klub buku. Ia menemukan kenyamanan dalam berbagi cerita dan ide dengan teman-teman barunya. Selain itu, ia juga mulai aktif mengikuti berbagai diskusi online tentang buku. Dunia literasi yang sebelumnya terasa asing, kini menjadi bagian tak terpisahkan dari hidupnya.

Alfarizi dan Reyga pun ikut senang melihat perubahan positif pada diri Charlotte. Mereka sering mengajak Charlotte untuk mencoba hal-hal baru, seperti mengikuti kelas menulis atau bergabung dengan komunitas pecinta seni. Charlotte merasa beruntung memiliki teman-teman sebaik mereka.

Suatu sore, setelah selesai mengikuti kelas menulis, Charlotte mengajak Alfarizi dan Reyga untuk makan malam bersama. Mereka memilih restoran kecil yang menyajikan hidangan Italia. Sambil menikmati pasta dan pizza, mereka berbincang-bincang tentang berbagai hal.

"Ca, aku bangga sama kamu," Ujar Alfarizi sambil tersenyum. "Kamu udah berubah banyak."

Charlotte tersipu. "Terima kasih, Al. Kalian berdua banyak membantuku."

"Sama-sama," Timpal Reyga. "Kita kan sahabat."

Setelah makan malam, mereka berjalan-jalan di sekitar taman kota. Udara malam yang sejuk dan suasana yang tenang membuat mereka merasa nyaman. Tiba-tiba, Alfarizi berhenti berjalan dan menatap Charlotte.

"Ada apa, Al. Kok berhenti?" Tanya Reyga.

Charlotte pun penasaran dan menatap Reyga.

"Sebenarnya, aku ada rasa sama kamu, Ca." Ujar Alfarizi secara tiba-tiba keluar dari mulutnya.

Reyga menepuk bahu Alfarizi untuk menyadarkannya. "Bro, sabar bro. Charlotte aja baru berkarir, biarkan ia berkarir dulu sambil pendidikan. Jangan merasuki dia tentang percintaan."

Hati Charlotte berdebar kencang. Ia tidak menyangka akan mendengar pengakuan itu. Selama ini, ia memang sering merasa ada sesuatu yang berbeda pada Alfarizi, namun ia berusaha untuk tidak memikirkannya terlalu jauh.

"Tidak apa-apa kalau kamu belum siap, Ca," Lanjut Alfarizi. "Aku hanya ingin kamu tahu perasaan aku yang sebenarnya."

"Bro, ayolah. Jangan merusak persahabatan kita." Ujar Reyga.

Charlotte menatap dalam ke mata Alfarizi. Ia tahu bahwa Alfarizi adalah orang yang baik dan tulus. Namun, ia juga tidak ingin terburu-buru mengambil keputusan.

"Aku butuh waktu untuk memikirkan semuanya, Al." Ujar Charlotte akhirnya.

Alfarizi mengangguk mengerti. "Tidak masalah, Ca. Aku akan sabar menunggumu."

Mereka melanjutkan perjalanan mereka dalam diam. Meskipun begitu, suasana di antara mereka terasa hangat dan penuh harapan. Charlotte merasa bahwa hidupnya kini sedang menuju ke arah yang lebih baik.

Keesokan harinya, Charlotte bangun dengan perasaan yang lebih tenang. Ia memutuskan untuk menulis jurnal untuk menata pikirannya. Ia menulis tentang perasaannya terhadap Alfarizi, tentang ketakutannya, dan tentang harapannya untuk masa depan.

Setelah selesai menulis, Charlotte merasa lega. Ia menyadari bahwa ia tidak perlu terburu-buru untuk memutuskan. Yang terpenting adalah ia jujur pada dirinya sendiri dan pada orang-orang di sekitarnya.

Beberapa minggu berlalu, perasaan campur aduk terus menghantui Charlotte. Di satu sisi, ia senang dengan perhatian yang diberikan Alfarizi. Namun, di sisi lain, ia juga khawatir jika hubungan persahabatan mereka akan berubah jika ia menerima perasaan Alfarizi.

Suatu hari, Reyga mengajak Charlotte dan Alfarizi untuk pergi ke pantai. Mereka bertiga menghabiskan waktu dengan bermain voli pantai, berenang, dan menikmati pemandangan matahari terbenam.

Saat mereka duduk di tepi pantai, Alfarizi kembali membuka topik tentang perasaannya. "Ca, aku masih berharap kamu bisa memberikan kesempatan padaku." Ujarnya dengan tulus.

Charlotte terdiam sejenak. Ia menatap ke arah laut lepas, pikirannya melayang jauh. "Al, aku sangat menghargai perasaanmu. Tapi, aku masih bingung. Aku takut kalau hubungan kita jadi canggung kalau aku terima perasaanmu."

Alfarizi meraih tangan Charlotte. "Aku janji, aku akan selalu ada untukmu, apapun yang terjadi."

Reyga yang memperhatikan mereka hanya bisa tersenyum kecil. Ia tahu bahwa sahabatnya sedang berada dalam dilema yang sulit.

Setelah kembali dari pantai, Charlotte semakin sering memikirkan masa depannya. Ia mulai menyadari bahwa ia tidak hanya memiliki perasaan untuk Alfarizi, tetapi juga untuk Reyga. Ia merasa nyaman dan aman ketika bersama Reyga, namun ia juga tertarik dengan ketulusan Alfarizi.

Suatu malam, Charlotte memutuskan untuk berbicara dengan Reyga. "Rey, aku ingin jujur sama kamu," ujarnya memulai pembicaraan.

Reyga menatap Charlotte dengan penuh perhatian. "Apapun itu, Ca, aku akan dengarkan."

Charlotte menceritakan semua perasaan yang sedang ia alami. Ia merasa bingung dan tidak tahu harus memilih siapa.

Setelah mendengarkan cerita Charlotte, Reyga tersenyum lembut. "Ca, aku selalu ada untukmu. Terserah kamu mau memilih siapa. Yang penting kamu bahagia."

Mendengar jawaban Reyga, hati Charlotte merasa lega. Ia tahu bahwa Reyga adalah teman sejati yang selalu mendukungnya.

***
Charlotte kini dihadapkan pada pilihan yang sulit. Di satu sisi, ia memiliki Alfarizi yang tulus dan perhatian. Di sisi lain, ia memiliki Reyga yang selalu ada untuknya. Siapa yang akan ia pilih?

Jangan lupa vote and coment, see you next part Reader's😍❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan lupa vote and coment, see you next part Reader's😍❤️

HEY CHARLOTTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang