HC 7

25 19 1
                                    

Salah satu cerpen yang ia tulis, bercerita tentang seorang perempuan yang melakukan perjalanan ke berbagai kota untuk menemukan dirinya sendiri. Karya itu akhirnya diterima oleh sebuah majalah sastra. Kegembiraan Charlotte tak terhingga saat melihat namanya tercetak di halaman majalah itu, seolah itu adalah tanda bahwa langkah-langkah kecil yang ia ambil menuju mimpinya kini mulai membuahkan hasil.

Namun, di sela-sela semua pencapaiannya, Charlotte tidak bisa mengabaikan perasaannya terhadap Devan. Pertemuan mereka yang lalu menorehkan kesan mendalam. Mereka memang sepakat untuk berteman dan saling mendukung, tetapi Charlotte tidak bisa memungkiri ada sesuatu yang lebih di balik kedekatan mereka. Devan selalu hadir dengan caranya yang sederhana namun penuh perhatian. Meskipun Charlotte ingin fokus pada dirinya sendiri, kehadiran Devan selalu membuatnya merasa tenang dan nyaman.

"Ca." Kata Devan akhirnya, dengan suara yang sedikit lebih serius. "Aku tahu kita sudah sepakat untuk berteman dan saling mendukung. Tapi semakin sering aku bersama kamu, semakin aku sadar bahwa perasaan itu masih ada. Aku tidak memaksakan apapun, tapi aku ingin kamu tahu bahwa perasaanku tidak berubah."

Charlotte berhenti sejenak, memandang Devan dengan mata yang penuh kebingungan. Bagian dari dirinya sudah tahu ini akan terjadi, tetapi ia tidak pernah benar-benar siap untuk mendengarnya lagi.

"Dev, aku mengerti," Jawab Charlotte dengan hati-hati. "Aku juga tidak akan membohongi diriku sendiri. Aku peduli sama kamu. Tapi seperti yang aku bilang sebelumnya, aku belum siap untuk memulai hubungan baru sekarang. Aku sedang berusaha untuk menemukan diriku sendiri. Aku butuh waktu."

Mungkin suatu hari nanti, pikir Charlotte, ketika waktunya sudah tepat, ia akan siap untuk membuka hati dan merajut cerita baru bersama Devan. Tapi untuk saat ini, ia masih menikmati perjalanan menemukan dirinya sendiri, sambil tetap merangkul semua cinta dan dukungan yang ia terima dari orang-orang di sekelilingnya.

***
Charlotte duduk di kursi paling nyaman di ruang tamunya, menikmati sore yang tenang. Di tangannya, sebuah buku terbuka, tapi pikirannya melayang pada dua orang terdekatnya, Reyga dan Alfarizi. Mereka berdua selalu ada untuknya, bahkan ketika ia merasa tersesat dengan perasaannya terhadap Devan.

Ketika ia memutuskan untuk menjadi single, Charlotte tahu bahwa tidak hanya dirinya yang akan terpengaruh, tetapi juga persahabatannya dengan Reyga dan Alfarizi. Mereka bertiga telah melalui banyak hal bersama, dan kini ia merasakan adanya jarak yang mulai terbentuk bukan karena mereka tidak peduli lagi, tapi karena situasinya yang berubah. Di satu sisi, Charlotte merasa bersalah karena mungkin tanpa disadari, ia telah menghabiskan lebih banyak waktu dengan Devan. Di sisi lain, ia juga ingin jujur pada dirinya sendiri tentang apa yang membuatnya bahagia.

"Sepertinya aku harus mengajak mereka ngobrol." Pikir Charlotte. Dia sadar, hubungan antara dirinya dengan Reyga dan Alfarizi harus tetap kuat. Charlotte merindukan momen-momen sederhana bersama mereka, berjalan-jalan di taman, menonton film, atau sekedar duduk bersama tanpa ada beban di hati.

Suatu malam, setelah merenungkan banyak hal, Charlotte mengirim pesan kepada Reyga dan Alfarizi.

"Aku kangen kalian. Gimana kalau kita ngumpul di kafe hari ini?"

Balasan dari keduanya datang tak lama kemudian. Reyga mengirimkan emoji senyum lebar, dan Alfarizi menyusul dengan setuju. Sepertinya mereka bertiga merasakan hal yang sama bahwa meskipun keadaan berubah, persahabatan mereka tetap menjadi prioritas.

Charlotte datang lebih awal dan memilih meja di sudut yang tenang. Tak lama kemudian, Reyga dan Alfarizi datang bersama. Senyum di wajah mereka menghangatkan hati Charlotte.

"Ca, akhirnya kita bisa ngumpul lagi," Kata Reyga sambil menarik kursi. "Sudah lama kita nggak ngobrol kayak gini."

Alfarizi mengangguk setuju. "Iya, sudah terlalu lama. Banyak yang ingin aku ceritakan sama kalian."

Percakapan pun mengalir dengan lancar. Mereka berbicara tentang segala hal, mulai dari buku, film, hingga hal-hal lucu yang mereka alami selama beberapa minggu terakhir. Suasana yang hangat dan akrab membuat Charlotte merasa lega. Meskipun ada banyak hal yang berubah, ada satu yang tetap persahabatan mereka yang kokoh.

Di sela-sela obrolan, Reyga sempat membuka topik tentang Devan, dan bagaimana Charlotte sering bersama Devan belakangan ini. Namun, alih-alih merasa terpojok, Charlotte dengan jujur berbicara tentang perasaannya.

"Aku tahu kalian mungkin merasa aku lebih sering dengan Devan belakangan ini. Tapi aku juga sadar betapa pentingnya kalian berdua dalam hidupku. Aku nggak ingin kehilangan momen-momen kita bersama. Kalian adalah bagian penting dari hidupku."

Reyga dan Alfarizi saling bertukar pandang sebelum akhirnya tersenyum.

"Ca, kami selalu ada buat kamu. Apa pun yang kamu putuskan, kami akan selalu mendukung." Kata Alfarizi dengan suara lembut.

Reyga menambahkan. "Yang penting, kamu bahagia. Itu yang utama buat kami."

Percakapan mereka malam itu mengembalikan rasa keakraban yang sempat terasa hilang. Mereka sepakat untuk lebih sering meluangkan waktu bersama, meskipun hidup mereka berjalan ke arah yang berbeda. Charlotte menyadari bahwa pertemanan ini adalah harta yang tak tergantikan, dan apapun yang terjadi dengan Devan atau hidupnya sendiri, persahabatan ini akan selalu menjadi fondasi yang kokoh.

Dengan tawa yang lepas dan cerita yang mengalir, Charlotte, Reyga, dan Alfarizi tahu bahwa apa pun yang akan datang di masa depan, mereka akan tetap saling mendukung, tanpa syarat.

Dengan tawa yang lepas dan cerita yang mengalir, Charlotte, Reyga, dan Alfarizi tahu bahwa apa pun yang akan datang di masa depan, mereka akan tetap saling mendukung, tanpa syarat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote and coment, see you next part Reader's😍❤️

HEY CHARLOTTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang