BAB 15

1.1K 55 4
                                    

Ada Additional part 14 di Karyakarsa
Hanya 5K untuk 2500+ kata
Worth it to buy
Link : https://karyakarsa.com/rinlaif/titik-tunggu-additional-part-14

Isi konten deep talk + pillow talk + spicy🌶️🌶️

Isi konten deep talk + pillow talk + spicy🌶️🌶️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Malam-malam Aruna harus mandi karena Calvin tidak bisa menahan dirinya. Laki-laki itu menuntut janji Aruna pagi tadi yang akan memberikannya asupan setelah pulang bekerja. Padahal, Calvin sudah menerima asupan pagi harinya sebelum berangkat bekerja. Laki-laki itu menang banyak hari ini. Huh, dasar.

Bahkan, mereka melakukannya di kasur sampai Aruna di buat klimaks dua kali dan Calvin meledak setelah tubuhnya lemas. Tidak puas di kasur, Calvin kembali menggempurnya di kamar mandi saat mereka tengah membersihkan diri. Calvin benar-benar memanfaatkan situasi dengan sebaik mungkin. Cairan mereka dibuat berceceran di mana-mana dan Aruna dibuat tak berdaya. Semua tempat yang ada di kamar mandi mereka tinggalkan jejak jika memungkinkan digunakan Calvin untuk menyetubuhi Aruna.

Aruna menatap Calvin melalui pantulan cermin meja riasnya. Laki-laki itu duduk di atas kasur dengan bersandar ke kepala ranjang, di pahanya terdapat laptop. Calvin tampak sibuk dengan pekerjaannya yang entah apa, Aruna tidak tahu.

Aruna menyisir rambutnya dengan mata terus saja memperhatikan gerak-gerik Calvin. Aruna ingin menghampiri Calvin, mengajak laki-laki itu untuk berbincang sampai mata mengantuk, tapi sepertinya Calvin sedang ada yang ingin dia kerjakan.

Aruna terperanjat ketika Calvin balik menatap ke arahnya, segera Aruna mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dia gelagapan, ketahuan memperhatikan laki-laki itu. Calvin terkekeh melihat aksi curi-curi pandang Aruna. "Belum selesai nyisirnya, Run?" tanya Calvin dengan nada meledek.

Aruna merasa begitu malu karena ketahuan memperhatikan Calvin. Sial, kenapa Aruna harus malu? Calvin suaminya, dia bebas memandangi laki-laki itu. Aruna bergumam singkat, kemudian menaruh sisirnya di meja rias. "Udah selesai," jawabnya, membalikkan badan menatap ke arah Calvin.

Calvin menaruh laptopnya ke sisi kasur di sebelahnya, kemudian menepuk-nepuk pahanya. "Ke sini, Run."

Aruna melangkahkan kakinya mendekati Calvin. Tangan laki-laki itu terulur menyambut kedatangan Aruna, membantu Aruna untuk duduk di pahanya. Aruna duduk dengan posisi menyamping, kakinya masih menyentuh lantai. Sementara tangan Calvin memeluk pinggangnya dengan mesra. Calvin menjatuhkan kepalanya di cekuk leher Aruna.

"Ada yang mau kamu ceritain ke aku, hmm?" tanya Calvin lembut. Setiap harinya, Calvin akan menanyakan ada cerita apa di keseharian Aruna selama dirinya tidak ada di rumah. Calvin ingin membiasakan Aruna untuk selalu bercerita padanya.

Aruna menggelengkan kepalanya. "Enggak ada yang istimewa, Vin. Aku jemput Cia, terus ajak dia ke salon Dian."

Calvin sedikit menjauhkan wajahnya, melihat penampilan Aruna. Mulai dari rambut, alis, bibir, dan tidak ada yang berbeda. "Ke salon?" ulangnya, di balas dengan anggukkan oleh Aruna. "Perawatan wajah?"

Titik TungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang