Dia serapuh itu. Calvin tidak menyangka jika istrinya lebih rapuh dari pada yang dia duga. Bagaimana Calvin menyaksikan Aruna menggosok tangannya dengan kuat, kata kotor tak hentinya dia suarakan, seakan tangannya di penuhi kotoran. Calvin sangat tahu jika bukan tangannya yang kotor, melainkan sedang ada beban yang menyangga di dadanya.
Semenjak malam itu, Aruna menjadi lebih pendiam, pandangannya sering kosong, dan bahunya melemah seperti ada beban berat yang tengah dia pikul. Calvin tidak berani bertanya kepada Aruna tentang apa yang terjadi dengan perempuan itu. Calvin akan menunggu sampai Aruna siap untuk bercerita kepadanya.
Dua minggu lamanya kondisi Aruna tidak kunjung membaik, perempuan itu terlihat semakin murung. Tidurnya tidak lagi nyenyak, berulang kali Aruna terjaga dari tidurnya, dan Calvin senantiasa menenangkan Aruna. Calvin terus memeluk perempuan itu, membuatnya merasa tenang sampai kembali bisa memejamkan matanya.
Tidak ada yang bisa Calvin lakukan, tapi membiarkan Aruna tetap seperti itu juga bukan pilihan terbaik. Sebagai suami, Calvin harus mencari tahu masalah apa yang tengah di hadapi oleh istrinya. Jika Aruna tidak mau memberitahunya, maka Calvin yang akan mencari tahunya sendiri.
Calvin sedikit menengadah, menatap rumah di mana Aruna tumbuh besar. Calvin hanya tahu satu hal, sebelum Aruna terguncang, Hera adalah orang yang menghubungi Aruna. Calvin akan mencari tahu tentang apa yang Aruna bicarakan dengan Hera melalui telepon malam itu.
Calvin menarik napas sejenak, kemudian melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Pukul 8.15. Masih terlalu pagi untuk datang bertamu, tapi Calvin tidak punya waktu lain karena dia ada meeting siang hari. Mau tidak mau, Calvin harus mendatangi kediaman mertuanya pagi ini.
Calvin melangkahkan kakinya mendekati pintu utama rumah dan menekan bel. Sebelumnya, Calvin sudah menanyakan terlebih dahulu di mana keberadaan Mama mertuanya itu, dan apakah bisa bertemu dengannya pagi ini. Hera menyanggupi, dan menyuruh Calvin untuk datang saja ke rumah jika ingin berbicara.
Calvin tersenyum kepada pembantu yang telah mengabdi bertahun-tahun di rumah keluarga Suherman. “Pagi, Bik,” sapanya ramah. “Mama ada, Bik?”
“Ada, Den. Masuk aja, Den Calvin.” Bik Ijah membukakan pintu lebih lebar lagi, sedikit menggeser tubuhnya, memberikan ruang kepada Calvin untuk masuk ke dalam rumah.
Calvin melangkahkan kakinya masuk ke dalam, dirinya langsung di sambut oleh Hera yang baru turun dari lantai dua, seakan sudah tahu jika yang datang bertamu adalah Calvin. “Pagi, Ma.” Calvin menghampiri Hera, menyalami tangan Mama mertuanya itu.
“Aruna mana?” tanya Hera. Merasa heran dengan Calvin yang datang ke rumah sendiri, tanpa Aruna.
Calvin menatap Hera sambil tersenyum, tapi wajah Hera terlihat kaku, tidak seperti biasanya. Hera terlihat kurang suka dengan kedatangan Calvin. “Aruna di rumah, Ma. Aku ke sini sendiri karena ada yang mau aku tanyain ke Mama.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Tunggu
Romance(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA UNTUK MEMBUKA BAB YANG DI PRIVATE ACAK) WARNING!! (21+) Aruna Daniella Suherman tidak menyangka jika dirinya di jodohkan oleh kedua orang tuanya. Di umurnya yang sudah menginjak angka 27, Aruna di paksa menikah dengan Ca...