BAB 14

1.1K 49 0
                                    

Sudah tersedia di KK sampai tamat***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah tersedia di KK sampai tamat
***

Berat. Itulah yang Aruna rasakan ketika dirinya terbangun dari tidurnya. Ketika menonton dengan Cia, dia ingat gadis kecil itu berada di dalam pelukannya, dan televisi masih menyala. Aruna tidak tahu kapan dirinya terlelap. Bangun-bangun, televisi sudah mati, Cia juga sudah tidak ada di depannya. Aruna hanya bisa merasakan kehadiran sebuah tangan kekar yang memeluk pinggangnya dengan erat. Posisi tidurnya juga sudah berubah dengan kepala berada di kepala ranjang, serta sebuah selimut menutupi tubuhnya sebatas pinggang.

“Calvin, geser, Vin.” Aruna mencoba menggeser tubuh Calvin yang begitu mepet dengannya. Dirinya sampai di pojokkan ke tepi kasur, sedikit bergerak saja bisa di pastikan dia terjatuh ke lantai. Aruna mengangkat tangan Calvin, tapi laki-laki itu hanya melenguh pelan, semakin mengeratkan pelukannya di pinggang Aruna.

“Calvin..” Aruna kembali memanggil nama laki-laki yang masih saja tertidur di belakangnya. Sejak kapan Calvin pulang, dan Cia berubah menjadi laki-laki besar dengan tangan berat yang melingkupi tubuh Aruna? Aruna sedikit mengangkat kepalanya, melirik ponselnya yang dia cas sebelum tidur. Terlihat cas ponselnya sudah terlepas dari stop kontak, dan Aruna yakin Calvin yang melepaskan pengisian dayanya.

“Calvin, aku mau bangun.” Aruna mencoba memindahkan tangan Calvin. Namun, usahanya sia-sia, Calvin menarik tubuh Aruna semakin rapat dengannya, dan pelukan itu semakin erat saja.

“Diam, Run. Aku baru tidur. Kamu mau ganggu tidur aku?” Calvin bergumam dengan suara serak khas orang bangun tidur.

Sudah bangun laki-laki itu rupanya. Jadi, sedari tadi Calvin sengaja mempererat pelukannya kepada Aruna. “Cia ke mana? Tadi dia di sini.” Aruna sedikit mengkhawatirkan keberadaan Cia yang tidak terlihat di matanya. Aruna sudah berjanji akan menjaga Cia kepada Clara.

“Aku udah suruh Kak Clara jemput Cia tadi.”

Calvin masuk ke dalam rumah, tidak menemukan keberadaan Aruna di dapur maupun ruang tamu. Jadi, Calvin melangkahkan kakinya menaiki tangga untuk melihat di kamar. Telinganya perlahan mendengar suara televisi dari dalam kamar, di pastikan Aruna berada di sana.

Calvin membuka pintu kamar sambil tersenyum, dan matanya menemukan Aruna yang tertidur di kasur dengan tangan memeluk Cia. Sementara Cia, dia masih terjaga. Cia menatap ke arah Calvin, hendak membuka mulutnya.

Sttt...” Calvin terlebih dahulu melarang Cia bersuara, menaruh telunjuknya di depan bibir. Calvin melangkahkan kakinya mendekati kasur, duduk di sisi kasur. “Jangan berisik, Tante Runa lagi tidur,” ucapnya pelan, tidak ingin suaranya membangunkan Aruna.

Cia mengangguk patuh.

“Kita keluar, yuk!” ajak Calvin. Mengerti dengan tatapan Cia yang mengarah ke tangan Aruna yang berada di atas tubuh kecilnya, Calvin terkekeh kecil. Calvin memindahkan tangan Aruna dengan hati-hati, dan Cia menggeser tubuhnya ke sisi lain dari kasur. Setelahnya, Calvin menggendong Cia, membawa Cia keluar kamar.

Titik TungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang