▸ 06

237 38 0
                                    

Minho mendudukkan diri di sofa, begitu melelahkan harus mengurus perusahaan, padahal belum tamat kuliah. Tetapi dirinya anak tunggal dan harus meneruskan pekerjaan ayahnya. Ayahnya sudah pensiun, mau tak mau Minho yang meneruskannya, kalau bukan dia siapa lagi.

"Ngantuk amat dah"

Sudah berkali-kali Minho menguap, tak ingin ketiduran, dia langsung beranjak dari sofa. Berniat ke toilet untuk membasuh wajah. Sayangnya toilet di ruang pribadinya sedang masa perbaikan, jadi dia harus memakai toilet karyawan untuk sementara.

Begitu mengejutkan kala dirinya memasuki toilet, matanya menangkap sosok yang sangat tak asing dari pantulan cermin, seseorang yang dia tunggu selama belasan tahun ini, Han Jisung.

Matanya melihat sosok itu dengan teliti. Kecil dan ramping, lebih pendek daripada dirinya, mungkin hanya sebatas lehernya saja. Lalu Minho berjalan berniat mendekati pemuda Han itu.

"E-eh bapak, s-saya permisi pak, mari"

Minho tertegun, bagaimana mungkin pemuda didepannya ini melupakannya? Apakah perubahan dirinya se-drastis itu hingga Jisung tak mengenalinya?

"Kak ji?"

~~••~~

Langkah Jisung terhenti, dia tak salah dengar kan? Rhino memanggilnya dengan sebutan itu?

Jisung membalikkan badannya, memberanikan diri untuk berpapasan dengan Rhino.

"Eh? Tadi bapak manggil saya?"

Tak langsung menjawab, Rhino berjalan mendekatinya membuat Jisung panik, berjalan mundur hingga punggungnya menubruk pintu.

"Iya, kak ji ga inget?"

"Inget? S-siapa?"

Jisung menatap Rhino takut-takut, takut jika Rhino hanya iseng mengerjainya. Tapi untuk apa seorang CEO membuang waktunya hanya untuk mengerjai seseorang.

"Ini Minho, kak ji"

"M-minho?"

Hening, Jisung menatap Rhino atau Minho itu tak percaya. Matanya dengan teliti melihat wajah Minho, lalu Jisung sadar wajahnya tampak mirip dengan bocah itu.

Begitupun Minho, mengapa Jisung terlihat lebih menggemaskan saat beranjak dewasa. Pipi yang berisi itu tampak lembut, mata bulat, hidung sedikit mancung dan bibir yang kecil. Sangat sempurna di mata Minho. Lagi-lagi perasaan itu datang kembali.

Tak ingin lama-lama beradu tatap, Jisung menundukkan kepalanya.

"M-maaf, saya p-permisi dulu"

Minho menahan Jisung dengan menumpukan tangannya ke tembok. Terlihat seperti sedang mengukung Jisung.

"Kenapa lama kak baliknya?"

Jisung masih enggan menatap Minho, nyalinya menciut. Anak laki-laki bertubuh gempal itu kini tumbuh dengan baik, tenaganya tampak lebih besar daripada Jisung.

"Maaf, h-ho gue-"

"Kenapa?"

"Uh?"

"Kenapa lo keliatan kecil sekarang, kak ji? kemana sikap kejam lo itu ke gue?"

Minho tertawa kecil mengingat bagaimana pemuda tupai itu memperlakukannya waktu kecil dulu.

"M-minho maaf sa- gue, minta maaf ..."

Grep!

Tubuh Jisung membeku akibat Minho yang mendadak memeluknya

"Gue kangen sama lo kak, gue nunggu lo banget berharap bisa main lagi"

Pelukan Minho tak berlangsung lama karena mendengar derap langkah kaki dari luar. Jisung melarikan diri ke salah satu bilik toilet, sedangkan Minho berjalan keluar meninggalkan toilet.

.
.

❛ 𝐃 𝐈 𝐒 𝐒 𝐄 𝐌 𝐁 𝐋 𝐄 ❜

𝑻𝒐 𝑩𝒆 𝑪𝒐𝒏𝒕𝒊𝒏𝒖𝒆

Dissemble [ MinSung ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang