▸ 10

203 32 0
                                    

Satu bulan telah berlalu, Jisung menjalani hari yang sangat padat. Bahkan terkadang Minho mendekati Jisung ditengah kesibukannya menjalani pelatihan, entah mengajaknya makan malam atau menemani Minho membeli sesuatu.

Jisung jengah, sampai dewasa pun kenapa Minho terus mengikutinya. Jisung hendak protes tapi dia ingat posisinya.

"Kak Ji, lo udah putus sama pacar lo?"

"Kalo gue bilang gaakan putusin lo mau apa Minho? Lo mau depak gue?"

"Hahaha, yakali kak, lo kan spesial buat gue sejak kecil"

"Sampe sekarang gue tanya ke lo soal siapa yang ambil foto sama pacar gue gaada jawaban, itu lo kan Minho?"

"Gaperlu tau kak, lo cuma trainee, lagian apa yang bakal lo lakuin kalo gue ngasih tau? gaada kan?"

Jisung berdecak, mengalihkan pandangan menatap langit malam di balik kaca besar.

Yap, sekarang Jisung sedang berada di ruang vip restoran milik Tuan Lee, dimana ruangan tersebut hanya putranya (Minho) yang boleh masuk.

Minho yang mengajaknya, kenapa Jisung menuruti Minho? Karena lelaki hidung bangir itu terus mengancamnya, akan menyebar informasi bahwa Jisung tak mengakhiri hubungan dengan sang kekasih.

Sejujurnya Minho tak serius tentang ancaman itu, dia hanya suka ekspresi kesal Jisung.

"Gue yang bakal gantiin posisi pacar lo kak, gue selalu siap siaga kalo lo butuh bantuan, gue bakal selalu jaga lo"

Ucap Minho santai, lalu menyantap pudding Jepang favoritnya.

"Terserah"

~~••~~

"Han Jisung, cara kamu nge rap udah oke, oke banget. Tapi vokal masih kurang dikit, bisa diperbaiki lagi ya"

"Sedikit masukan dari saya, kalo nyanyi sebaiknya jangan sering pake tenggorokan, bisa rusak pita suara kamu Jisung"

Jisung mengangguk paham. Lalu setelah pelatihan vokal selesai, dia meninggalkan ruangan dan bersiap untuk kelas berikutnya yaitu akting.

Jisung menghela nafas, untuk menjadi seorang idol itu ternyata sangat berat, belum lagi harus bersaing dengan banyak orang. Memang jika seseorang memiliki mimpi yang besar, semakin besar pula resiko yang akan diterima.


"Gue liat-liat lo makin keren aja kak"

"Ah biasa aja Je, gue masih banyak kurangnya"

Jisung meminum susu coklat pisang guna mengisi kembali energinya. Sejak Minho memberi sekotak susu waktu lalu, Jisung selalu mengingat Minho secara spontan tiap kali meminumnya.

"Jeong, gue belum nanyain ini selama ini, kira-kira apa yang bikin lo dateng kemari?"

"Hm? simple, ini yang gue mau. Yaa, walau awalnya bukan kemauan gue sih"

"Ah, gue tau kasusnya"

"Yaah, gitu lah, bokap gue selalu nyuruh les musik pas gue smp, padahal gue gasuka. Gue punya mimpi lain saat itu"

"Apa tuh?"

"Jadi bintang bok-"

Ucapan Jeongin terpotong saat Jisung menyumpali mulutnya dengan roti. Dasar Jeongin dengan mulut asbunnya.

Yaa, kejadian ban motor Jisung bocor waktu itu membuat keduanya menjadi akrab.

~~••~~

Jisung merebahkan tubuhnya di kasur kamarnya, benar-benar kenikmatan dunia.

Dirinya mengotak-atik ponselnya, membalas pesan orang-orang dan sesekali scroll sosmed. Lama kelamaan Jisung bosan, biasanya saat masih kuliah, Jisung menghabiskan waktu malam menonton film bersama Seungmin.

Ah, Jisung rindu, sudah 4 hari tak ada notifikasi dari kekasihnya itu.

Ting!

Sebuah notifikasi masuk, ia kira dari kekasihnya. Ternyata bocah yang sangat sangat menyebalkan.

___________________________

Minho

| Kak Ji
| Turun, temenin gue nyari barang

Males please, sama yang lain aja bisa ga sih?!|

| Bisa kak, kalo lo resign dulu

________________________

Belum sempat membalas, Jisung tersentak kala mendengar sebuah klakson mobil.

Dengan malas Jisung memakai pakaian seadanya dan berjalan menuruni tangga. Pamit kepada sang mama, Jisung bilang akan ke rumah Felix.

Minho melihatnya dari spion, bagaimana Jisung menghentakkan kakinya kesal lalu memasuki mobilnya dengan kasar dan dengan cepat mengambil seatbelt.

Tapi karena amarah, seatbelt tak mampu dia pasang. Jisung menyerah, menyilangkan tangannya di dada.

Minho terkekeh pelan melihat tingkah Jisung, gemas sekali. Lalu meraih Jisung seatbelt untuk memasangkannya.

Jisung menahan nafas karna kepala keduanya hampir tak berjarak. Jisung terpaku, Minho sangat tampan. Tapi bagaimana perlakuan Minho yang seenaknya itu membuat Jisung dongkol.

"Pelan kak masangnya, ga perlu grusak grusuk gitu, kasar bener"

"Thanks" balas Jisung singkat.

"Biasanya orang yang kasar kaya lo kak, pasti juga suka dikasarin di ranjang"

Jisung melotot kaget, sejak kapan Minho tumbuh menjadi orang dewasa yang mesum?!

Akibat perkataannya, Minho dihadiahkan pukulan bertubi-tubi dari Jisung. Pukulan dari Jisung membuat Minho mengingat kembali masa lalu.

Hup!

Tangan Jisung ditahan oleh Minho, dicekal kuat dan mendorong Jisung hingga bersandar di jok mobil. Mendekatkan wajahnya ke wajah Jisung, jarak keduanya begitu dekat, sekali dorongan saja mungkin sudah membuat mereka berciuman.

"Stop mukulin gue, kak. Cukup masa dulu aja gue lo siksa dengan tangan lo yang kecil ini"

Jisung meringis, genggaman Minho tak main-main. Melihat ekspresi Jisung, Minho menjadi agak kasihan, buru-buru dirinya melepas tangan Jisung dan menancapkan gas dengan kecepatan tinggi.

.

.

❛ 𝐃 𝐈 𝐒 𝐒 𝐄 𝐌 𝐁 𝐋 𝐄 ❜

𝑻𝒐 𝑩𝒆 𝑪𝒐𝒏𝒕𝒊𝒏𝒖𝒆

Dissemble [ MinSung ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang