▸ 12

169 30 1
                                    

"Ugh, kepala gue sakit banget"

Jisung terbangun memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri. Jisung pun tersadar, dia yakin terakhir kali memakai kemeja biru, kenapa sekarang berubah menjadi kaos putih kebesaran?

Jisung tersentak kaget begitu melihat Minho yang masih memejamkan matanya berada di sampingnya. Membuat Jisung berpikir yang tidak-tidak. Karena Jisung tak ingat apapun setelah dia menghabiskan beberapa botol wine.

Dengan cepat Jisung beranjak dari tempat tidur hendak membuka pintu lalu meninggalkan kamar. Namun pintu tersebut dikunci dan entah dimana kuncinya.

Merasa terganggu, Minho membuka matanya, melihat Jisung yang tampak ketakutan itu menyilangkan tangannya di dada.

"Kak Ji udah bangun?"

"L-lo, kenapa ada lo, LO APAIN GUE HA?!"

Sudah Minho duga, Jisung akan memarahinya. Minho berjalan mendekati Jisung untuk meyakinkan bahwa dirinya tak berbuat apapun. (hampir sih)

"Stop! Jangan deketin gue!"

"Kak plis dengerin gue, gue ga ngapa-"

"STOP MINHO GUE BILANG STOP!"

Tapi Minho tetap keras kepala, terus berusaha memegang bahu sempit itu guna menenangkannya. Tapi Jisung terus memberontak, terus berjalan mundur menghindarinya, hingga Minho menjatuhkan tubuh Jisung di atas kasur. Mencengkram pergelangan kecil itu dan menahan di sisi kanan dan kiri kepala Jisung.

Nyali Jisung menciut saat pandangi Minho di atas tubuhnya. Mata yang tegas dan rahang yang mengeras menampilkan urat-urat leher Minho.

"Kenapa? Kenapa lo se benci itu sama gue, kak?"

Jisung terdiam, tak ingin menjawab.

"Kok diem kak? Mana sikap angkuh lo?"

"M-minho gue-"

"Lo harusnya berterimakasih sama gue karna lobang lo hampir dilecehin sama kakek-kakek"

"Gue sengaja bawa lo kesini sementara, kalo gue anter lo pulang apa kata mama Han nanti?"

"Tapi lo malah nuduh gue"

Jisung mengalihkan pandangannya, ia benci. Kenapa Minho harus tumbuh sebagai dominan, dia kan jadi kalah.

"M-minho lepasin, gue mau pulang"

Bukannya melepas tangan Jisung, cengkraman Minho malah semakin kuat membuat Jisung mengerutkan dahinya.

"Lo selalu ngehindarin gue kenapa? padahal gue udah nunggu lo dari dulu kak. Main ayunan, main perosotan, main tangga. Walau itu cuma dalih aja, tapi gue tetep mau sama lo"

Jisung meneguk ludahnya, rupanya Minho mengetahui bahwa dulunya dia hanya ingin mencelakai Minho agar bocah itu tak terus menempel dengannya.

"Dan lo tau kenapa gue tetep mau sama lo, karna gue ga punya temen, gue terus-terusan dibully, gada yang mau sama gue"

Jisung menahan nafasnya kala Minho membenamkan wajah di ceruk lehernya.

"Waktu itu gue takut, kalo gue ga main sama lo, gue sendiri. Gapapa gue lo apa-apain kak, gue tetep seneng karna gue punya temen"

"Tapi gue sakit ngelihat lo yang sekarang terus ngehindar dari gue, selalu ketus sama gue. Salah gue ke lo apa kak? Kenapa orang-orang selalu ga suka sama gue?"

"T-tapi lo sekarang sukses, Minho. Gada yang benci sama lo-"

"Iya! Emang sekarang udah gada cacian yang gue denger, gada tatapan jijik lagi ke gue. Tapi orang yang spesial buat gue masih bersikap demikian"

Jisung merasakan bahunya basah. Minho menangis, dia menunjukkan sisi lemahnya kepada Jisung dan ini karena Jisung.

Minho bangkit dan melepas tangan Jisung, mengambil kunci di dalam saku untuk membuka pintu, lalu mendudukkan diri di tepi kasur.

"Sekarang lo boleh pulang kak, lo ada kelas dance hari ini"

Jisung tak menjawab, dia pun bangkit, memakai jaket, mengambil kemejanya dan memasukkan kedalam tas.

"Maaf" ucap Jisung sebelum meninggalkan kamar.

~~••~~

Setelah dari club Jisung pulang ke rumah untuk sekedar mandi dan mengganti pakaian. Dirinya tak membawa sepeda motor lagi sebab takut tidak fokus.

Takut tidak fokus karena sikap Minho tadi.
Jisung melamun di dalam bus, merenungkan tiap kata yang terlontar dari mulut Minho.

Bahkan otaknya juga memikirkan masalah dirinya dan Seungmin, membuat Jisung ingin kembali menangis keras. Sungguh dia berada di mood sangat buruk sekarang. Ingin absen latihan pun tidak bisa, para trainee dilatih untuk profesional, tak peduli jika mood seseorang sedang baik atau buruk.

Nyess

"Fuck" lamunan Jisung buyar saat Jeongin menempelkan minuman dingin di pipi Jisung.

"Lo gapapa kak Ji? ga oke banget gue liat-liat dari tadi, kopi lo keburu kaga enak tuh"

Kini Jisung berada di cafetaria, memesan americano agar dirinya kembali fokus. Dirinya sudah 2 kali menerima protes, dia sudah berusaha sebaik mungkin namun sia-sia.

"Yah, gapapa Je" Jisung memainkan sedotan dan meminum sedikit. Dia harap Jeongin tidak banyak bertanya.

"Yaudah kayanya lo emang ga baik-baik aja. Gapapa, nanti habis latihan hari ini selesai lo boleh nangis sepuas lo kak, tapi jangan terus terpuruk, lo harus bangun"

Jisung mengangguk dan tersenyum tipis, lelaki yang lebih muda itu sudah Jisung anggap sebagai adik.

"Kalo ada apa-apa cerita aja sama gue bakal gue denger, walau gada saran tapi bisa bikin lo plong dikit"

"Iya Je, thanks"

"Kek sama siapa aja lo kak, gue kalo liat lo kaya gini tuh takut anjay soalnya lo orangnya brisik haha, yaudah gue duluan kak"

"Heem, hati-hati" sungguh, Jisung sangat down, bahkan tak ada tenaga menanggapi Jeongin atau sekedar tertawa kecil.

~~••~~

Tangis Jisung semakin kencang saat menatap roomchatnya dengan Seungmin, pesan Jisung masih belum ada balasan dari kekasihnya -oh, mungkin mantannya? sejak hari anniversary mereka.

Felix yang melihat sahabatnya itu ikut sakit hati, Hyunjin slow respon saja dirinya overthinking, apalagi Jisung? Tak ada kabar tiba-tiba menyebar undangan pernikahan.

"Ji, udah habis 1 box tisu, udah stop nangisnya, dengerin gue"

Felix mendekati Jisung, mendekap tubuh sahabatnya.

"Semua udah rencana yang di atas, kita hidup tentu ada aja ujiannya, gaada yang sesuatu sesuai sama yang kita mau. Lo harus percaya bahwa Tuhan ada rencana bagus buat lo, ada jodoh yang Tuhan jaga buat lo. Gapapa, ikhlasin aja. Ga harus cepet², karna semakin lo paksa lupain malah semakin susah. Pelan² Ji, lagian lo sekarang di masa trainee kan? lanjutin mimpi lo itu, lama² lo terbiasa dan gaakan lagi nginget² Seungmin."

"Hiks, gue takut gabisa lix, huhu"

"Bisa Ji, emang sekarang gabisa gatau besok, tapi gue yakin sama lo"

Jisung membalas pelukan Felix, mengusap air matanya di bahu Felix.

"Huhu, Lix gue sayang banget sama lo, pacaran aja ga si"

"Stop berperilaku tolol"


.

.

❛ 𝐃 𝐈 𝐒 𝐒 𝐄 𝐌 𝐁 𝐋 𝐄 ❜

𝑻𝒐 𝑩𝒆 𝑪𝒐𝒏𝒕𝒊𝒏𝒖𝒆

Dissemble [ MinSung ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang