Typo🙏
Happy Reading...!!!Gadis kecil itu masih setia menemplok di dada Shani. Seperti sekarang, saat Shani sedang sarapan pun ia sama sekali tidak melepaskan pelukannya. Imel sudah berusaha membujuk Chika namun tetap sama. Malah Chika semakin menangis dan Shani sama sekali tidak bisa menikmati makan paginya dan berakhir dengan menyudahinya saja.
"Suuttsss udah dong kak," ucap Shani sambil mengusap punggung Chika.
"Bawa ke kamar aja coba. Siapa tau dia bisa tenang Kak." Saran Imel.
"Iya mam, kakak boleh pinjem hp mama ga? Belum sempet beli lagi, mau telpon Cio ngasih tau Chika kalo dia gak jadi berangkat sekolah." ucap Shani pada Imel.
"Boleh, hp mama ada dikamar kak. Ambil aja," titah Imel.
"Iya mam, makasih ya." Imel hanya menampilkan senyumannya saja dan mengangguk samar. Shani pun pergi ke lantai atas untuk menuju kamar Imel. Setelah mendapatkan apa yang dia inginkan, Shani masuk ke kamarnya dengan Chika yang sama sekali tidak bergeming dalam gendongannya.
"Duduk dulu Kak!" Ucap Shani sambil mendudukkan Chika di atas tempat tidur.
"Gak mau mama! Chika mau sama mama, jangan tinggalin Chika ma!!!" Chika kembali histeris saat tubuhnya akan diletakkan di tempat tidur.
"Nggak kak! Mama disini, mama gak kemana-mana." Ucap Shani yang kini kembali memangkunya. Tangan lembut Shani kembali mengusap punggung Chika dan menenangkannya. Isakan kecil itu terdengar dalam pelukan Shani.
"Sayang," Shani kemudian menangkup wajah Chika. Menatap mata Chika yang penuh dengan kesedihan, airmatanya terus membasahi pipi. "Apa yang lagi kamu rasain?" Tanya Shani dengan lembut.
"Mama..." Ucap Chika, yang menatap dalam mata Shani.
"Iya sayang, cerita sama mama. Kakak kenapa?" Tidak ada jawaban darinya."Takut?" Tanya Shani lagi dibalas anggukan Chika.
"Apa yang kakak takutin?"
"Mama pergi," lirih Chika sambil mengusap airmatanya. Shani mulai terbawa suasana saat menatap mata Chika yang persis seperti pertama kali Shani bertemu dengan Chika. Sebelum melanjutkan pembicaraannya, Shani lebih dulu mengecup kening Chika, kemudian kedua pipinya.
"Mama disini, mama gak kemana-mana sayang." Ucap Shani.
"Mama hiksss, mama gak boleh pergi kaya mama Anin. Kakak sedih maa..." Tak ingin membuat suasana semakin tak terkendali, Shani hanya memeluk Chika tanpa ingin berkata apapun. Jujur saja saat ini ia merasa bingung, apa Chika sedang merindukan sosok mamanya atau ada hal lain yang membuatnya seperti itu. Pertanyaan itu terus berputar dalam benak Shani.
"Suuttsss mama kan ada disini sama kakak, mama gak akan ninggalin kakak. Mama akan selalu ada disini," Shani mengarahkan telunjuknya ke dada Chika. "Kemana apapun kamu pergi, mama akan selalu ada. Begitupun sebaliknya kemanapun mama pergi kamu dan juga papa kamu akan selalu ada didalam hati mama. Dan selamanya akan seperti itu sayang." Shani mencoba merangkai perkataannya agar Chika lebih tenang. Bisa Shani rasakan debaran jantung Chika begitu kencang saat ia memeluknya. Chika sama sekali tidak bergeming, tangannya yang melingkar di pinggang Shani tak pernah ia lepaskan.
"Kita telpon papa ya. Kasih tau papa kalo anaknya gak mau sekolah nih!" Ucap Shani, lalu menghubungi Cio menggunakan ponsel yang ia pinjam dari Imel.
"Hallo, siapa ya?" Tanya Cio di ujung panggilan.
"Ini aku,"
"Aku siapa?" Tanya Cio lagi.
"Masa kamu gak ngenalin suara aku sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama [Greshan]
RomanceKehilangan seseorang akan selalu menjadi luka terdalam.