Dipikir pikir hubungan Lania dan Prayoga hanya sebatas saling menyukai, mungkin. Mesra sih dari tampang hubungan mereka, tapi ada satu sisi yang tak di rasakan oleh Lania.
Lania berfikir bahwa dirinya dan Prayoga tak sedekat itu, dan juga dirinya merasa jarang untuknya berkomunikasi dengan Prayoga. Komunikasi mereka hanya sebatas di sekolah saling sapa dan memberikan sesuatu tapi di luar itupun tak pernah terjadi komunikasi apapun.
Tapi akan hal itu, Lania pun tak mau terlalu memikirkan nya. Jika Prayoga benar benar menyukainya ya pastinya Prayoga akan melakukan berbagai cara untuk bisa disisi Lania. Tapi jika Lania tak merasakan hal tersebut, ya berarti itu waktu untuk Lania berhenti dengan perasaan ini.
"aduhhh mang gimana dong, dompet saya tiba-tiba gak ada" ujar seseorang disana yang sedang mempeributkan sesuatu.
Lania, Dea, Ziza, dan Rina yang mendengar itu sontak menoleh ke arah sumber keributan yang heboh disana.
"duh gimana nak, mamang juga gatau" ujar mang batagor.
Dea yang merasa kenal dengan sosok laki-laki itu pun segera memberitahu yang lain.
"eh itu Dion bukan sih?" tanya Dea ke pada yang lain.
"lah iya cok" ujar Rina.
Lania yang sadar akan hal itu tiba-tiba ia merasa kasihan dengan Dion yang dimana terlihat raut panik di wajah nya. Lania tak mau pikir panjang, ia sontak berdiri dan menghampiri kehebohan itu.
"ini mang uang nya" ujar Lania yang baru tiba lalu spontan menyerah uang untuk membayar seporsi batagor yang di beli Dion.
Dion yang melihat itu kaget tak percaya dengan keberadaan Lania disana. Ia menaikkan satu alisnya sambil bertanya-tanya di dalam hatinya.
Lania yang melihat Dion diam saja di sana pun ia berinisiatif untuk menawarkan untuk duduk bersama teman-temannya.
"em kak Dion?" panggil nya, dan Dion pun tersadar.
"kak Dion ayo gabung sama temenku yang lain" ajak Lania.
"eh s-sorry ya, and thanks gue buru-buru" ujar Dion
"seharusnya lo ga usah repot-repot bayarin makanan gue, gue bisa nelpon temen gue" lanjutnya.
"gapapa kak, daripada rame keributan disini kan ga enak dilihat orang-orang disini" ujar Lania.
"thanks ya, bakal gue ganti uang lo, tenang aja" ujar Dion.
"ah gapapa kak, gausah di ganti. ikhlas dan dengan senang hati aku membantu kakak"
"ga usah sok pahlawan, tetep gue ganti. besok gue ke kelas lo" ujar Dion lalu pergi meninggalkan Lania dan menaiki motornya.
"siapa nama lo? gue lupa" ujar Dion berbohong.
"Lania kak"
"oke, duluan" ujar Dion lalu meninggalkan tempat.
Lania disana hanya bisa tersenyum sebentar lalu pergi ke tempat nya semula.
"Lan, gimana?" tanya Dea penasaran.
"gak kenapa-kenapa"
"lo bayarin makanan Dion?" tanya Ziza yang di jawab dengan anggukan kepala.
"kok lo mau sih? lo ga takut rugi?" tanya Ziza.
"engga, apa salahnya membantu kakak kelas"
"bener sih, tapi dari tampangnya tadi kayak dia pura-pura ilang tuh dompet" ujar Rina.
"sstt jangan suudzon" ujar Lania.
"gapapa kalo emang dia boong, yang penting aku ikhlas membantunya" ujar Lania.
"udah lah guys, Lania ga kayak lo lo pada. dia mah positif, kalian aja yang negatif mulu hidupnya" kali ini Dea menyaut.
"dihh anjing, udah lah pulang yok. capek gue" ujar Ziza.
"yok lah"
Diperjalanan pulang Lania tiba-tiba di bingung kan dengan perasaan dan pikirannya. Saat ini, Lania tak tahu mengapa dirinya sangat memikirkan Dion. Pikirannya dipenuhi dengan tampang Dion saat itu.
"apasih Nia, kamu mikirin apa!!" ujar Lania menyadarkan dirinya.
Terlihat Lania yang sedang mengendarai motornya dengan gerakan kepala menggeleng seperti sedang tidak mau menerima kenyataan.
"gak mungkin aku suka kak Dion? murahan banget suka sama dua cowo?" ujar nya lagi.
"gak gak gak"
"duh tapi kak Dion... manis banget ga boong" ujarnya lagi.
"oke oke, stop thinking about him"
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling in Love
Teen Fiction⚠️⚠️⚠️ DILARANG PLAGIAT‼️‼️ CERITA INI FULL KARANGAN SAYA SENDIRI‼️‼️ Ternyata benar kata orang orang, masa yang paling seru dan menyenangkan itu di masa masa SMA. Dimana banyak suka duka dan kenangan yang tak bisa di lupakan, salah satunya adalah K...