01 - Prolog

1K 99 35
                                    

Jujur, aku gak nyesel di daftarin di sekolah ini...

Tapi, aku juga agak nyesel karena gatau kenapa...

Hari-hari ku dipenuhi manusia gila...

Dulu nya aku emang takut orang gila, eh sekarang malah emang gila semua.

Dan, inilah dia, awal dari semua nya!

Keadaan aku sekarang adalah... Bengong di gerbang sekolah.

Aku mengakui, aku bakal ketularan gila nya orang-orang sekitar. Tapi ternyata aku alhamdulilah masih waras. Bukti nya? Aku berangkat pagi-pagi buta, lihat aja sekitar. Cuma angin lalu lalang yang bikin tubuh aku rada menggigil.

"Ternyata aku terlalu waras ya?" gumam ku sambil melihat bangunan sekolah.

Okelah, aku bisa dicap jadi murid paling waras+teladan. Pede dikit gak ngaruh.

Saat aku masuk, aku merasa ada yang menatap aku dari arah kejauhan. Bisa dibilang dari lantai atas. Saat aku nengok ke atas, terlihat sebuah sosok misterius yang tiba-tiba hilang.

Kata rumor, tentang sekolah ini sih dulu nya sekolah angker. Nama nya juga bukan SMA Pulau Rintis. Tapi, SMA Anomali Cakrawala yang udah di tempati sejak tahun 1985. Gatau sih, tapi gitu kata rumor. Aku sih 50% percaya 50% gak percaya. Soalnya apa? Aku gak suka hal-hal mistis. Itu malah buat akal sehat ku hilang nanti nya.

Saat aku hendak masuk, tiba-tiba ada yang pegang pundak aku. Aku berjinjit kaget dan memastikan yang ada di belakang ku sekarang.

"SETAN!" teriak ku kaget ke orang yang megang pundak ku tadi.

Orang yang tadi pegang pundak ku juga ikut terkejut, karena teriakkan dari ku.

"Ah... Maaf. Aku gak sengaja, bikin kamu kaget" ucap pemuda itu bersalah. Aku melihat pemuda itu dari atas sampai bawah. Kek kenal? Oh, dia ketua OSIS di SMA ini. Mampus banget [Name], mana tadi kelakuannya gak mencerminkan murid teladan. Fiks, habis ini aku bakal jadi babu di ruang OSIS. Bunda, tolong selamatin putri mu ini...

"K-kak gempa? M-maaf atas perilaku aku yang tadi, kak! Aku tadi benar-benar kaget, gak tahu kalau itu kak Gempa!" ujar ku terbata-bata sambil menunduk bersalah. Sialan.

"Oh... Sepertinya aku kenal kamu? Kamu itu 'kan? [Full Name] dari kelas 12-A? Murid pindahan? Kamu kenapa, kok bisa pindah ke sekolah ini?" tanya pemuda itu yang bernama, Gempa. Mengintimidasi ku dengan hujan pertanyaan.

Aku hanya tersenyum kikuk, ketika diterjang pertanyaan itu. Tiba-tiba banget dia tau nama ku sama kelas yang aku tempati. Aku hampir lupa dia OSIS sekaligus penjaga buku biodata para siswa disini. Kata alumni SMA ini, si ketos ini galak nya gak minta ampun. Tapi, masa sih? Orang muka nya aja kalem banget.

Ngomong ngomong soal kepindahan, aku kesini karena ayah. Kalau aja ayah gak ada kerjaan disini, aku masih bisa menikmati masa-masa ku di sekolah sana. Aku tidak menyalahkan ayah, tapi menyalahkan pekerjaan nya. Keparat emang.

"[Name]...?" tanya Gempa, membuat lamunan ku terbuyarkan.

"Ah iya, maaf kak. Tadi aku bengong sedikit." tanya [Name] balik, mengalihkan pembicaraan.

Gempa tersenyum. "Ah gak papa kok. Omong-omong, panggil Gempa aja ya? Kita kan seangkatan?" tawar Gempa kepada [Name].

"Maaf, bukan nya aku gak mau jawab tapi ini ada sedikit menyangkut masalah pribadi. Juga gak papa panggil pake nama panggilan? Soalnya, 'kan secara umur aku lebih muda dari kamu. Dan aku juga ngerasa kurang sopan" ujarku dengan sopan. Karena, bisa aja aku takut salah ngomong. Bisa parah 'kan kalau aku blak-blakan ngomong nya.

Lalu, tiba-tiba ada dua pemuda lain ikut menimbrung. "Sepertinya tadi ada yang manggil hamba? Apakah nona ini?" Pemuda lainnya disebelah Gempa, muka nya mereka kok mirip begitu pikirku.

"Astaga, Sopan. Kalau baru sampai, harus nya beri salam dulu biar kita gak kaget" peringat Gempa kepada pemuda yang bernama, Sopan itu. Sopan? Sesopan apa dia sampai dinamakan begitu?

Pemuda yang bernama, Sopan itu membungkuk badan nya menghadap Gempa. "Maafkan hamba, Kakanda Gempa"

'Ternyata emang bener-bener sopan!' batinku.

"Astaga. Anu, dia siapa, Gem?" tanya pemuda satu nya. Dari name tag nya dia namanya, Glacier. Dia menunjukkan jari nya pada ku.

"Ah, dia [Full Name] dari kelas 12-A" jawab Gempa. Sopan dan Glacier lalu menghadap kepada ku secara bersamaan.

Sopan tersenyum ke arah ku. "Oh apakah nona [Full Name] yang kata nya pindahan sekolah?" tanya Sopan mendekat ke arah ku.

'jangan mendekat, please' batin ku panik.

Saat Sopan hendak mendekat diriku, aku langsung mundur mengambil jaga jarak. "Ah iya, benar. Dan maaf kita harus berjaga jarak kan? bukan nya aku lancang, tapi bukan muhrim"

Ketiga pemuda itu terkejut yang barusan aku katakan. Apa? Apa aku salah ngomong? Atau gimana?

Sopan terkekeh mendengar penuturan ku. "Yasudah, bagaimana jika hamba halal 'kan saja?" goda Sopan tersenyum lebar. Membuat aku sedikit merinding sekujur badan.

'jokes nya ga lucu ya! GAK LUCU!' batin ku menjerit merinding.

"Sopan! Jangan sembarang ngomong!" peringat Glacier.

"Haha, hamba hanya bercanda. Tapi, jika ingin serius juga tidak apa apa" goda Sopan kembali. Aku muak, mau kabur aja. Ternyata, nama Sopan hanyalah tipu-tipu, sifat nya saja tidak mencerminkan sopan.

"Astaga, maafkan Sopan, [Name]. Tapi, dia sebenarnya dia bukan orang yang kamu pikirkan. By the way, kamu juga berangkat pagi?" tanya Glacier mengalihkan pembicaraan.

"Gak papa, kalau aku soal ditanya itu aku gak bisa jawab. Soal nya mood ku kayak nya lagi bagus, maka nya berangkat terlalu pagi. Kalau kalian?"

"Kami emang hampir setiap hari berangkat pagi, karena kemauan kami sendiri" jawab Gempa mewakili mereka. Aku hanya ber-oh-ria saja. Tapi, ada yang aku ingin tanyakan kepada mereka tentang... Wajah mereka. Kenapa mirip sekali?

"Anu... Aku boleh nanya sedikit?"

"Tanya tentang masa depan kita?" tanya balik Sopan blak-blakkan. Memang ya, cowok satu ini gak ada sopan-sopan nya!

"Ah bukan, mau nanya, kenapa wajah kalian mirip? Kalian kembar tiga kah?" tanya ku bingung.

Gempa, Sopan, dan Glacier menatap satu sama lain dan mereka terkekeh kecil. 'mereka kenapa sih?! Kok malah ketawa?!' batin ku tambah semakin bingung.

"Benar, kami kembar tiga belas" jawab Gempa, membuat diri ku tidak bisa berkata-kata.

'Apa tadi katanya? Kembar tiga belas? Kok bisa? Apa gak sakit itu ibu mereka? Bunda aja yang ngelahirin aku aja sekarat, sedangkan ibu mereka?' batin ku shik shak shok. Sisa nya shok berat.

"A-ah begitu ya? Tapi, kok bisa kalian kembar tiga belas?" tanya ku masih agak syok. Jujur ya, gitu-gitu ibu mereka kuat juga. Hebat banget. Andai bunda sekuat ibu mereka... Ah, gak. Bunda sekarat karena bunda banyak pikiran pas dulu kata ayah.

"Untuk itu kami tidak bisa menjelaskan" jawab Glacier tersenyum lembut.

"O-oh oke. By the way, kalian dari kelas mana aja?" tanya aku mengalihkan topik. Be honest, aku agak nyesel tanya pertanyaan itu tadi. Tapi, kalau gak di tanya nanti jiwa penasaran ku makin berkoar koar.

"Glacier dan Sopan dari kelas 12-C, dan aku dari kelas 12-B" jawab Gempa menjelaskan.

Aku hanya mengangguk ucapan gempa. Ternyata kelas mereka tetanggaan.

"Yaudah yuk masuk, bentar lagi pasti anak-anak lain ada yang datang pagi juga" ajak Glacier. Aku hanya mengikuti mereka saja.

-

tbc, jangan lupa vote,komen, and follow.

ANOMALI ( Boboiboy x Reader )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang