02 - Penolakan Dava.

65 5 0
                                    

  Wildan sudah berdiri di depan ruang kerja Dava. Dengan ragu, Wildan mengetuk pintu bercat hitam di hadapannya sebanyak 3 kali. "Dava, ini Bapak, boleh Bapak masuk?"

  Tidak ada tanggapan dari Dava, tapi tak lama kemudian, pintu terbuka.

  "Masuk, Pak." Dava membuka lebar pintu, mempersilakan Wildan memasuki ruang kerjanya.

  Wildan memasuki ruang kerja Dava. Keduanya lantas duduk di sofa dengan posisi saling berhadap-hadapan.

  "Kamu dan Elena bertengkar?"

  Dava mengangguk.

  Jawaban Dava membuat Wildan geleng-geleng kepala. "Dava, Elena lagi sakit loh."

  "Dava tahu, kalau Elena lagi sakit, Pak. Tapi tadi Elena benar-benar membuat Dava marah."

  "Tapi seharusnya kamu tetap bisa mengontrol emosi kamu, Dava. Jangan marah-marah!"

  "Pak, bagaimana mungkin Dava enggak marah saat Elena meminta Dava untuk menikah lagi disituasi yang seperti sekarang ini." Dava menjelaskan dengan penuh emosi.

  "Apa? Elena meminta kamu menikah lagi?" Wildan terkejut, saking terkejutnya, kedua matanya bahkan sampai melotot.

  "Iya, Pak. Elena meminta Dava untuk menikah lagi." Kali ini nada bicara Dava tidak lagi setinggi sebelumnya.

  "Sama siapa?"

  "Dava enggak tahu, dan Dava enggak mau tahu, karena sampaikan kapanpun, Dava enggak akan pernah mau menikah lagi. Dava tidak akan pernah menduakan Elena, Pak." Dava menjawab tegas pertanyaan Wildan.

  Wildan sedang bersama Dava, begitu juga dengan Ayu yang saat ini sudah bersama Elena.

  Elena sedang menangis ketika Ayu datang. Dengan cepat, Elena menyeka air mata di wajahnya, meskipun tahu kalau itu percuma karena Ayu sudah melihat sekaligus mendengar tangisannya.

  "Kenapa menangis, Elena?" Ayu menyeka air mata yang sudah membasahi wajah sang menantu.

  "Mas Dava ma-marah sama Elena, Bu," jawab Elena terbata-bata.

  "Kalau boleh Ibu tahu, marah karena apa?" Ayu tahu bagaimana Dava, dan Ayu yakin, pasti ada alasan kuat kenapa Dava marah pada Elena.

  Elena menundukkan wajahnya, tidak berani menatap Ayu yang kini menatap lekat dirinya. "Mas Dava marah karena Elena memintanya untuk menikah lagi, Bu."

  Ayu diam, mencoba mencerna jawaban yang baru saja Elena berikan. "Apa Ibu enggak salah dengar, Sayang? Ka-kamu meminta Dava untuk menikah lagi?"

  "Iya, Bu."

  "Elena, apa kamu sadar dengan apa yang kamu minta?" Ayu menatap sang menantu dengan raut wajah shock, tak menyangka dengan apa yang baru saja Elena minta pada Dava.

  Elena tersenyum maklum, tahu betul kalau Ayu pasti shock setelah mendengar pengakuannya tadi. "Elena sepenuhnya sadar, Bu dengan apa yang baru saja Elena minta sama Mas Dava," jawabnya sambil tersenyum tipis. "Alasannya tentu aja karena umur Elena enggak akan lama lagi, Bu. Elena mau, sebelum Elena meninggal, Mas Dava menikah dengan wanita pilihan Elena. Insya Allah, wanita pilihan Elena memang pantas dan layak untuk menjadi istri Mas Dava, menjadi Bundanya Reigan sekaligus menjadi menantu di keluarga besar Wijaya."

  "Ya Allah, Elena." Ayu langsung memeluk Elena, tak lagi bisa berkata-kata setelah mendengar penjelasan panjang lebar dari sang menantu.

  "Semua itu Elena lalukan supaya nanti Elena bisa beristirahat dengan tenang, Bu," bisik Elena sambil berurai air mata.

Istri kedua sang CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang