22 - Flashback - Mencari istri untuk suamiku

15 1 0
                                    

Dava memang pulang lebih dulu dari pada Nala, tapi waktu yang Dava butuhkan untuk sampai di rumah jauh lebih lama dari pada Nala. Jika Nala hanya butuh waktu tak lebih dari 20 menit untuk sampai di rumah, maka Dava butuh waktu lebih dari 2 jam untuk sampai di rumah.

"Bi, istri saya di mana?" Dava bertanya pada pelayan yang baru saja membukakan pintu untuknya.

"Nyonya Elena ada di kamarnya, Tuan."

"Bagaimana kondisinya, Bi?" Tadi siang setelah selesai makan siang, Dava sudah menghubungi Elena, menanyakan bagaimana kabar istrinya tersebut? Dan Elena mengatakan jika Elena baik-baik saja. Tapi meskipun begitu, Dava tetap ingin tahu, bagaimana pendapat dari para pelayan yang seharian ini bersama Elena di rumah?

"Kondisi Nyonya sudah membaik, Tuan. Tadi pagi, Nyonya juga pergi ke luar."

Dava menghentikan langkahnya, lalu berbalik menghadap Bi Narti. "Tadi pagi istri saya pergi?" tanyanya memastikan.

Pertanyaan Dava membuat Bi Narti seketika berpikir jika Dava sama sekali tidak tahu menahu tentang kepergian Elena tadi pagi.

"Aduh, bagaimana ini?" gumam Narti dalam hati.

"Bi!" Dava menegur Bi Narti yang malah melamun.

"Iya, Tuan. Tadi pagi Nyonya pergi." Bi Narti tak punya pilihan lain selain jujur. Tidak mungkin dirinya tiba-tiba berbohong, mengatakan jika tadi ia salah berbicara, bukan?

"Pergi ke mana?" Dava ingin tahu, ke mana tadi pagi Elena pergi.

"Saya enggak tahu, Tuan. Nyonya enggak bilang mau pergi ke mana. Nyonya cuma bilang kalau mau pergi ke luar."

"Ya sudah kalau begitu, terima kasih banyak ya, Bi."

"Iya, Tuan, sama-sama."

Dava kembali melanjutkan langkahnya, pergi menuju kamarnya yang terletak di lantai 2.

Saat memasuki kamar, Dava melihat Elena yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Elena bergegas menghampiri Dava yang terlihat sekali sangat lelah. Elena meraih tas kerja Dava dan meletakkan tas tersebut di meja, lalu menuntun sang suami untuk duduk di sofa..

"Maaf ya, Mas pulangnya telat. Jalanannya macet banget karena tadi ada kecelakaan mobil."

"Enggak apa-apa, Mas." Elena tahu apa penyebab sang suami pulang terlambat karena kecelakaan beruntun yang terjadi di jalan tol tersebut saat ini sedang di siarkan hampir semua stasiun televisi. Elena meraih gelas yang ada di meja, kemudian memberikan gelas yang berisi air tersebut pada Dava. "Minum dulu, Mas."

"Terima kasih, Sayang," ucap Dava sesaat sebelum meminum air tersebut.

"Sama-sama, Mas," balas Elena sambil tersenyum tipis.

Begitu air dalam gelas habis, Dava meletakkan gelas tersebut di meja.

Elena berbalik menghadap Dava. "Sini Mas, biar aku bukain dulu dasinya."

Dava membiarkan Elena membuka dasinya.

Tangan kanan Dava terulur, membelai wajah Elena yang sekarang sudah tidak lagi sepucat tadi pagi. "Sayang."

"Apa, Mas?" tanya Elena sambil menatap Dava.

"Bi Narti bilang, tadi pagi kamu pergi? Kamu pergi ke mana, hm?" Dava ingin tahu ke mana tadi pagi Elena pergi, karena Elena tidak meminta izin darinya. Padahal biasanya, sebelum pergi, ke mana pun itu, Elena akan terlebih dahulu meminta izin darinya.

"Oh, tadi pagi aku pergi ke toko kue, beli kue kesukaan Rei dan kesukaan kamu, Mas." Elena lalu menunjuk ke arah kue yang ada di meja. "Maaf, Mas, aku terpaksa berbohong," ucap Elena dalam hati. Sebenarnya Elena tidak sepenuhnya berbohong, karena sebelum pulang ke rumah, Elena memang mampir terlebih dahulu ke toko kue untuk membeli kue kesukaan Dava dan Reigan. Elena hanya tidak memberitahu Dava tentang dirinya yang pergi memeriksakan diri ke rumah sakit.

Istri kedua sang CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang