05 - Dava poligami.

44 3 0
                                    

  Tak terasa, 2 hari sudah berlalu sejak Elena menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Kondisi Elena berangsur-angsur membaik, tapi Elena belum diperbolehkan untuk pulang. Elema masih harus menjalani perawatan intensif selama beberapa hari ke depan.

  Sampai hari ini, Dava masih setia  menemani Elena di rumah sakit. Sejak kemarin, Dava memutuskan untuk kembali bekerja, tapi Dava membawa semua pekerjaannya ke rumah sakit. Dava memutuskan untuk tidak cuti terlalu lama karena takut kalau pekerjaannya akan semakin bertambah banyak.

  Pagi tadi, setelah menemani Elena sarapan, Ayu dan Mayang memutuskan untuk pulang, keduanya akan kembali ke rumah sakit nanti siang, jadi sekarang hanya ada Dava dan Elena.

  Dava melangkah mendekati Elena, lalu duduk di kursi yang ada tepat di samping kanan tempat tidur. Dava menatap lekat Elena yang semakin hari semakin terlihat kurus. Elena bukan hanya terlihat kurus, tapi juga terlihat semakin tak memiliki semangat untuk hidup. Dava meraih kedua tangan kurus Elena, kemudian menggenggamnya dengan erat. "Kamu masih belum mau bicara sama, Mas?"

  Sejak Elena sadar, Elena tidak mau bicara pada Dava, hanya pada Dava.

  Elena mengabaikan pertanyaan Dava. Elena terus menatap ke arah jendela.

  "Elena," bisik Dava. "Ka–" Dava tidak sempat melanjutkan ucapannya karena suara dari pintu kamar yang diketuk sudah terlebih dahulu terdengar.

  Setelah pamit pada Elena, Dava mendekati pintu untuk melihat siapa yang datang.

  "Masuk Vin." Dava menyambut hangat kedatangan Vino.

  Beberapa jam sebelumnya, Vino sudah memberi tahu Dava kalau siang ini dirinya akan datang menjenguk Elena, jadi kedatangan Vino tidak mengejutkan Dava.

  Seperti biasa, Dava dan Vino terlebih dahulu berbasa-basi.

  "Hai, Elena." Ini adalah kali pertama Vino dan Elena bertemu karena ketika pertama kali Vino datang menjenguk Elena, Elena sedang istirahat.

  "Hai, Vin," balas lemah Elena.

  "Bagaimana kabar lo hari ini?" Vino lantas duduk di kursi yang sebelumnya Dava duduki.

  "Gue merasa jauh lebih baik dari kemarin."

  "Alhamdulillah kalau begitu." Vino tak bisa menyembunyikan rasa senangnya begitu tahu kalau kondisi Elena sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.

  "Gue mau beli minum dulu ya ke kantin." Tanpa menunggu tanggapan dari Vino dan Elena, Dava melenggang pergi meninggalkan kamar.

  Sekarang hanya ada Vino dan Elena.

  "Beberapa hari yang lalu, Dava udah cerita sama gue tentang permintaan lo sama dia." Kalimat tersebut Vino ucapkan dengan penuh keragu-raguan.

  Elena hanya diam. Elena ingin tahu, apa yang selanjutnya akan Vino katakan.

  "Kalau gue boleh tahu, siapa orangnya, Len?" Vino menatap lekat Elena. Vino harap, Elena mau menjawab pertanyaannya, supaya rasa penasarannya bisa hilang.

  Sejak tahu kalau Elena meminta Dava menikah lagi dengan wanita pilihannya, Vino terus menerus dihantui oleh rasa penasaran.

  "Gue enggak mau kasih tahu lo siapa orangnya, tapi lo kenal kok sama orangnya." Elena berpikir kalau Davalah yang menyuruh Vino untuk bertanya seperti tadi padanya, karena itulah Elena tidak akan memberi tahu Vino siapa wanita pilihannya. Elena takut kalau Dava akan menemui wanita tersebut, lalu memintanya untuk menolak permintaannya menikah dengan Dava.

  Jawaban Elena mengejutkan Vino, saking terkejutnya, kedua mata Vino bahkan sampai melotot. "Gue kenal sama orangnya?" tanyanya sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri.

Istri kedua sang CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang