07 - Nala, wanita pilihan Elena.

34 3 0
                                    

  Elena tahu kalau Dava shock setelah tahu siapa wanita yang ia pilih untuk menjadi madunya.

  "Mas Dava!" Elena akhirnya  menegur Dava yang sampai saat ini masih diam, sambil terus menatap lekat Nala.

  Tatapan intens Dava membuat Nala merasa tak nyaman. Nala menundukkan wajahnya untuk menghindari tatapan intens Dava. Kedua tangannya yang saling bertaut mulai mengeluarkan keringat dingin. Dava terlihat sekali sangat shock, membuat Nala seketika berpikir jika sebelumnya Elena tidak memberi tahu Dava kalau dirinyalah calon istri keduanya.

  Nala mendekati Elena. "Mba, aku mau pulang aja ya," bisiknya sambil terus menundukkan wajahnya.

  Elena berbalik menghadap Nala. "Loh, kenapa pulang?"

  Nala diam karena tak tahu jawaban apa yang harus ia berikan pada Elena. Nala ingin jujur, tapi merasa tak enak.

  "Jangan takut, Nala. Mas Dava enggak akan marah kok sama kamu. Percaya deh sama, Mba." Elena seolah tahu apa yang menjadi ketakutan terbesar Nala saat ini, jadi Elena meyakinkan Nala jika apa yang Nala takutkan tidak akan terjadi.

  Nala ingin sekali mempercayai ucapan Elena, tapi entah kenapa hati kecilnya merasa ragu.

  "Ayo." Elena meraih tangan kanan Nala, lalu membawanya mendekati Dava.

  "Mas Dava!" Elena kembali menegur Dava.

  Teguran Elena kali ini berhasil menyadarkan Dava.

  Atensi Dava beralih pada Elena diiringi senyum tipis yang menghiasi wajahnya.

  "Nalalah wanita yang aku pilih untuk menjadi istri kedua kamu, Mas," ucap Elena sambil memeluk Nala.

  Dava yang masih shock hanya bisa diam. Dava tak tahu, respon apa yang harus ia berikan.

  "Aku tahu kalau kalian berdua sudah saling mengenal, tapi sebaiknya kalian berdua kembali berkenalan." Elena mencoba untuk mencairkan suasana.

  Dava tidak mau membuat Elena marah, jadi Dava segera mengulurkan tangan kanannya.

  Nala tidak langsung membalas jabatan tangan Dava. Nala malah terus menatapnya, dan sebenarnya merasa takut untuk berjabat tangan dengan Dava.

  "Nala!" Dengan lembut, Elena menegur Nala.

  "Eh, iya, Mba," balas Nala dengan gugup.

  Melalui isyarat mata, Elena meminta Nala untuk membalas jabatan tangan Dava.

  Dengan perasaan ragu, Nala membalas jabatan tangan Dava. Keduanya pun kembali berkenalan seolah ini adalah pertemuan pertama mereka.

  "Ayo kita duduk." Elena menuntun Elena untuk duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan Dava, di susul dirinya yang kini duduk di samping Nala.

  Tak lama kemudian, makanan yang sebelumnya sudah Elena pesan akhirnya tiba. Makan malam pun dimulai.

  Dava, dan Nala lebih banyak diam, sedangkan Elena sesekali bertanya, apa yang Dava dan Nala mau? Atau meminta pendapat keduanya tentang menu makanan yang saat ini mereka nikmati. Semua itu Elena lalukan untuk mencairkan suasana  di sekitarnya yang sangat tegang.

  Elena terlebih dahulu menghabiskan makanannya, disusul Dava dan yang terakhir adalah Nala.

  "Nala."

  Nala langsung menoleh ke arah Elena. "Iya, Mba."

  "Besok malam kamu sibuk gak?"

  "Besok malam?"

  "Iya, besok malam. Kalau kamu enggak sibuk, Mba mau mengundang kamu untuk makan malam di rumah. Mba mau memperkenalkan kamu sama  keluarganya Mas Dava." Elena ingin segera mengenalkan Nala pada keluarga Dava,menurutnya lebih cepat lebih baik.

Istri kedua sang CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang