09 - Ketakutan Nala.

36 4 0
                                    

  "Assalamualaikum." Sebelum melangkahkan kedua kakinya memasuki rumah, Nala terlebih dahulu mengucap salam.

  "Waalaikumussalam." Hartono dan Sri menjawab kompak salam Nala. Saat ini keduanya sedang duduk santai di ruang keluarga.

  Nala menghampiri kedua orang tuanya, menyalami keduanya secara bergantian sebelum akhirnya mendudukkan dirinya di sofa.

  "Bapak pikir, kamu perginya sampai malam, Nak." Saat Nala meminta izin untuk pergi makan malam di luar, Hartono berpikir jika Nala akan pergi berkencan karena itulah, Hartono luar biasa bahagia.

  "Nala cuma pergi makan malam, Pak." Nala menjawab santai pertanyaan Hartono meskipun sebenarnya Nala sangat gugup.

  "Sama siapa sih makan malamnya?" Sri tahu kalau Nala baru saja pergi makan malam, yang Sri tidak tahu, dengan siapa Nala pergi? Apa Nala pergi bersama teman-temannya? Atau pergi bersama seorang pria?

  "Sama teman Nala, Bu." Nala tidak berani memberi tahu Hartono dan Sri siapa orang yang baru saja ia temui.

  Nyatanya sampai detik ini, Nala belum memberi tahu kedua orang tuanya kalau ia setuju untuk menikah sekaligus menjadi istri kedua Dava, atasannya sendiri.

  Elena juga tahu kalau Nala belum memberi tahu kedua orang tuanya tentang hal tersebut, karena memang Elenalah yang memang meminta Nala untuk tidak memberi tahu keduanya. Dava sudah setuju untuk menikah dengan Nala, dan setelah nanti mengenalkan Nala pada keluarga besar Dava, sesegera mungkin, Elena akan mengajak Dava untuk menemui orang tua Nala, memberi tahu mereka tentang rencananya yang ingin menjadikan Nala sebagai istri kedua Dava.

  Elena tahu kalau permintaannya pasti akan sangat mengejutkan Hartono dan Sri, tapi Elena harap kalau keduanya tidak akan menolak mentah-mentah permintaannya, meskipun sebenarnya Elena meragukan hal tersebut. Elena yakin, salah satu orang tua Nala, entah itu Hartono atau Sri, atau bahkan keduanya akan menolak mentah-mentah permintaannya dan Dava yang ingin menjadikan Nala sebagai istri kedua. Namun jika sampai hal itu terjadi, maka Elena akan berjuang untuk mendapatkan restu dari keduanya. Elena tidak akan menyerah.

  "Teman pria apa wanita?" Binar bahagia terlihat jelas di kedua mata Sri, sama seperti Hartono, Sri juga berpikir kalau Nala baru saja pergi berkencan.

  Nala tersenyum tipis. "Dua-duanya, Bu. Ada pria dan juga wanita."

  "Oh, dua-duanya," gumam Hartono sambil mengangguk-anggukan kepalanya.

  "Ini sudah malam, sebaiknya Bapak sama Ibu istirahat gih." Nala tahu kalau Hartono dan Sri pasti menunggu kepulangannya, karena sekarang dirinya sudah pulang, maka Nala meminta keduanya untuk segera istirahat.

  "Iya ya, sekarang udah malam," gumam Hartono sesaat setelah melihat jam yang ada di nakas.

  "Ayo, biar Nala antar ke kamar." Nala beranjak bangun dari duduknya, lalu menghampiri kedua orang tuanya. Setelah mengantar Hartono dan Sri ke kamar, barulah Nala pergi ke kamarnya yang terletak tak jauh dari kamar orang tuanya.

  Nala membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan posisi terlentang. "Yang tadi bukan mimpi, kan?" gumamnya sambil menghela nafas panjang. Nala masih tak percaya kalau dirinya baru saja bertemu dengan Dava dan Elena.

  "Kira-kira bagaimana ya reaksi Bapak sama Ibu kalau nanti Pak Dava datang ke sini lalu memberi tahu mereka kalau Pak Dava mau menjadikan aku sebagai istri keduanya?" Nala tahu, kedua orang tuanya pasti akan sangat shock, namun Nala berharap kalau keduanya tidak akan marah, terutama Hartono.

  Untuk kesekian kalinya, Nala menarik dalam nafasnya, kemudian menghembuskannya secara perlahan. "Tenang Nala, semuanya pasti akan baik-baik saja," ucapnya pada diri sendiri, mencoba untuk terus meyakinkan dirinya sendiri kalau apa yang ia takutkan tidak akan pernah terjadi.

Istri kedua sang CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang