21 - Flashback - Nala dan masalah keluarganya.

16 1 0
                                    

  Dava masih sibuk berkutat dengan pekerjaannya ketika pintu ruang kerjanya diketuk sebanyak 3 kali.

  "Silakan masuk!" Teriak Dava memberi izin.

  Tak lama kemudian, pintu  terbuka, lalu masuklah sang sekretaris, Nala.

  Nala Asyifa Syameer sudah bekerja sebagai sekretaris Dava selama lebih dari 3 tahun.

  "Ada apa, Nala?" tanya Dava begitu Nala sudah berdiri di depan meja kerjanya.

  "Sekarang sudah waktunya makan siang, Pak. Bapak mau makan siang di kantor? Atau mau makan siang di luar?"

  "Benarkah?" Ucapan Nala mengejutkan Dava. Secara refleks, Dava menatap jam yang melingkari pergelangan tangan kirinya. "Ternyata benar, sudah waktunya makan siang."

  Nala hanya tersenyum tipis begitu mendengar gumaman Dava.

  Dava terlalu fokus bekerja sampai tidak sadar jika waktu sudah siang, sudah tiba waktunya untuk istirahat.

  "Pekerjaan saya masih banyak, jadi saya mau makan siang di kantor aja. Tolong kamu pesankan makanan untuk saya, ya."

  "Baik, Pak. Menu apa yang Bapak mau untuk makan siang hari ini?"

  Dava menyebutkan makanan apa saja yang siang ini ingin ia makan. Setelah itu, Nala keluar dari ruangan Dava. Begitu sudah berada di luar ruang kerja sang atasan, Nala langsung memesan semua makanan yang Dava pesan.

  Selang beberapa menit kemudian, semua makanan yang tadi Nala pesan akhirnya datang.

  "Permisi, Mba Nala, ini makanannya mau di taruh di mana ya?"

  "Itu makan siang untuk Pak Dava, Mas. Jadi bawa masuk aja ke ruang kerja Pak Dava."

  "Baik, Mba Nala." Petugas pengantar makanan tersebut lalu pergi menuju ruang kerja Dava.

  Tak lama kemudian, petugas pengantar makanan yang bernama Hardi keluar dari ruang kerja Dava.

  Hardi menghampiri meja kerja Nala. "Mba Nala." 

  Nala mendongak, menatap ke arah Hardi yang berdiri di hadapannya. "Iya, Mas, kenapa?"

  "Mba Nala di panggil sama Pak Dava."

  "Kenapa ya?" Nala seketika deg-degan, takut jika makanan yang tadi ia pesan salah.

  "Saya enggak tahu, Mba."

  "Ya sudah, terima kasih banyak ya, Mas."

  "Iya, Mba Nala, sama-sama."

  Nala segers menemui Dava. Begitu memasuki ruang kerja Dava, Dava baru saja keluar dari toilet.

  "Ada apa, Pak?" Nala mencoba terlihat santai meskipun sebenarnya Nala gugup sekaligus juga takut. Nala takut jika makanan yang ia pesan ternyata memang salah.

  "Apa kamu sudah makan, Nala?" 

  "Belum, Pak." Nala berniat untuk makan siang di luar, itulah alasan kenapa Nala tidak memesan makanan.

  "Kebetulan sekali makanan yang saya pesan terlalu banyak, jadi saya bisa membaginya sama kamu."

  "Tidak usah, Pak." Nala menolak secara halus tawaran Dava.

  "Jangan menolak, Nala." Dava lalu memberikan beberapa makanan miliknya pada Nala.

  Mau tak mau, Nala menerima semua makanan tersebut. "Terima kasih banyak, Pak."

  "Sama-sama, Nala."

  Nala berlalu pergi meninggalkan ruang kerja Dava.

  Setelah Nala pergi, Dava mulai menikmati makan siangnya, begitu juga dengan Nala.

Istri kedua sang CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang