23 - Flashback - Mencari istri kedua.

11 1 0
                                    

  Pagi ini, Dava dan Elena bangun lebih pagi dari biasanya.

  "Sayang, hari ini kamu jadi pergi ke acara arisan?"

  Elena menoleh ke arah Dava yang baru saja keluar dari kamar mandi.  "Jadi, Mas. Kenapa? Apa Mas mau ikut?" 

  "Memang acaranya jam berapa? Siapa tahu Mas bisa ikut." Sebenarnya Dava ingin ikut. Dava sudah merindukan sahabat-sahabatnya, yang juga suami dari sahabat arisan Elena.

  "Kita semua kumpul di rumah Andita jam 10, Mas, acaranya selesai sekitar jam 1 siang."

  "Siang ya? Mas pikir acaranya sore hari."

  "Iya, acaranya siang. Soalnya kalau sore, banyak yang enggak bisa." Biasanya, memang acara arisan tersebut diadakan di sore hari, tapi karena hari ini banyak yang memiliki agenda di malam harinya, acara arisan pun dimajukan.

  "Maaf, Mas gak bisa ikut. Siang ini ada meeting penting yang harus Mas hadiri." 

  "Ya udah, gak apa-apa." Elena sama sekali tidak marah ataupun kesal karena Dava tidak bisa ikut ke acara arisan kali ini.

  "Sekali lagi maaf ya, Sayang." Dava merasa tak enak karena tidak bisa ikut.

  "Iya, Mas, santai aja." Elena menanggapi santai ucapan Dava, dan tak lupa untuk tersenyum, guna meyakinkan Dava kalau dirinya sama sekali tidak marah atau kesal karena Dava tidak bisa ikut bersamanya.

  "Kenapa acaranya harus diadakan sekarang? Kan biasanya hari sabtu atau minggu." Jika acaranya diadakan hari sabtu atau minggu, Dava jelas bisa ikut.

  "Biasanya memang hari sabtu atau minggu, tapi karena banyak yang memiliki acara keluarga di hari sabtu dan minggu, jadi acaranya di majuin ke hari ini."

  "Oh begitu," gumam Dava sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
"Kamu benar-benar mau ikut?"

  "Memangnya kenapa?" 

  "Wajah kamu masih pucat, Sayang. Kamu masih sakit, apa enggak sebaiknya kamu istirahat aja di rumah?" Sebenarnya Dava ingin sekali malarang Elena pergi ke acara arisan tersebut, tapi di satu sisi, Dava juga tahu kalau Elena sudah lama tidak bertemu dengan teman-temannya.

  "Mas, aku baik-baik aja."

  "Kalau nanti kamu merasa kondisi kamu semakin memburuk, sebaiknya kamu pulang, atau pergi berobat ke dokter ya."

  "Iya, Mas."

  Dava memajukan wajahnya, melabuhkan kecupan di kening dan juga bibir Elena. Dava pergi bersiap-siap, sementara Elena keluar dari kamar setelah memastikan jika semua kebutuhan Dava terpenuhi. Elena akan pergi ke kamar Reigan.

                               ***

  Setelah menikmati sarapan bersama, Dava pergi bekerja kantor, sementara Reigan pergi sekolah, dan Elena bersiap-siap untuk pergi ke rumah Andita.

  Lalu lintas pagi ini jauh lebih padat dari biasanya, mungkin karena hujan, tapi untungnya, Dava sama sekali tidak datang terlambat.

  Dava baru saja keluar dari mobil, saat Nala memasuki lift.

  Begitu berbalik menghadap pintu lift, Nala melihat Dava, jadi Nala menahan pintu lift yang akan tertutup. Sebenarnya Nala tidak mau satu lift bersama Dava, tapi ia tidak mungkin membiarkan lift tertutup, nanti Dava akan berpikir kalau dirinya tidak sopan.

  Dava tahu kalau Nala menahan lift supaya tidak tertutup, jadi Dava mempercepat langkahnya. "Terima kasih, Nala," ucapnya begitu sudah berada di dalam lift.

  "Sama-sama, Pak." 

  Nala bergeser ke samping kanan, dan sedikit memundurkan tubuhnya, jadi posisi Dava berada tepat di hadapan Nala.

Istri kedua sang CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang