11 - Pria yang Nala cintai.

25 2 0
                                    

  Setelah menikmati makan malam bersama, Wildan, Ayu, Dava, Elena, dan juga Nala akhirnya berkumpul di ruang keluarga. Wildan dan Ayu duduk di sofa yang sama, begitu juga Dava dan Elena, sedangkan Nala duduk sendiri.

  Perasaan Nala saat ini campur aduk, tapi rasa takutlah yang paling mendominasi perasaannya saat ini.

  "Nala, ayo minum dulu tehnya."  Ayu tahu kalau Nala merasa tak nyaman, terlihat jelas dari raut wajahnya.

  "Iya, Tante," sahut lirih Nala. Nala tidak mau Ayu berpikir kalau dirinya tidak menyukai teh yang sudah tersaji di meja, jadi Nala langsung meminum tehnya.

  "Jadi ... kapan kamu akan menikahi Nala, Dava?" Pandangan Wildan sepenuhnya tertuju pada Dava.

  Pertanyaan Wildan mengejutkan semua orang, bahkan Nala hampir saja tersedak teh yang baru saja ia minum.

  Bukannya menjawab pertanyaan Wildan, Dava malah melirik Elena.

  "Elena mau secepatnya, Pak. Tapi sebelum membahas tentang hal itu, Mas Dava sama Elena harus terlebih dahulu menemui orang tua Nala untuk meminta izin menjadikan Nala sebagai istri kedua Mas Dava." Elenalah yang akhirnya memberi jawaban.

  "Jadi ... orang tua Nala belum tahu tentang hal ini?" Secara bergantian, Wildan menatap Dava, Elena, dan Nala. Awalnya Wildan pikir ketika Nala setuju untuk menikah dengan Dava, orang tuanya pun sudah tahu, dan sudah memberi restu.

  Nala sontak menggeleng, lalu menundukkan wajahnya, menatap kedua tangannya yang kini saling bertaut dan mulai mengeluarkan keringat.

  "Elena melarang Nala memberi tahu orang tuanya, Pak." Elena kembali menjawab pertanyaan Wildan. "Karena menurut Elena, Mas Dava sama Elenalah yang harus mendatangi orang tua Nala, lalu memberi tahu Om Handoko dan Tante Sri tentang niat baik kita berdua," lanjutnya.

  "Ya, sebaiknya memang seperti itu." Wildan menyetujui rencana Elena.

  "Kapan kalian akan mengunjungi orang tua, Nala?" Kali ini giliran Ayu yang bertanya.

  "Secepatnya, Bu. Mungkin besok lusa, itupun kalau Mas Dava luang." Elena menatap Dava, begitu juga dengan Wildan dan Ayu.

  "Besok malam, Mas luang, jadi kita bisa segera menemui orang tua Nala." Dava akhirnya memberi jawaban. 

  Senyum lebar menghiasi wajah Elena. "Baguslah kalau begitu, lebih cepat lebih baik.

  "Nala, boleh Tante bertanya?"

  Nala mengangkat wajahnya, kemudian mengangguk. "Boleh, Tante."

  "Apa menurut kamu, orang tua kamu akan mengizinkan kamu menikah dengan Dava begitu tahu kalau Dava sudah memiliki istri dan juga anak?" Ayu

  "Jujur aja, Nala enggak tahu, Tante." Nala menjawab jujur pertanyaan Ayu, karena ia sendiri memang tidak tahu, apa Hartono dan Sri akan langsung setuju atau justru akan memberi penolakan  begitu tahu kalau ada pria yang sudah beristri dan memiliki anak datang untuk meminangnya.

  "Semoga semuanya berjalan lancar ya."

  "Aamiin." Dengan kompak, Wildan, Dava, Elena, tak terkecuali Nala langsung mengaminkan doa Ayu.

  Awalnya suasananya memang terasa canggung, tapi semakin lama, semakin mencair, dan itu semua berkat Reigan.

  Saat ini, Elena dan Nala sedang menemani Reigan di ruang bermain.

  "Mba, Nala pulang ya."

  "Mau pulang sekarang?" 

  "Iya, Mba, ini udah malam." Nala takut kalau kedua orang tuanya menunggu kepulangannya.

Istri kedua sang CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang