brumm!
afan menghentikan motornya tepat di depan rumah bercat putih tersebut, kemudian turun dari atas motor dan melepaskan helmnya tak lupa ia juga melepaskan helm devi.
"fan, gue bisa jalan sendiri soalnya-"
grebb!
belum selesai devi berbicara, pria itu langsung saja menggendong devi ala bridal-style yang beriringan dengan wajah datarnya, sedari tadi saat perjalanan afan juga tidak berbicara sepatah kata pun sampai sekarang.
"assalamualaikum" kalimat pertama yang keluar dari mulut pria tampan tersebut.
"waalaikumsalam, eh?"
mbok inah membuka pintu dengan senyuman lebarnya, namun senyuman itu mendadak hilang akibat kagetnya wanita ini melihat devi yang tengah di gendong dengan afan.
"lho? non devi sakit, den?"
"siapin air hangat untuk devi mandi ya, mbok" perintah afan tanpa berniat menjawab pertanyaan mbok inah.
"siap, den" langsung menutup pintu dan kembali ke dapur.
sekarang keduanya duduk di sofa empuk, mata afan mengabsen semua bekas lebam yang ada di tubuh gadis itu, dan yang terakhir ia kembali menatap mata yang selama ini afan kagumi, terlihat bengkak akibat terlalu banyak menangis.
"sekarang lo bisa tenang, lo ada sama gue." sembari mengusap pelan pucuk kepala gadis tersebut.
"makasih."
kedua sudut bib1r gadis itu tertarik sehingga membentuk lengkungan yang sangat indah. dengan sungkannya devi mendorong pelan tangan kekar milik afan untuk menjauh dari kepalanya, entahlah ia merasa aneh dengan perilaku afan yang menurutnya ini terkesan geli.
"permisi, den. semuanya perlengkapan mandinya udah mbok siapin, termasuk air hangat nya juga" ucap mbok inah dengan sopan santun
"udah? makasih mbok."
afan bangun dari duduknya lalu kembali lagi dengan kegiatannya yang menggendong devi ke arah kamar, bahkan devi sendiri yang maksudnya ingin berdiri tidak diberikan kesempatan oleh pria tampan tersebut.
_
brak!
afan menend4ng pintu kamarnya sendiri dan berjalan masuk kedalam kamarnya.
"kok kesini? bukan kamar nomor dua?" tanya devi yang kebingungan
"oh ya? sorry gue lupa, ini kan kamar nomor satu? berarti gue salah masuk kamar ya?"
afan menoleh ke arah devi yang menatap nya dengan tatapan kesal."lo ngejek gue?!" ucap devi dengan nada tinggi.
"nggak kok, cuman mau flashback aja."
afan mengg1git bibir bawahnya sambil tersenyum yang menampakkan gigi gingsulnya, ditambah lagi ia juga mengedipkan sebelah mata kanannya ke devi.
blush!
karena ulah afan pipi dari wanita cantik ini sekarang menjadi merah merona bak kepiting rebus. bisa-bisanya pria ini mengingatkan kembali pada devi tentang kejadian memalukan itu.
"apa sih?! garing tau gak!" ketus devi
"sorry, gue memang gak jago ngelawak." ucap afan sambil tertawa
_
"fan." panggil devi kepada afan yang sedang menaruh tas devi di dalam lemari
"apa?" jawabnya tanpa menoleh ke arah devi yang masih terduduk di atas kasur