ATTENTION!⚠️
sedikit ada adegan keker4san, dimohon bijak dalam membaca 🙏jam sudah menunjukkan pukul 22:00, keempat remaja ini baru saja keluar dari cafe tersebut. terlihat juga senyuman mengembangkan di bib1r mereka masing-masing. kecuali, rayen! yap, terpaksa lelaki itu harus membayar semua makanan yang tadinya aza pesan, sebab bila tak dibayar maka aza akan menyerocos tentang kakinya tadi yang tidak sengaja tertend4ng membuat kedua telinga rayen memanas, padahal menurutnya ia hanya menend4ng pelan dan seharusnya tidak seberapa sakit.
"kebetulan karena udah malem nih. gue anterin lo pulang ya?" pinta aza
"sama gue aja." ucap afan sembari menatap dingin aza.
"gini ya, fan! maaf ya bukan gue mau ganggu kebersamaan kalian tapi inikan udah lumayan larut, apa kata keluarga devi kalo malem-malem gini dianterin sama cowo? parahnya lagi kalo ada tetangga yang lihat, wush! jadi gosipan. lo mau kagak devi di gibahin?" berusaha untuk meyakinkan lelaki itu walaupun itu hanya dibalas tatapan remeh sang afan.
"jadi menurut lo? lo sendiri gak bakal buat curiga gitu? penampilan lo aja sekarang aja kayak cowo, ditambah lagi motor yang lo pake juga motor cowo. gue aja kadang suka mikir kalo lo itu bukan cewe." kata rayen yang tidak setuju dengan pernyataan aza barusan.
"gue punya rambut yang panjang, suara gue juga suara cewe. apa itu kurang kuat buktinya kalo gue cewe?" menoleh ke arah rayen dengan tatapan tajamnya.
"bisa aja lo operasi pita suara kan? oh iya! atau memang bener lo cewe tapi lo l3sby? soalnya kalo dilihat-lihat lo memang suka maksa untuk selalu bareng devi, dan lo itu kaya gak ada ketertarikan sama lawan jenis."
brakk!
"aw!!"
kalimat yang baru saja rayen keluarkan berhasil membuat kaki aza menend4ng betis kaki pria berjaket hitam tersebut.
"jaga mulut lo kalo memang gak mau gue r0bek, rayen!"
afan melihat gerak-gerik aza yang menurutnya aneh sekarang, ia melihat persis dimana aza melemparkan tatapan devil nya ke arah rayen, inilah pertama kalinya afan melihat mata seseorang yang tampak berbeda dari sebelumnya.
"za! kok lo gitu sih? kasihan rayen, keliatannya sakit banget." devi meringis tadinya ketika ia melihat kejadian tadi.
"udah deh gak usah berlebihan, itu masih level pertama dev. mungkin pengaruh karena gak pernah olahraga kaki ya?" tanya aza pada laki-laki yang baru saja kakinya ia tend4ng.
"mana ada bangs4t! sejak kapan itu semua diukur dari olahraga kaki." sinis rayen.
"level pertama?" batin afan seraya mencerna kalimat tersebut.
"udah deh, paling bener lo memang pulang bareng gue." ucap aza penuh penekanan
"gak! devi tadi sama gue, jadi yang nganterin devi itu cuma gue!"
"ck! dari pada kalian adu bac0t terus berakhir tonj0k-t0njokan mendingan lo berdua tanya dulu sama devi, dianya mau di anterin siapa. dev? gimana?" solusi rayen kepada dua orang ini.
"fan, menurut gue yang dibilang aza bener. apa kata keluarga dan para tetangga ngeliat gue di anterin cowo dalam kondisi larut kaya gini."
devi mencoba meyakinkan pria dengan wajah dingin tersebut, tampak juga raut wajah afan menunjukkan kesan seram. mungkin inilah pertanda afan tidak suka penolakan.
"lo denger afan? devi mau sama gue!"
"terus gimana? orang-orang bakal tau lo cowo kalo lo pake helm."
"mudah aja, helmnya ga gue pake." santay aza
"bahaya!" bentak afan
"gue jamin devi gak akan kenapa-kenapa sama gue pokoknya dia gue anterin sampe depan rumah. janji, kalo sampe ada yang tergores! lo bisa pot0ng jari kelingking gue. deal?"