Dua hari yang lalu Emily sudah dijemput oleh orang tuanya. Saat gadis kecil itu dijemput, Bitha sempat berkenalan dengan Mutia, perempuan hebat yang sudah melahirkan Emily. Mereka berbincang akrab layaknya teman lama yang sudah lama tidak bertemu, padahal mereka baru saja bertemu di hari itu. Mutia perempuan yang pintar dan berwawasan luas. Pantas saja di usia Emily yang sekarang, gadis itu bisa sangat cerdas.
Semenjak kepulangan Emily, suasana rumah yang tadinya ramai, berubah menjadi sepi. Sudah dua hari ini Bitha menghindari Galen. Sebenarnya tidak sepenuh menghindar, karena mereka masih bertatap muka di setiap waktu. Hanya saja, Bitha mengurangi intensitasnya untuk mengobrol.
Sejujurnya Bitha masih kesal lantaran pembicaraan mereka sebelumnya. Pembahasan soal hubungan terakhir Galen yang kandas setelah lima tahun pacaran. Dia yang memulai pembahasan itu, tapi berujung dia yang kesal sendiri. Dan yang membuatnya semakin kesal adalah fakta bahwa dirinya bukan siapa-siapa bagi Galen. Sebenarnya dia tidak punya hak untuk merasa kesal.
Galen sadar dengan perubahan sikap Bitha. Perempuan itu jauh lebih diam dari biasanya. Setiap makan bersama, tidak ada komentar-komentar yang membuatnya terhibur. Tidak ada celetukan aneh, malah membuatnya merasa hampa. Dia terbiasa dengan Bitha yang berisik.
Setelah makan malam, seperti kebiasaannya dalam dua hari ini, Bitha langsung masuk ke kamarnya. Padahal saat melewati ruang tengah, ia bisa melihat Galen sedang duduk di sofa sambil menatap layar TV. Dia yakin, laki-laki itu sempat meliriknya saat ia berjalan masuk ke kamar. Bitha berharap Galen memanggilnya, tapi ternyata laki-laki itu hanya diam saja.
Di dalam kamar, Bitha melamun karena bingung harus melakukan kegiatan apa. Hujan di luar semakin deras, suara petir menyambar saling bersahut-sahutan. Akhirnya ia membungkus tubuhnya menggunakan selimut dan mulai melakukan video call dengan Maminya.
"Halo anak Mami. How's your day?"
"Baik."
"Kok lesu gitu sih? Ada masalah?"
"Sejak kapan aku punya masalah selama tinggal di sini?" Bitha justru balik bertanya ke Maminya.
Di layar iPad Mami terlihat tertawa lebar. "Mami kangen sama kamu, tapi kerjaan Mami lagi banyak banget."
Bitha manggut-manggut. Sudah hal biasa kalau orang tuanya sangat sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Saat tinggal satu rumah, mereka jarang bertemu, apalagi sekarang dia tinggal jauh dari keluarganya. Sudah pasti intensitas bertemu akan semakin berkurang. "Oh ya, masalahku gimana? Mantanku yang gay itu jadi nuntut aku?"
"Urusan itu Papimu yang tau. Coba nanti Mami nanya ke Papi dulu soal mantanmu itu."
Bitha mengangguk lesu. "Pokoknya aku nggak mau kalo sampai si gay itu nuntut aku."
"Makanya, kamu tuh kalo cari cowok yang benar. Masa setiap punya pacar selalu ada aja gebrakannya. Bukannya dapat happy ending, malah dapat masalah terus."
"Kalo aku bisa nemu cowok yang benar, aku nggak akan putus, Mami...."
"Gimana Galen?"
"Hah? Tiba-tiba banget nanyain Mas Galen?"
"Maksud Mami, gimana kabar dia? Baik, kan?"
"Baik kok."
"Dia belum stres kan tinggal serumah sama kamu?"
"Nggak mungkin Mas Galen stres tinggal satu rumah sama aku."
"Mami senang banget deh. Banyak perubahan positif selama kamu tinggal sama Galen. Tau gitu kan dari awal Mami titipin kamu di sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitha for the Beast
ChickLitMenjadi putri dari pasangan pengusaha dan cucu seorang politikus terkenal membuat hidup Tsabitha Alisha Mahawira tidak bisa bebas. Perempuan yang biasa dipanggil dengan nama Bitha selalu memiliki pengawal yang selalu mengikutinya, mencegah dirinya a...