Pagi itu, suasana di rumah Leo terasa tenang.
Sinar matahari menerobos lembut melalui jendela dapur, menerangi meja makan sederhana yang sudah diatur dengan rapi.
Aroma harum teh dan roti bakar memenuhi udara, menciptakan suasana nyaman yang cocok untuk memulai hari.
Gusti sudah bangun lebih dulu. Ia duduk di meja dapur, sambil membaca buku catatan yang selalu ia bawa, terlihat fokus mencatat sesuatu.
Di sudut lain dapur, Leo sedang sibuk menyiapkan sarapan, wajahnya lebih cerah dibanding semalam meskipun matanya masih menyiratkan kelelahan yang samar.
Leo melirik jam dinding, kemudian menoleh ke arah Gusti yang masih tenggelam dalam bacaannya.
"Zayyan belum bangun?" tanyanya dengan nada santai, meski ada sedikit ketertarikan yang tak biasa sejak kejadian semalam ketika Zayyan meminta ditemani ke kamar mandi.
Sejak saat itu, Leo memandang Zayyan dengan cara yang berbeda—mungkin rasa perhatian, atau sesuatu yang lebih mendalam, mulai muncul dalam dirinya.
Gusti menutup bukunya sejenak, tampak sedikit terkejut dengan pertanyaan itu. "Belum, Mas Zayyan masih tidur, kayaknya kecapekan setelah perjalanan panjang kemarin."
Leo tersenyum tipis, meletakkan piring roti bakar di meja.
"Kalau begitu biar aku yang bangunkan," katanya sambil melepaskan celemek nya, suaranya terdengar lebih lembut dari biasanya.
Gusti mengerutkan alis sedikit, seolah ingin menawarkan diri. "Biar saya saja yang bangunin, Mas Leo."
Namun, Leo mengangkat tangan, menghentikan Gusti dengan gerakan halus.
"Biar aku saja," ucapnya dengan tegas namun tetap tenang.
Ada sesuatu dalam cara Leo berbicara yang membuat Gusti tidak bisa membantah.
Leo lalu berjalan ke arah kamar Zayyan dengan langkah ringan, ketukan seirama dengan detak jantungnya yang entah mengapa sedikit lebih cepat.
Sesampainya di depan pintu, ia berhenti sejenak, merasakan keheningan di dalam kamar.
Tangannya terulur, bersiap untuk mengetuk pintu, namun ia ragu sejenak, tersenyum kecil pada dirinya sendiri.
Ia mengetuk pelan. "Zayyan? Sudah pagi, waktunya bangun."
Tidak ada jawaban langsung.
Leo membuka pintu kamar dengan pelan, tak ingin membuat suara yang terlalu mengganggu.
Saat melangkah masuk, matanya langsung tertuju pada Zayyan yang masih terlelap, wajahnya tenggelam dalam bantal.
Cahaya matahari pagi menerobos masuk melalui tirai, membuat wajah Zayyan terlihat lembut, damai, dan… cukup lucu, menurut Leo.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Under The Sea
FantasyZayyan, seorang ilmuwan dari Surabaya yang datang ke Purworejo untuk meneliti laut selatan yang terkenal ganas. Di sana, dia bertemu dengan merman puber yang penasaran dengan dunia manusia, dan terlibat dalam petualangan yang penuh tantangan dan ro...