23

117 44 5
                                    

Gusti berdiri di sudut ruang kantor pengelola pantai dengan ponsel di tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gusti berdiri di sudut ruang kantor pengelola pantai dengan ponsel di tangannya.

Ia menarik napas dalam sebelum menekan nomor Haris, suara nadanya sedikit gemetar.

Panggilan tersambung, dan suara Haris terdengar dari seberang, tenang seperti biasa, “Halo, Gusti?”

Gusti menggigit bibirnya, mencoba mengendalikan kecemasan. “Mas Haris, ini aku, Gusti. Ada kabar buruk soal Zayyan…”

Sejenak, suasana terasa tegang.

Haris yang mendengar nada serius Gusti langsung memperhatikan. “Apa yang terjadi, Gusti? Ada apa dengan Zayyan?”

Gusti menelan ludah, suaranya bergetar, “Zayyan… Zayyan hilang, Mas. Sejak kemarin dia nggak balik-balik. Kami sudah cari sepanjang pantai, tapi cuma nemuin bukunya di tepi laut.”

Di seberang, Haris terdengar menghela napas panjang, mencoba mencerna berita tersebut. “Kapan terakhir kali kalian lihat dia?”

“Kemarin siang… setelah itu nggak ada yang lihat dia lagi.” Gusti menjelaskan, suaranya mulai pecah. “Kami khawatir dia terseret ombak.”

Haris terdiam sesaat, lalu berkata tegas, “Aku akan ke melaporkan ini ke kantor sekarang juga, Gusti. Kamu harus koordinasi sama pihak SAR dan kepolisian. Ini serius, kita nggak bisa biarkan Zayyan hilang begitu saja.”

Gusti mengangguk, meski tahu Haris tak bisa melihatnya. “Terima kasih, Mas Haris. Kami sedang mengupayakan, Mas Haris kabar kabar lagi nanti.”

“Tenang, Gusti. Jangan berhenti berusaha, aku akan segera kasih tau kamu keputusan kantor. Kita lakukan semua yang kita bisa untuk menemukan Zayyan.”

Berita hilangnya Zayyan menyebar dengan cepat, layaknya ombak yang menghantam karang.

Kabar itu mengisi seluruh percakapan di kota kecil pesisir itu, menyusup ke setiap rumah dan toko.

Wajah-wajah khawatir terlihat di mana-mana.

Bahkan berita tersebut mulai diliput oleh wartawan lokal, mereka mewawancarai orang-orang di sekitar pantai dan mengambil gambar dari lokasi terakhir di mana buku Zayyan ditemukan tergeletak, terbuka di atas pasir.

Sosial media pun ramai membicarakannya, membuat spekulasi dan teori tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Gusti, yang tidak ingin tinggal diam, segera menelepon Harris, mengabari kejadian ini dengan suara bergetar menahan kecemasan.

Harris, yang berada cukup jauh, langsung melaporkan ini dan di tunjuk untuk mewakili.

Tidak membuang waktu, Haris menyiapkan diri untuk datang, membawa kewenangan dan tanggung jawab lembaga penelitian yang menaungi Zayyan sebagai seorang ilmuwan muda berbakat.

Ketidakhadiran Zayyan sudah menciptakan kekhawatiran besar di kalangan kolega dan orang terdekatnya, namun kasusnya semakin rumit karena tidak ada saksi yang melihat langsung saat ia menghilang.

[BL] Under The Sea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang