12

239 67 10
                                    

Zayyan naik ke tempat tidur dengan tubuh lelah, sementara Gusti sudah lebih dulu tenggelam dalam tidurnya, bernapas tenang dengan punggung menghadap ke Zayyan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zayyan naik ke tempat tidur dengan tubuh lelah, sementara Gusti sudah lebih dulu tenggelam dalam tidurnya, bernapas tenang dengan punggung menghadap ke Zayyan.

Malam itu begitu sunyi, hanya suara angin laut yang menderu pelan, menyapu tirai jendela dan membawa aroma asin dari ombak. 

Zayyan meraih ponselnya dari meja samping tempat tidur dan memeriksa pesan-pesan sebentar.

Ketika baru saja berbaring miring dan mencoba memejamkan mata, ponselnya bergetar.

Nama "Harris" muncul di layar. Ia menghela napas, lalu menerima panggilan itu. 

“Halo?” Zayyan menjawab, suaranya setengah berbisik agar tidak membangunkan Gusti.

“Bro! Kangen nih,” suara Harris terdengar dari seberang, riang seperti biasa.

Zayyan tersenyum tipis, menempelkan ponsel ke telinganya sambil berbaring telentang. “Kangen apanya, baru beberapa hari nggak ketemu.” 

“Buat gue lama itu. Gimana di sana? Penelitiannya lancar?” 

Zayyan memandang langit-langit kamar, jemarinya mengetuk-ngetuk tepi ponsel tanpa sadar. “Lancar sih... cuma ya, biasa aja. Belum ada temuan yang menarik.” 

“Ada kendala?” tanya Harris, suaranya berubah sedikit serius.

Zayyan menggigit bibir bawahnya, kepikiran soal Sea. Rasanya ingin bercerita, tapi... tidak, terlalu aneh.

“Nggak, nggak ada kendala berarti,” jawabnya pelan. 

“Hm, syukurlah.” Ada jeda sejenak sebelum Harris bicara lagi. “Hati-hati di sana ya. Jangan lama-lama, cepat balik.”

Zayyan tersenyum, meski Harris tak bisa melihatnya. “Iya, lu juga jaga diri.” 

“Deal, bro. Oke, Selamat malam.”

“Selamat malam.” 

Panggilan berakhir, dan Zayyan menaruh ponselnya kembali di meja. Ia menghela napas panjang, menggulung selimut hingga dada dan membiarkan pikirannya melayang pada sosok Sea.

Namun, ia cepat-cepat mengenyahkannya. 

Angin laut bertiup lembut, mengiringinya pergi ke alam mimpi.

Zayyan baru saja terlelap ketika suara dari arah rumah depan memecah kesunyian.

Suara pintu terbuka, langkah kaki, dan sesuatu seperti benda jatuh membuatnya langsung terjaga. Ia duduk di atas tempat tidur dengan mata setengah terbuka, merasa bingung dan waspada. 

Dengan perlahan, Zayyan menyibak selimut dan turun dari ranjang. Ia melirik Gusti yang masih terlelap, lalu meraih jaket tipis yang tergantung di kursi.

Tanpa suara, ia berjalan keluar kamar dan keluar rumah menuju rumah depan. 

Ketika sampai di disana, ia melihat bayangan sosok yang tak asing—Kelana, atau Lana, tengah berdiri di depan pintu rumahnya.

[BL] Under The Sea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang