10

280 79 17
                                    

Tiga merman meluncur cepat seperti anak panah, membelah laut malam yang tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga merman meluncur cepat seperti anak panah, membelah laut malam yang tenang.

Air berdesir di sekitar tubuh mereka, menghasilkan gelombang kecil saat ekor mereka bergerak dengan irama yang sinkron.

Sea memimpin di depan, sementara Wine dan Bendy berenang di kedua sisinya, mengikuti dengan mudah berkat kecepatan alami mereka. 

Angin laut terasa dingin, dan bintang-bintang berkelip di langit, memantul samar di permukaan air.

Mereka tahu waktu mereka tidak banyak. Jika para nelayan mulai keluar, risiko terlihat akan meningkat.

Biasanya nelayan tradisional berangkat malam pulang pagi kan?

"Cepat! Sebelum manusia - manusia mulai pergi melaut!!" Sea memutar tubuhnya dalam gerakan anggun, mempercepat laju berenangnya.

Bendy dan Wine mengekor, ekor mereka berkilauan setiap kali terpapar cahaya rembulan. 

Saat jarak mereka dengan pantai semakin dekat, Sea mengangkat tangannya tiba-tiba.

"Berhenti!" katanya, suaranya nyaris berbisik namun terdengar jelas di air. 

Wine meluncur mendekat, berhenti hanya beberapa inci darinya.

"Kenapa kita berhenti? Mana anak laki-laki itu?" tanya Wine, matanya menyipit penuh tanda tanya.

Sea tidak menjawab seketika, matanya menyapu seluruh garis pantai dengan cepat, mencari sosok yang dia kenal.

Dan akhirnya, dia menemukannya— Zayyan, anak laki-laki itu berdiri di atas pemecah ombak dengan ponselnya terangkat tinggi di udara, melompat-lompat kecil sambil berusaha menangkap sinyal.

Sea terkekeh kecil.

"Itu dia!" bisiknya, menunjuk ke arah Zayyan.

Matanya berbinar-binar penuh rasa penasaran.

Wine mengangkat alis dan tersenyum kecil.

"Dia lucu," katanya, mengamati tingkah laku Zayyan.

Bendy mengangguk menyetujui, ekornya melambai ringan di air.

"Sepertinya dia tidak terlihat jahat." ujarnya.

Sea menyeringai penuh kemenangan.

"Apa kubilang?" katanya bangga.

Bendy mengusap dagunya, berpikir sejenak. "Kalau begitu, ayo kita dekati."

Bendy melayangkan tubuhnya sedikit lebih dekat ke garis pantai, tapi Sea segera mengangkat tangan, menghentikannya. 

"Tidak!" kata Sea tegas. "Biar aku yang mendekat. Anak itu belum pernah melihat kalian, jangan bertindak agresif. Biar aku membuatnya percaya dulu, nanti kalian bisa bertemu dengannya."

Wine mengerutkan dahi, jelas tidak puas.

"Kau yakin mau pergi sendiri?" tanyanya.

Bendy mengangguk seolah mendukung kekhawatiran Wine. "Bagaimana kalau dia berbahaya seperti apa yang para duyung lain katakan?"

[BL] Under The Sea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang