19

297 67 21
                                    

Malam telah berubah menjadi dini hari, namun Lana, Leo, dan Gusti masih tak henti menyusuri pantai dan tebing, menyoroti setiap sudut dengan senter yang mereka bawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam telah berubah menjadi dini hari, namun Lana, Leo, dan Gusti masih tak henti menyusuri pantai dan tebing, menyoroti setiap sudut dengan senter yang mereka bawa.

Suara deburan ombak semakin keras seiring angin malam yang semakin dingin, tetapi mereka bertiga tak memperdulikan rasa lelah dan dingin yang menyeruak.

Lana melangkah dengan wajah tegang, menatap jauh ke arah laut.

“Apa mungkin Zayyan tertarik lebih jauh dari pantai?” gumamnya dengan nada penuh kekhawatiran.

Leo, yang mencoba tetap tenang, menyisir pasir dengan senter. Ia menghentikan langkah sejenak, menggigit bibirnya. Dalam hati, ia khawatirkan kemungkinan terburuk.

“Kita harus tetap positif. Zayn anak yang pintar,” katanya, lebih untuk menenangkan dirinya sendiri.

Gusti tak kalah cemas. Dengan nafas tersengal karena terus berjalan dan memanjat bebatuan, ia berkata, “Kalau begini terus, kita tak akan bisa mencari lebih jauh. Mungkin kita butuh lebih banyak bantuan.”

Pandangannya bergeser dari satu titik ke titik lain, berusaha mencari jejak Zayyan.

Jam menunjukkan pukul satu pagi, namun mereka masih belum menemukan petunjuk apa pun.

Lana akhirnya duduk di atas batu, memegangi kepalanya yang terasa berat karena kurang tidur dan stres.

“Aku tak bisa membiarkannya hilang begitu saja. Besok pagi kita harus mencari lebih banyak bantuan, aku akan meminta bantuan Tim SAR.” gumam Lana pelan, tatapannya kosong menatap gelapnya langit.

Leo mengangguk, setuju. “Kita hubungi tim SAR. Mungkin mereka bisa mencakup area yang lebih luas.”

Gusti bertanya dengan ketar-ketir. "Apa aku harus menghubungi kantor peneliti?"

Lana menyarankan dengan bijak. "Mari cari dulu sekali lagi, jika sampai besok tidak ketemu. Hubungi saja."

Mereka semua tampak sepakat, meski ketegangan tak surut di wajah masing-masing.

"Kalian pergi ke arah sana!" Ujar Leo sambil menyarankan agar Lana dan Gusti melakukan pencarian ke arah timur. "Aku akan kesana..!"

Dengan langkah lelah, Lana dan Gusti kembali ke timur, dengan harapan pagi membawa secercah petunjuk tentang keberadaan Zayyan.

Leo sendiri berjalan ke arah barat, beberapa kali dirinya menoleh kebelakang untuk memastikan situasi. Saat semuanya aman—

Leo langsung berlari ke arah pantai tanpa ragu, langkahnya mantap menerobos pasir yang dingin di bawah sinar bulan.

Ia berlari secepat mungkin, sampai akhirnya -

byur!

byur!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[BL] Under The Sea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang