21

196 63 21
                                    

Sea memperhatikan Zayyan yang ragu-ragu menatap ke arah laut yang dalam, wajahnya menunjukkan ketidaknyamanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sea memperhatikan Zayyan yang ragu-ragu menatap ke arah laut yang dalam, wajahnya menunjukkan ketidaknyamanan.

“Kenapa?” tanya Sea lembut, suaranya begitu dekat dengan Zayyan hingga membuatnya sedikit kaku.

Sea merunduk, mencoba menangkap tatapan Zayyan yang tak tenang.

“Aku…” Zayyan menggigit bibir, seakan kesulitan mengutarakan sesuatu.

"Kamu kenapa?"

“Hanya saja… aku tidak tahu apa aku bisa makan di sini.”

Sea berhenti sejenak, merenung.

Tentu saja, Zayyan tetap manusia, meski sekarang telah berubah menjadi duyung, makanan laut mungkin terasa asing baginya.

Sea berpikir sejenak. Dan—

“Kalau begitu, ayo ikut aku,” ajak Sea dengan suara menenangkan, sambil menarik tangan Zayyan dan mulai membawanya pergi keluar kota.

“Kemana?” tanya Zayyan, mengikuti langkah Sea dengan penuh rasa ingin tahu.

Tidak jauh keluar dari kota, Sea berhenti di depan sebuah kapal besar yang sudah lama tenggelam, lambung kapal itu tertutup karang dan dipenuhi terumbu laut, menambah kesan kelam tapi penuh misteri.

Beberapa bagian kapal terlihat rusak, tapi masih berdiri kokoh di dasar laut, seperti rumah tua yang menyimpan banyak rahasia.

“Kapal tenggelam? Apa di dalam ada makanan?” Zayyan menatap Sea dengan heran, tak percaya.

Ini terlihat seperti kapal hantu bagi Zayyan.

Sea mengangguk, memberi isyarat agar Zayyan mengikutinya masuk ke dalam.

“Ini adalah semacam toko makanan manusia,” jelas Sea sambil tersenyum kecil. “Makanan-makanan di kapal yang tenggelam biasanya dikumpulkan dan dijual di sini. Semuanya dikirim langsung ke kapal ini.”

Di dalam kapal, Zayyan menemukan rak-rak berderet yang dipenuhi dengan berbagai jenis makanan kaleng, botol-botol saus, hingga kotak-kotak sereal yang tampak familiar.

Beberapa barang makanan terlihat sudah pudar labelnya, bahkan banyak yang tanggal kadaluwarsanya sudah lama berlalu, menandakan bahwa makanan-makanan ini sudah cukup lama tenggelam di dasar laut.

Zayyan hanya bisa tertegun.

“Ini… supermarket bawah laut?” gumamnya pelan, takjub sekaligus bingung melihat deretan makanan yang tampak begitu akrab namun terasa asing dalam suasana seperti ini.

Sea tersenyum melihat reaksi Zayyan.

“Kamu pilihlah..” katanya polos, seolah tak menyadari bahwa kebanyakan makanan itu sudah tak layak makan.

Zayyan memeriksa satu per satu kaleng yang ada di tangannya, wajahnya berubah ragu.

“Sea?”

“Ya?” Sea menoleh, masih menatapnya dengan ekspresi yang begitu polos.

[BL] Under The Sea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang