17

231 65 6
                                    

Zayyan membuka matanya perlahan, dan dunia yang ia lihat terasa aneh—gelap, namun berpendar biru samar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zayyan membuka matanya perlahan, dan dunia yang ia lihat terasa aneh—gelap, namun berpendar biru samar.

Zayyan mencoba bergerak, tapi tubuhnya terasa berat dan goyah, seperti melayang tanpa kendali. Saat itu ia menyadari: dirinya berada di dalam air. 

Air dingin mengelilinginya, gelembung kecil sesekali melintas di sekitar tubuhnya. Napas Zayyan tercekat—tapi, tunggu.

Bagaimana ia masih hidup? Zayyan panik, pikirannya berputar. Seharusnya ia tenggelam, bukan? 

"Zayyan sudah bangun?" 

Suara asing menyentaknya.

Zayyan berbalik dengan gerakan kaku, tubuhnya melesat tak terkendali seolah ia baru belajar berenang.

Kakinya tidak bisa menopang, dan setiap gerakannya malah membuatnya semakin tidak seimbang.

Tangannya melambai canggung, seperti berusaha mencari pijakan yang tak ada.

Begitu matanya menangkap sosok di depannya, jantungnya hampir berhenti.

Dua makhluk berwajah manusia dengan ekor panjang berkilauan menatapnya dengan intens.

Yang satu berambut pirang dengan ekor kuning mencolok, sedangkan yang lainnya berambut hitam dengan ekor biru gelap.

Tatapan mereka terlalu intens, membuat Zayyan merasa seperti hewan yang terpojok. 

Zayyan membuka mulutnya, ingin bicara—tapi air langsung masuk ke tenggorokannya.

Zayyan terbatuk-batuk, membuat gelembung-gelembung kecil keluar dari mulutnya.

Zayyan panik, tubuhnya makin tak karuan, dan kedua merman itu—Wine dan Bendy—ikut terlihat khawatir. 

"Zayyan! Berhenti bergerak! Kamu akan menyakiti dirimu sendiri!" kata Bendy, berenang mendekat. 

Namun, semakin mereka mendekat, Zayyan semakin takut.

"Jangan mendekat! Jauh-jauh!" katanya dengan napas terengah-engah—atau setidaknya ia merasa seperti itu, meski seharusnya ia tidak mungkin bisa bernapas di bawah air. 

"Sea! Sea! Dia sadar!" seru Wine sambil menoleh ke arah dinding gua. 

Dari balik bayangan karang, muncul sosok yang sangat familiar.

Sea meluncur mendekat dengan gerakan anggun, namun ekspresinya tampak canggung. Ia berhenti sejenak, ragu, sebelum akhirnya maju lebih dekat.

"Zayyan, tenang... Bernafas saja seperti biasa saja," katanya lembut. 

"Apa?" Zayyan melotot, kebingungan. "Aku... Aku tidak bisa..." 

"Tidak, kamu bisa," potong Sea cepat. "Aku sudah memberimu ramuan ajaib. Sekarang kamu bisa bernafas di dalam air." 

[BL] Under The Sea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang