Misteri I

181 27 0
                                    

29


"paman tau dimana papa ku berada?" Tanya Riki pada pria yang saat ini ada di depannya

"Sepertinya Riki sangat rindu pada papa ya?" Tanya Rami, Riki pun mengangguk

"Sudah 2 tahun papa tidak mengunjungi ku dan mama. Apakah papa sudah tidak sayang lagi pada Riki?" Rami buru-buru menggeleng

"Keponakan paman tidak boleh berbicara begitu. Papa Ruka sangat menyayangi bang Iki. Bahkan papa Ruka saat ini sedang bekerja agar Riki bisa membeli banyak mainan kan?" Riki mengangguk

"Bahkan saat Dede Ira lahir pun papa tidak ada"

"Papa Ruka sedang sibuk, jadi abang Iki harus mengerti itu, okey?" Riki mengangguk lemah

"Jika abang ada masalah, abang bisa bercerita dengan paman. Paman akan menjadi pendengar yang baik untuk abang" Riki mengangguk senang, tapi tak bisa di pungkiri bahwa rasa rindunya pada sang papa sangat besar. Ada yang mengganjal di hatinya, tapi apa?

"Aaaaa abangggg!!!" Teriak seorang bocah perempuan

"Aduh, ada apa ini?" Tanya Pharita

"Bang Iki coret-coret buku Lia. Marahin bang Iki nya" Ralia menunjuk Riki yang sedang menulis, seolah dirinya tak melakukan kesalahan apapun

"Tadi juga Lia merusak kereta milik ku ma!" Adu Riki

"Aduhhh! ada apa si ini? jangan bertengkar gitu dong sayang. Mama sedang menidurkan Daffa" Ucap Rora sembari menggendong bayi laki-laki

Beberapa bulan lalu telah lahir seorang bayi laki-laki yang bernama Alrafa Daffa Vincent. Adapun adik perempuan Riki yang bernama Aira Mandalika Domani

"Sudah ya, kalian harus berdamai" Tegur Rami

"Tapi paman-"

"Tidak ada bantahan okey" Riki terpaksa mengangguk

"Baiklah, Iki minta maaf ya Li" Lia mengangguk

"Lia juga minta maaf ya abang, Lia gak sengaja ngerusak mainan nya abang"

"Sudah kan? sekarang kalian lanjut main, jangan berisik lagi okey?" Ucap Rora yang di angguki kedua bocah itu

"Ralia" Sang pemilik nama pun menoleh

"Tumben abang manggil pake nama itu"

"Kenapa, tidak boleh ya?" Ralia menggeleng

"Bukan begitu, aneh saja"

"Maksudnya, aku sedikit tidak terbiasa dengan itu" Riki mengangguk pelan

"Abang kenapa manggil aku?"

"Lia kenal papa nya Iki kan!" Ralia mengangguk

"Kenapa papa nya Iki gak pulang-pulang juga ya? padahal kan Iki kangen" Riki menunduk, matanya memerah. Rasanya ingin menangis, tapi ia harus menahannya agar Ralia tidak mengejek dirinya 'cengeng'

"Apa yang sedang kalian obrolkan nih? sepertinya seru sekali. Boleh papa gabung" Ucap Asa yang baru saja pulang

"Mandi dulu. Papa bau" Ucap Ralia sembari mendorong tubuh sang ayah untuk menjauh

"Apakah Iki akan sebahagia Lia jika papa ada disini? pa.....Iki rindu"

"Keponakan paman kenapa?" Asa yang sadar jika Riki dari tadi hanya diam saja sembari menunduk mulai mendekati bocah laki-laki itu. Menepuk bahunya guna menyadarkannya

"Tidak apa paman, Iki hanya sedang ingin diam saja untuk saat ini"

"Iki sayang, liat paman. Iki kenapa?" Riki menggeleng lalu menghapus air mata yang sempat jatuh dengan cepat, berharap Asa tidak tahu bahwa dirinya sedang menangis

Is love true for me? (GxB) RUPHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang