3110 tahun berlalu. Pharita, gadis itu masih saja memikirkan Ruka, entah mengapa ia sering sekali melihat sosok itu. Ruka membuatnya gila.
"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Pharita ketika ia melihat satu pria memasuki cafe tempat ia bekerja
"Dimana kamar mandinya?" Tanya pria itu
"Nanti lurus aja terus belok kiri" Pharita membalas senyuman pria itu
"Terimakasih untuk kamar mandinya" Ucap pria itu setelah beberapa saat
"Tidak masalah" Pharita hanya tersenyum untuk menanggapi itu
.....
"Ruka" Ucap Pharita ketika ia melihat seorang pria yang sedang melintas di depan rumahnya, pria itu sekilas mirip sekali dengan Ruka
"Apakah ini hanya haluan ku saja? tapi Ruka terlihat sangat nyata! itu seperti dirinya. Ada apa dengan ku" Ucap Pharita sembari mengelus dadanya
"Aku hanya lelah dan butuh istirahat. Sepetinya aku banyak berhalusinasi akhir-akhir ini. Aku sering melihat Ruka, ini membuatku gila" Ucapnya sembari mengacak-acak rambutnya
"Mama" Panggil bocah itu
"Mama, ini bagus tidak"
Pharita segera bangun, merapihkan rambutnya, setelahnya bocah itu langsung menghampiri Pharita
"Apakah ini bagus ma" Bocah perempuan itu menunjukkan hasil gambarannya
"Woah, banyak sekali. Ira jago deh gambarnya" Puji Pharita
"Mama mama" Aira menarik baju daster yang di gunakan sang ibu
"Ada apa sayang?" Pharita kembali menatap sang anak
"Disini ada papa, mama, bang Iki, dan Ira"
"Bagus! mama suka gambaran kamu" Pharita menahan tangisnya, ia selalu teringat Ruka. Dimanapun dan kapanpun
"Mengapa Ira tidak pernah melihat papa?" Tanya gadis itu tiba-tiba
"Ah papa ya, papa.....papa sedang bekerja di tempat yang sangat jauh" Pharita gelagapan, ia bingung harus menjawab apa
"Mengapa papa tidak pernah pulang ma? apakah papa sangat sibuk?" Pharita mengangguk lalu berjongkok di depan anak perempuannya yang berusia 12 tahun itu, mengelus lembut rambut sang anak
"Sayang, dengarkan mama ya" Aira mengangguk
"Tolong jangan bahas papa"
"Kenapa ma?" Pharita tersenyum lalu segara meninggalkan Aira, gadis itu terlihat bingung atas perilaku sang ibu
Pharita menangis, ia menutup pintu kamar dengan keras. Hatinya sakit, sesak, saat ini ia hanya bisa menangis. Entah apa yang membuatnya jadi emosional seperti ini. Dirinya sangat kacau semenjak berpisah dengan Ruka. Gila, itu yang Pharita rasakan selama ini
"Mama, maafin Ira ya. Mama jangan menangis lagi, mama tidak boleh melukai diri mama lagi" Bocah itu berulang kali mengetuk pintu kamar Pharita, namun sang empu tak menjawab ucapan gadis itu
KAMU SEDANG MEMBACA
Is love true for me? (GxB) RUPHA
Fanfiction"Hanya dia yang aku inginkan, hanya dia" -Ningning "Begitu susah untuk melupakan dia? hingga aku seperti tak di anggap disini" -Pharita "Maaf, aku hanya bisa memberi mu luka...." -Ruka "Aku akan merebut semua yang seharusnya menjadi milikku" -??? R...