36

108 13 0
                                    


36

Sepulang Pharita dari sekolah Aira, gadis itu melihat kotak yang berada tak jauh dari pintu utama. Pharita sedikit menjongkok untuk meraih kotak itu.

"Nak, masuk saja dulu. Nanti mama nyusul," yang langsung di jawab anggukan oleh Aira.

"Apa ini? mengapa ini ada disini?," Pharita mengerutkan keningnya.

Di dalam kotak itu ada kalung emas yang sudah pasti harganya sangat mahal. Pharita tersenyum melihat itu, ada nama sang pengirim di dalam sana.

"Manis sekali," gumamnya.

"Mama kenapa lama sekali sih di luar? apa itu ma?," ucap Aira yang sangat penasaran dengan isi kotak itu.

"Ini, Aira tidak boleh tahu,"

"Oh, mama udah main rahasia-rahasiaan sama aku ya? huh," Aira sedikit kesal dengan itu.

"Ini dari seseorang yang pastinya sangat mama cintai,"

Pharita tak bisa berhenti tersenyum, ia sangat bahagia saat ini. Kapan terakhir Ruka bersikap manis seperti ini? entahlah.

"Pasti itu dari papa kan? Ira mau liat, itu apa," Pharita segera menjauhkan kotak itu dari jangkauan si bungsu.

"Mama ih. Kan Ira juga pengen liat itu apa," gadis kecil itu cemberut, dengan tangan dilipat di depan dada.

"Anak mama lucu banget sih. Ini adalah hal yang sangat spesial, Ira tidak boleh melihatnya,"

"Tapi kan Ira penasaran mama..." rengek gadis itu.

"Tapi Ira jangan iri dan jangan kepengen ya," Aira mengangguk, walau Pharita tahu itu adalah suatu kebohongan yang sering sang putri lakukan.

Perlahan Pharita membuka kotak itu, mata Aira mulai berbinar.

"Aaaaa, bagusnya. Ini buat Ira saja ya ma," pinta gadis itu dengan muka imut andalannya.

"Eits, tidak boleh. Ini milik mama," Pharita memasangkan kalung itu pada lehernya.

"Aaaa, papa jahat sekali. Kenapa papa tidak membelikan Ira juga,"

"Ira bakal ngambek sama papa. Papa jahat!" Aira semakin cemberut dibuatnya tatkala Pharita dengan iseng tertawa dan sedikit memamerkan kalung itu pada sang anak.

"Papa, lihat ini. Mama pamer, huhu," Aira pintar berekting, suara bocah itu dibuat seolah dirinya sedang menangis.

"Aduh, kamu ini drama banget deh. Bukan anak saya ini," ucap Pharita yang masih sedikit tertawa.

"Hueeeee," kali ini bocah itu beneran menangis, ingusnya sampai meluncur bebas, tapi tidak sampai jatuh anak itu sudah menariknya kembali.

"Cup cup cup, anak mama jangan nangis dong. Nanti kalau papa sudah pulang, Ira bisa meminta kalung seperti ini lagi, okey." Pharita mencoba menenangkan Aira, namun itu semua terlihat sia-sia.

"Nanti kalau papa pulang, mama akan bicara dengan papa. Agar kamu memiliki kalung yang sama seperti punya mama ini. Sudah ya, jangan menangis lagi."

Is love true for me? (GxB) RUPHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang