37

204 15 0
                                    

37

"Sayang, ayo dong, makanannya di habiskan," pinta Pharita pada Aira yang sedari tadi hanya cemberut, sang putri tidak menyentuh makanannya sedikit pun.

"Riki, bantu mama untuk bujuk adekmu," pinta Pharita.

"Ma, Ira tu maunya papa yang nyuapin, kalo bukan papa ya percuma saja," jawab Riki acuh, pasalnya anak lelakinya itu sedang bermain game online yang ada di ponselnya.

"Lebih baik mama telepon papa," saran Riki.

"Jangan aneh-aneh deh kamu, mana mungkin mama telepon papa mau," tolak Ruka.

"Kenapa si ma? tinggal hubungi papa terus suruh papa kesini, gampang loh ma. Nanti si Lia bisa makan dengan lahap kalo di suapin papa,"

"Lia, kamu pilih makan atau makannya mama buang," Ralia tak menjawab, gadis itu hanya diam terpaku sambil melihat foto sang mama dan papanya yang terpanjang jelas di ruang tamu. Foto beberapa puluh tahun yang lalu itupun tak pernah kotor di bagian bingkai, karena Pharita sering mengelap bingkai tersebut.

Pharita memang tampak seperti tak mau memiliki suami seperti Ruka, tapi hatinya berucap lain. Pharita sangat menyayangi Ruka, hingga ia masih mempertahankan status janda nya hingga kini.

Entah sudah berapa banyak pria yang Pharita tolak, yang ia mau hanya Ruka.

"Nanti papa bakal dateng kok sayang. Lia yang sabar ya, papa lagi ada di New York, mungkin besok baru pulang. Yang penting Lia makan dulu sekarang, nanti kalo papa tau Lia gak mau makan terus papa nya marah gimana?" Pharita tetap mencoba untuk membujuk sang putri agar ia mau memakan sarapannya, walau butuh rayuan extra, tapi Pharita berhasil. Lia mau makan tapi sambil video call sama Ruka.

.....

"Kak?" panggil Ningning pada Rami yang sedang  mengerjakan sesuatu di laptop miliknya.

"Kenapa sayang?" tanya Rami tanpa menoleh pada Ningning.

"Kapan kakak akan melamar ku?"

"Kenapa kau mendadak menanyakan ini?"

"Aku butuh kepastian kak, umur kita ini sudah tak muda," jelas Ningning.

"Aku tidak tahu pasti, tapi secepatnya, kau sabar saja,"

"Jika kau tidak memberiku kepastian maka kita tidak usah kenal sebelumnya kak. Aku rasa itu hanya membuang waktu,"

"Hey, aku sudah bilang kan akan melamar mu secepatnya? apakah itu belum cukup untuk mu?"

"Yang aku butuhin cuman kepastian Ram, sifat kamu yang kayak gini itu bagai mainin aku doang!" Ningning merasakan dada nya semakin sesak.

"Percuma aku ngomong sama kamu, pada dasarnya juga kamu gak akan dengerin aku. Kita sampai disini aja," Ningning pergi meninggalkan Rami, pria berambut pirang itu mematung di tempat. Cinta yang selama ini di perjuangkan haruskah selesai?

Rami tak berpikir dua kali. Pria itu langsung mengejar Ningning dan meminta gadis itu untuk tak meninggalkan dirinya.

"Sayang, tunggu sebentar. Kita bisa bicarakan ini baik-baik. Aku mohon," ucap Rami yang sedang menggenggam pergelangan Ningning.

"Tidak ada lagi yang perlu di bahas dan di jelaskan. Semua sudah jelas kak," tak sanggup, tangis gadis itu pecah.

"Aku udah bilang ke mama papa ku dan mereka selalu nanyain kapan kita nikah kak! Riki udah sebesar ini dan kamu belum ada niatan buat ngelamar aku?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Is love true for me? (GxB) RUPHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang