You're the devil, and i'm an angel... We're the ENEMY, right?
-
-
-
"Bagaimana, Luhan? Kau terima tawaranku?"
Mata Luhan menyipit menatap gadis bergaun hitam yang sekarang sedang berdiri memunggunginya di samping jendela. Sudah berkali-kali gadis berparas rupawan itu menanyakan hal yang sama. Apakah Luhan menerima tawarannya? Apakah pemuda itu bersedia mengiyakan permintaannya? Oh, Luhan jengah. Bukankah seharusnya ia sudah tahu jawaban apa yang akan keluar dari mulut Luhan?
Tangan gadis itu membelai kaktus hias yang Luhan letakkan di bingkai jendela. Duri-duri kaktus itu melengkung seolah terbuat dari bulu halus, sama sekali tidak melukai jari-jari lentiknya.
"Luhan? Kau mendengarku?"tanyanya lagi karena tak kunjung mendengar jawaban dari Luhan. Gadis itu menarik tangannya dan serta –merta membuat kaktus yang baru saja disentuhnya kehilangan sari kehidupan. Mati meranggas tanpa daya.
Luhan menghela napas dan meletakkan buku yang belum selesai ia baca. "Aku dengar..."katanya dan menghampiri gadis itu. Luhan menyentuh ringan kaktus mati itu dengan ujung jarinya. Sekilas saja. Tapi perlahan—secara ajaib—kaktus itu menghijau kembali. Sehat, gemuk dan sebuah bunga berwarna merah kecil mekar di salah satu ujungnya. Kaktus itu hidup, seolah tak pernah mati. "...dan aku menolak, Sera."
Sera—si gadis bergaun hitam—memberengut kesal mendengar jawaban Luhan.
Ia merapatkan tubuhnya pada Luhan. Mengalungkan tangannya ke leher pemuda tampan itu. Memberi Luhan sensasi panas yang tak nyaman. Dari jarak yang sedekat itu, Luhan bisa mencium aroma mawar yang secara alami menguar dari tubuh Sera. Memabukkan.
"Kenapa? Kau tak menginginkanku?"tanya Sera dengan suaranya yang selembut beledu. Oh, ralat, bahkan suaranya lebih lembut lagi. Penuh godaan. Lelaki di dunia ini pasti akan langsung bertekuk lutut di hadapan gadis itu, hanya demi mendengar suara indahnya. Tapi, hal itu tidak berlaku bagi Luhan. Tidak, karena Luhan bukan bagian dari 'lelaki di dunia ini'.
Mata Sera menatap Luhan lekat. Napasnya yang dingin menyapu wajah Luhan, kontras sekali dengan tubuhnya yang panas. Kemudian bibirnya menekan lembut bibir Luhan. Sengaja benar menggoda pemuda itu dengan lebih frontal. Ya Tuhan, sentuhannya terasa panas menyengat.
Luhan diam, sedikit mengeryit karena rasa panas itu, dan sama sekali tak membalas.
"Kau benar-benar tidak menginginkanku ya? Ck, menyebalkan!"gerutu Sera setelah melepas ciuman singkatnya.
Luhan tersenyum tipis. "Lebih baik kau mencari lelaki lain untuk melayanimu, Sera. Pasti di luar sana banyak lelaki yang bersedia menyerahkan jiwanya untukmu,"ujarnya pelan.
Gadis itu mendengus sebal,"Ya seperti yang kau bilang, banyak lelaki yang memujaku, Lu. Tapi aku hanya menginginkanmu..."
"Aku malaikat, Sera. Dan kau..."
"Iblis, aku tau!"potong Sera cepat. Kaca-kaca jendela bergetar merasakan emosi gadis iblis ini. Sera marah. Ia selalu marah jika Luhan mengingatkannya akan perbedaan mereka.
"Kita adalah musuh..."
"YAK! TIDAK PERLU KAU PERTEGAS SEPERTI ITU, LUHAN!!"
Prang.
Kaca-kaca hancur berhamburan. Luhan menahannya melayang di udara, kemudian mengembalikan kembali kaca-kaca itu ke bentuknya semula. Seperti itulah mereka berdua. Sera sang iblis yang menghancurkan. Dan Luhan--sang malaikat yang mengutuhkan. Hitam dan putih. Sangat berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVIL BESIDE ME (EXO FANFICTION)
Fantasy"Aku malaikat, Sera. Dan kau..." "Iblis, aku tau!"potong Sera cepat. Kaca-kaca jendela bergetar merasakan emosi gadis iblis ini. Sera marah. Ia selalu marah jika Luhan mengingatkannya akan perbedaan mereka. Luhan adalah putih. Dan Sera adalah hitam...