I'll bite you! So, you'll be mine forever
-
-
South Korea – 2057
Seragam berwarna hijau lumut. Tanda pangkat berbentuk trapesium warna ungu bergaris kuning dibagian tengah dengan 3 bintang, tersemat dibahunya. Postur tubuh yang tegap dan liat, hasil dari latihan keras dan kerja lapangan selama bertahun-tahun. Kontras dengan seluruh penampakannya yang tampak sangat berwibawa, pria itu memiliki wajah kecil dan mata yang indah khas pemuda asal negeri tirai bambu.
Wajahnya tampan dan cantik sekaligus. Bahkan meski ia berada didalam kesatuan militer, pria itu nampaknya tidak merasa perlu untuk memangkas rambutnya habis seperti yang banyak dilakukan oleh kawan sejawatnya. Ia percaya diri dengan poni yang menutupi dahi, dan rambut yang dicat warna coklat. Pria itu selalu begitu, nyentrik. Tapi, ketika ia berada diatas awan, mengendarai Chengdu J-50 Black Eagle—jet tempur siluman yang menggunakan teknologi tertinggi dizaman itu—dan bertempur melawan musuh dari negara lain, tidak ada yang bisa menandingi keahliannya. Julukannya adalah Sang Master.
Pria itu memamerkan senyum menawannya saat kakinya melangkah turun dari kokpit pesawat. Berjalan penuh percaya diri kearah para tentara lain yang menyambutnya. Setelah memberikan salam hormat, pria itu nampak mengedarkan pandangannya kesekitar. Tempat ini dulunya adalah sebuah bandara internasional Korea Selatan, namun sejak 3 tahun lalu berubah menjadi pangkalan udara militer China.
Ya, Bandara Incheon yang dulunya megah dan mewah sekarang tak lebih adalah sebuah barak militer. Setelah kejatuhan Korea Selatan pada Perang Dunia III yang terjadi 5 tahun terakhir ini, tidak ada yang tersisa dari Korea Selatan selain puing-puing. Korea Selatan sekarang adalah negara terjajah. Bendera kebanggaan mereka telah diturunkan, dan sekarang bendera-bendera warna merah dengan bintang kuning ditengah adalah penguasanya.
"Selamat datang di Korea Selatan, Captain Xi!"Seorang pria paruh baya yang nampak menyorotkan kesan tegas diwajahnya, maju untuk menyalami pria yang ternyata adalah seorang Captain itu. Sang Master yang sekaligus Sang Captain itu tertawa kecil dan menyambut uluran tangan pria paruh baya itu dengan hangat. Mata indahnya berbinar.
"Berhenti memanggilku Captain, Hangeng-ge. Kau tahu aku tidak suka panggilan itu!"
"Tapi kau memang Captain, Lu. Itu pencapaian terhebat yang bisa dilakukan seorang pria yang baru berusia 21 tahun sepertimu. Seharusnya kau bangga!"kata pria yang dipanggil Hangeng itu.
"Aku bangga, tapi ini juga membuatku canggung..."
"Ck... bahkan setelah perang hebat menaklukkan Amerika itu, kau masih saja tidak berubah. Monster diatas awan itu ternyata tetaplah anak muda tidak matang seperti ini."Hangeng mengomel.
"Aku masih banyak membutuhkan bimbinganmu, ge..."
Hangeng mencebikkan bibirnya. "Benar, kau masih berada jauh dibawah levelku, Xi Luhan. Omong kosong julukan Sang Master itu."
Pria itu—ya, dia adalah Luhan—tertawa mendengar perkataan Hangeng. Sama sekali tidak tersinggung mendengar omelan seniornya dimiliter yang sudah sejak 5 tahun lalu ditugaskan untuk menangani Korea Selatan.
"Bagaimana kabar Seoul, ge? Apa benar kita tidak bisa kesana?"tanya Luhan sambil mensejajari langkah Hangeng menuju kantor tempat Hangeng bertugas.
"Ya, Seoul benar-benar hancur total, Lu. Kau tahu sendiri, bagaimana kita sudah menekan Korea untuk mundur dan mengaku kalah. Kita memberi negara ini ultimatum hingga 3 kali. Tapi, Korea Selatan benar-benar negara sombong. Dengan kekuatan militer yang jauh dibawah kita, mereka masih saja menggertak. Padahal Amerika sudah lepas tangan. Jepang juga sudah menyerah. Apalagi yang dipunyai negara ini selain harga diri? Karena itu, atasan kehabisan kesabaran. Kami terpaksa meledakkan kota itu dengan bom nuklir..."
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVIL BESIDE ME (EXO FANFICTION)
Fantasy"Aku malaikat, Sera. Dan kau..." "Iblis, aku tau!"potong Sera cepat. Kaca-kaca jendela bergetar merasakan emosi gadis iblis ini. Sera marah. Ia selalu marah jika Luhan mengingatkannya akan perbedaan mereka. Luhan adalah putih. Dan Sera adalah hitam...