Sejak kami mulai belajar bersama, Aku dan Tiara disiplin belajar setiap hari. Namun, pada hari Kamis, kami sepakat untuk mengambil jeda sejenak. Kami sadar bahwa otak juga butuh istirahat, dan terlalu memaksakan diri hanya akan membuat kami kelelahan.
Pagi itu cuaca begitu cerah. Hari Senin hingga Rabu, kota terus diguyur hujan, tetapi hari ini sangat cerah. Aku sedang duduk santai di kelas, mendengarkan musik K-POP favoritku dengan earphone di telingaku.
Sambil memandangi ke luar jendela, aku melihat pemandangan di bawah halaman. Kelas kami berada di lantai dua, sehingga sangat jelas terlihat aktivitas di bawah. Semua olahraga di sekolah, mulai dari basket, voli, futsal, dan lain sebagainya, berlangsung di dalam bangunan khusus. Berbeda dengan baseball yang terletak di luar ruangan. Aku melihat siswa-siswa yang sedang bermain dengan seru di bawah sinar matahari pagi yang cerah.
Beberapa teman kami tampak mendukung tim masing-masing. Sesekali, terdengar sorakan bahagia ketika tim yang didukung berhasil mencetak poin, dan suara kesal dari pendukung tim lain yang gugur dalam permainan. Melihat semua itu, aku hanya bisa tersenyum. Anak-anak sangat bahagia, tetapi di sisi lain, aku merasa sedih karena mungkin aku tidak akan melihat lagi momen indah di masa-masa SMA ini.
Ketika sedang bersantai di bangku, Tiara datang menghampiriku sambil membawa camilan. Satu bungkus roti selai nanas dan susu diberikan kepadaku, dan kami mulai berbincang tentang perasaanku yang sedih karena akan merindukan momen berharga di masa mudaku ini.
Tak lama setelah berdiam diri di kelas, perasaan bosan mulai menyusup ke hatiku. Duduk terlalu lama di ruangan yang sama, meskipun suasananya tenang, tetap saja membuatku merasa jenuh. Aku melepaskan earphone dari telinga dan meletakkannya di atas meja. Melihat Tiara yang juga tampak gelisah, aku mencoba memecah keheningan.
"Aku rasa kita butuh udara segar," kataku.
Tiara mengangguk setuju. "Iya, duduk terlalu lama di sini membuatku ingin keluar sejenak. Mungkin berjalan-jalan akan menyegarkan pikiran kita."
Aku berdiri dari kursi, merentangkan tangan untuk menghilangkan rasa pegal di punggung. "Bagaimana kalau kita keluar dan melihat-lihat kegiatan di sekolah? Siapa tahu ada hal menarik yang bisa kita saksikan."
"Setuju. Lagipula, cuaca hari ini terlalu bagus untuk dilewatkan hanya dengan duduk di dalam kelas," jawab Tiara sambil ikut bangkit dari tempat duduk.
Kami berjalan menuju pintu kelas dan melangkah keluar ke koridor yang mulai lengang. Kelas-kelas lain tampak sibuk dengan aktivitas belajar, tetapi kami beruntung memiliki waktu kosong yang bisa kami manfaatkan untuk bersantai. Sambil berjalan santai menyusuri lorong, kami menghirup udara segar yang masuk melalui jendela-jendela terbuka. Cahaya matahari yang cerah menciptakan suasana hangat yang menyenangkan di dalam gedung.
Saat kami melangkah turun ke halaman, suara musik dan nyanyian yang indah mengalun lembut dari dalam bangunan klub musik. Melodi yang menenangkan itu seolah mengundang kami untuk mendekat. Tiara dan aku saling bertukar pandang dengan senyum ceria, seolah ada magnet tak terlihat yang menarik kami menuju suara tersebut.
"Dengar, Tiara! Suara itu luar biasa," ujarku penuh semangat. "Sepertinya ada pertunjukan atau latihan di dalam."
Tiara mengangguk, matanya berbinar. "Kita harus masuk dan melihatnya! Aku selalu suka mendengarkan musik, dan ini kesempatan yang bagus untuk menikmati penampilan langsung."
KAMU SEDANG MEMBACA
When Maple Saves Everything
Teen Fiction〔BLURB〕 "Pohon itu adalah makhluk hidup yang dapat mendengar, merasakan, dan melihat kita. Ia memiliki perasaan, merasakan sakit, dan menyimpan kenangan kita. Mungkin terdengar mustahil, tetapi jangan mengartikannya secara harfiah. Ibarat sahabat, k...