〔Chapter 17〕Hari kelulusan

14 7 0
                                    

Seminggu telah berlalu sejak karyawisata terakhir kami. Rasanya seperti baru kemarin, aku dan teman-temanku menikmati momen-momen penuh tawa itu. Setelahnya, rutinitas sehari-hari kembali seperti biasa-bermain dengan Tiara, mengunjungi minimarket untuk membeli camilan favorit kami, dan sesekali mampir ke kafe Paman Rio. Tapi untuk sekarang, aku sengaja menghindari pohon maple itu. Terlalu banyak kenangan yang melekat di sana, dan aku belum siap untuk menghadapinya.

Hari ini tiba. Hari yang sudah kami nanti-nantikan-hari pengumuman kelulusan!

Sejak pagi, rumahku dipenuhi semangat. Mama sibuk di dapur menyiapkan sarapan, dan Papa... entah kenapa, Papa lebih bersemangat dari biasanya. Dia akan menjadi waliku hari ini, dan aku bisa melihat kilatan bangga di matanya.

"Vero, sarapan dulu yuk," panggil Mama dari dapur dengan nada lembut yang hangat.

"Iya, Ma. Sebentar," jawabku sambil merapikan rambutku di depan cermin. Aku mengenakan pakaian terbaik yang kupunya-rok hitam dan kemeja putih. Tampak rapi dan profesional, mungkin terlalu formal untuk seorang siswa SMA, tapi hari ini penting. Hari ini adalah titik perubahan dalam hidupku. Saat aku melihat bayanganku di cermin, aku tidak lagi melihat seorang gadis SMA biasa. Aku melihat sosok yang siap melangkah ke dunia baru.

Setelah puas dengan penampilanku, aku turun ke dapur. Di sana, Papa sudah duduk dengan senyum lebar, ditemani Bang Rian dan Glan yang sibuk dengan sarapan mereka. Mama masih sibuk menyajikan hidangan, tetapi aku tahu, di balik keaktifannya, ada perasaan haru yang ditahannya.

Aku menarik kursi dan duduk, mencoba meredakan kegugupanku yang mulai terasa di perut.

"Padahal kemarin Papa lihat kamu baru masuk TK," ucap Papa dengan nada nostalgia. Matanya berbinar lembut, seolah-olah melihat kembali anak kecil yang dulu ia antar ke sekolah.

Mama segera menimpali, tak mau ketinggalan, "Iya, bagaimanapun juga, sebesar apa pun Vero sekarang, dia tetap gadis kecil Mama yang selalu butuh Mamanya," katanya, tersenyum hangat sambil menatapku dengan penuh cinta.

Aku tertawa kecil. Ada perasaan aneh di dalam diriku-antara haru dan tidak percaya. Benar, rasanya baru kemarin aku bermain di halaman rumah, berlari dengan kaki kecil yang belepotan tanah. Baru kemarin aku belajar membaca dan berhitung. Dan hari ini... aku sudah di ambang kelulusan.

Aku mulai mengambil makananku, dan Mama dengan refleks membantuku mengambil lauk yang tidak terjangkau. Selalu begitu, meskipun aku sudah besar, Mama masih memperlakukanku seperti gadis kecilnya.

"Nanti kamu berangkat duluan ya, bareng abangmu," kata Papa, "Papa ada urusan yang harus diselesaikan dulu, tapi jangan khawatir, Papa akan datang nanti."

Bang Rian, yang duduk di seberangku, mengangguk setuju sambil melanjutkan makanannya. Aku tersenyum padanya, merasa beruntung punya kakak yang selalu mendukungku.

"Baik, Pa. Tapi jangan telat, ya?" jawabku, sedikit cemas tapi berharap Papa tidak melewatkan momen ini.

Papa tertawa kecil dan mengusap puncak kepalaku dengan penuh kasih. "Tenang saja. Papa akan ada di sana, tepat waktu."

Aku mengangguk, tapi ada rasa tak sabar yang membuncah di dalam dadaku. Sebentar lagi, semuanya akan berubah. Masa SMA akan berakhir, dan aku akan melangkah ke dunia baru. Dunia yang lebih besar, yang penuh dengan tantangan dan peluang. Tapi untuk saat ini, aku hanya ingin menikmati momen bersama keluargaku.

Hari ini bukan hanya soal kelulusan. Ini adalah tentang perjalanan, tentang kenangan yang telah kami ciptakan, dan tentang semua harapan yang menanti di depan.

Setelah sarapan, aku dan Bang Rian bersiap berangkat. Bang Rian terlihat santai, sementara aku merasakan jantungku berdegup lebih cepat. Hari ini bukan sekadar hari biasa. Ini adalah hari yang akan menentukan babak baru dalam hidupku.

When Maple Saves EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang