Pagi hari menjelang, cahaya lembut matahari mulai menembus tirai tenda, memancarkan sinar hangat yang membuatku terbangun. Tiara, yang sudah bangun lebih awal, tampak bersemangat dan bersiap-siap untuk sesuatu.
"Vero, bangunlah! Kita harus melihat sunrise!" Tiara menggoyangkan bahuku dengan lembut, suaranya penuh semangat.
Aku membuka mata dan melihat ke luar tenda. Langit berwarna pastel, biru, dan oranye menyatu, menciptakan panorama yang menakjubkan. "Ayo! Kita tidak bisa melewatkan ini," jawabku, segera meraih jubah dan sandal sebelum keluar dari tenda.
Ketika kami melangkah keluar, udara pagi yang segar menyambut kami. Kami bergabung dengan beberapa teman yang sudah berada di tepi pantai. Suara ombak yang berdebur menambah suasana magis pagi itu. Joseph dan Siska sudah duduk di atas pasir, memandangi cakrawala.
"Lihat! Kita datang tepat waktu!" teriak Siska, melambaikan tangan ke arah kami.
"Momen ini sempurna untuk foto!" Tiara berseru, mengeluarkan ponselnya untuk mengabadikan keindahan sunrise. "Vero, mari kita ambil foto bersama!"
Kami berpose di depan lautan yang berkilauan, dengan sinar matahari yang mulai menyinari wajah kami. "Senyum yang lebar!" Tiara mengingatkan, lalu jepret! Suara shutter kamera terdengar dan kami tertawa bersama.
"Pagi ini benar-benar luar biasa," ucapku sambil mengamati panorama di depan kami. "Seolah-olah seluruh dunia baru terlahir kembali."
"Dan kita ada di sini untuk menyaksikannya," Siska menambahkan, matanya berbinar melihat keindahan itu.
Sambil menikmati momen, kami mulai berbincang-bincang. "Setelah melihat sunrise ini, aku merasa sangat bersemangat untuk menghadapi hari-hari ke depan," kata Tiara.
Kami melanjutkan obrolan sambil menikmati keindahan pagi itu. Semakin lama, matahari semakin tinggi, menciptakan suasana hangat yang menyelimuti kami.
Setelah menikmati sunrise, kami kembali ke tenda untuk sarapan. Pak Dedi sudah menyiapkan makanan di meja piknik. "Selamat pagi, anak-anak! Siapa yang lapar?" Pak Dedi menyapa dengan ceria, sambil menunjukkan berbagai hidangan yang menggugah selera.
"Pagi, Pak! Kami sudah siap untuk sarapan!" sahutku, tidak sabar untuk mencicipi makanan.
Kami duduk bersama di sekitar meja, menikmati roti, selai, buah-buahan, dan minuman segar. Suasana penuh tawa dan canda menghangatkan hati. "Kita harus melakukan karyawisata ini lagi, walaupun sudah lulus!" Tiara menyatakan, sambil mengunyah potongan buah.
"Setuju! Ini adalah salah satu pengalaman terbaik yang pernah kita lakukan," balas Siska, dengan semangat.
Setelah sarapan, Pak James memberi instruksi tentang kegiatan hari itu. "Hari ini kita akan melakukan beberapa aktivitas seru di pantai. Bersiaplah untuk permainan tim, dan jangan lupa untuk bersenang-senang!"
Semua siswa mulai bersorak penuh semangat. Kami segera merapikan area makan dan bersiap-siap untuk aktivitas selanjutnya. Dengan penuh keceriaan, kami membagi diri menjadi beberapa kelompok untuk bersaing dalam berbagai permainan.
Hari itu menjadi semakin ceria. Kami bermain voli pantai, berlari di sepanjang garis pantai, dan tertawa lepas. Setiap tawa, setiap teriakan kegembiraan, membuat kami semakin dekat satu sama lain. Aku merasa bahwa semua kenangan ini adalah harta yang tidak ternilai.
Saat matahari mulai meninggi, kami semua berkumpul di bawah naungan tenda untuk istirahat sejenak. "Kegiatan ini sangat menyenangkan! Aku merasa seperti kita sudah menjadi satu keluarga," ucapku, merasakan kebahagiaan yang melimpah.
"Benar sekali. Aku tidak ingin hari ini berakhir," Siska menanggapi, senyumnya tulus.
Saat kami bersantai, Tiara menambahkan, "Biar kita buat perjanjian! Kita harus menjaga persahabatan ini meskipun setelah kita lulus nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
When Maple Saves Everything
Ficção Adolescente〔BLURB〕 "Pohon itu adalah makhluk hidup yang dapat mendengar, merasakan, dan melihat kita. Ia memiliki perasaan, merasakan sakit, dan menyimpan kenangan kita. Mungkin terdengar mustahil, tetapi jangan mengartikannya secara harfiah. Ibarat sahabat, k...