Setelah kami keluar dari gerbang sekolah, Tiara dan aku sepakat untuk mampir ke Dream Coffeeshop, kafe milik Paman Rio dan Bibi Ana. Kafe itu sudah menjadi tempat favoritku, terutama belakangan ini. Kami berjalan pelan di sepanjang trotoar menuju kafe, sesekali membicarakan rencana belajar bersama menjelang ujian.
Ketika sampai di depan kafe, aku meraih gagang pintu kayu yang sudah tak asing lagi bagiku. Saat mendorong pintu itu, lonceng kecil di atasnya berbunyi lembut, mengisi ruangan dengan suara khas yang selalu menandai kedatangan pelanggan. Suara lonceng itu menarik perhatian Paman Rio yang sedang membersihkan meja dan Bibi Ana yang tengah merapikan rak di belakang kasir.
"Ah, kalian berdua! Lama nggak terlihat," sapa Paman Rio dengan senyum lebar, meletakkan lap di pundaknya. "Silakan duduk di tempat biasa, ya."
Bibi Ana juga mengangguk sambil tersenyum hangat. "Mau pesan seperti biasa, anak-anak?"
Tiara menyenggol lengan ku. Aku tersenyum kecil sebelum membalas sapaan mereka. "Terima kasih, Paman, Bibi. Iya, kami duduk di sana saja," ujarku sambil mengarahkan pandangan ke sudut dekat jendela-tempat yang sering kutempati bersama Elnathan dulu.
Kami berjalan ke arah meja tersebut dan duduk. Tiara melepaskan tasnya ke samping kursi, lalu melipat tangannya di atas meja. "Vero, kenapa kamu kelihatan diam saja daritadi?" tanyanya sambil menatapku yang tampak termenung sejenak.
Aku tersenyum samar. "Aku nggak apa-apa. Mungkin hanya lelah setelah jam pelajaran tadi."
Tiara mengangguk perlahan. "Ya, ujian memang semakin dekat. Tapi, aku juga tahu kamu sering ke sini akhir-akhir ini. Bukankah kamu sudah nggak begitu sering duduk di sini sejak Elnathan pergi?"
Menghela napas kecil, aku mengangguk. "Iya, aku tahu. Tapi entah kenapa, tempat ini masih terasa nyaman bagiku. Mungkin karena sudah terbiasa."
Tiara memandangku sejenak, kemudian tersenyum. "Kalau itu membuatmu merasa nyaman, nggak masalah. Tapi, jangan sampai kafe ini hanya membuatmu teringat terus tentang masa lalu, ya."
Aku tersenyum tipis. "Tenang saja, aku masih di sini kok, sama kamu."
Tak lama kemudian, Bibi Ana menghampiri meja kami dengan catatan kecil di tangannya. "Jadi, pesanan seperti biasa?"
Tiara mengangguk cepat. "Iya, Bibi. Cokelat panas dan kue cokelat favoritku, ya."
Aku mengiyakan dengan anggukan. "Untukku kopi susu saja, Bibi."
Setelah mencatat pesanan, Bibi Ana tersenyum dan kembali ke arah dapur. Aku kembali menatap ke luar jendela, menikmati suasana kafe yang tenang, sementara Tiara memandangku dengan sedikit rasa penasaran.
"Vero, jujur saja, apa kamu nggak merasa aneh duduk di sini? Kamu kan sering cerita kalau tempat ini penuh kenangan tentang El," ujar Tiara sambil menyesap air putih yang sudah disiapkan di meja.
Aku menoleh dan tersenyum lebih lebar. "Aneh sih, tapi aku nggak mau terus menghindari. Toh, kafe ini kan bukan cuma milik masa laluku, tapi juga tempat aku dan kamu sering habiskan waktu."
Tiara tertawa kecil. "Benar juga! Yah, semoga tempat ini tetap jadi tempat yang menyenangkan buat kita, bukan cuma untuk kenangan."
Aku mengangguk setuju. "Ya, aku juga berharap begitu. Aku ingin bisa menikmati tempat ini tanpa harus selalu teringat pada apa yang sudah berlalu."
Suasana di kafe tetap tenang, dengan obrolan ringan yang mulai menggantikan perasaan berat yang sebelumnya terasa. Sesekali, Paman Rio melirik kami sambil tersenyum, senang melihat dua pelanggan setianya kembali.
Saat kami masih asyik berbincang, pintu kafe kembali terbuka dengan bunyi lonceng yang khas. Calvin dan Anita, anak-anak Paman Rio dan Bibi Ana, baru saja pulang dari sekolah dan melangkah masuk ke dalam kafe. Calvin, yang duduk di kelas dua SMA, terlihat membawa semangat yang sama seperti biasanya. Ia meletakkan tasnya di dekat kasir dan mengamati suasana kafe.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Maple Saves Everything
Roman pour Adolescents〔BLURB〕 "Pohon itu adalah makhluk hidup yang dapat mendengar, merasakan, dan melihat kita. Ia memiliki perasaan, merasakan sakit, dan menyimpan kenangan kita. Mungkin terdengar mustahil, tetapi jangan mengartikannya secara harfiah. Ibarat sahabat, k...