Happy Reading
.
.
.÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷
Langkah Citra terasa berat meninggalkan area pemakaman. Rasa rindunya perlahan terobati setelah menumpahkan seluruh sesak di dadanya. Ujung tatapannya menangkap sepasang kaki khas dengan high heels andalan orang tersebut.
Tatapan mereka bertemu untuk sesaat. Bianca terhenyak melihat istrinya menyimpan banyak luka di dalam tatapannya. Tak ada lagi tatapan bahagia dan penuh semangat serta keceriaan. Ia hanya melihat kesedihan dan kekecewaan serta luka yang begitu dalam.
Lidah Bianca kelu untuk mengeluarkan sepatah kata. Sapaanpun tak berhasil ia lontarkan saat dihadapan gadisnya. Tatapannya merendah menyusuri manik mata elok milik Citra yang ia rindukan.
Dengan suara bergetar, Citra bertanya, "Untuk apa kamu ke sini ?"
Bianca mendekat untuk menyampaikan tujuannya. "Aku hendak meminta maaf padamu," ucapnya dengan penyesalan terpancar di matanya.
Citra melangkah mundur menjauhi Bianca layaknya seseorang yang terlanjur menelan pil kecewa. Jantung Bianca serasa mencelos dari tempatnya. Bentuk penolakan yang teramat lembut namun begitu menyakitkan.
Citra membuang pandangannya ke lain arah, ia tak sudi menatap wanita yang telah menoreh luka dengan sengaja. "Aku tahu, ini juga sandiwaramu, bukan ?" ucap Citra terdengar begitu dingin menusuk indra pendengaran Bianca.
"Tidak !" bantah Bianca dengan cepat. Ia dibuat kalang kabut akan pernyataan Citra yang tidak lagi memiliki kepercayaan padanya.
"Aku benar benar merasa bersalah. Aku menyesali perbuatanku. Aku tidak seharusnya bersandiwara hanya untuk membuatmu merasa dicintai, dilindungi-" jelas Bianca mengakui kesalahannya dengan sungguh-sungguh.
Tak terasa pipi Citra kembali dipenuhi air mata. Mendengar pernyataan Bianca, kembali mengingatkannya pada luka yang ditorehkan oleh sang pujaan hati.
"A-aku mohon maafkan aku,"
Citra masih diam tak menggubrisnya. Hatinya terlalu sulit untuk tak kecewa pada Bianca. Semuanya terasa rumit antara perasaan dan keinginannya.
"Aku tidak bisa. Ini terlalu sulit untukku jika aku harus kembali padamu. Bianca, aku ingin sendiri. Tolong beri aku waktu untuk sendiri," kata Citra.
Bianca kembali terhenyak mendengar permohonan Citra. Begitu sulit untuk menjauh dari Citra. Kehadirannya hari ini adalah untuk memperbaiki kesalahannya, namun Citra menolak dengan cara selembut itu. Hati Bianca semakin gundah.
Bibit asmara indah telah tumbuh dalam hati Bianca hanya untuk Citra seorang. Tak terucap, tak tertulis. Diam tanpa suara ia menciptakan alur cinta. Dalam keheningan, Bianca mengekori gadis hujan di depannya. Pipinya basah karena ulahnya, kepercayaannya hancur tak tersisa. Membuatnya merutuki diri penuh penyesalan dan bertekad memperbaiki agar seperti semula.
Langkahnya melambat akibat gadis di depannya menghentikan langkah setelah menyadari ia sedang diikuti. Tatapan geram bercampur tak percaya tak dihiraukan oleh Bianca.
"Tidak taukah kamu bahwa kehadiranmu adalah penderitaanku ?! Jangan mengikutiku !" geram Citra menggebu gebu.
Nafasnya memburu seiring dengan dadanya yang naik turun. Air mata di kelopak matanya telah berganti dengan merah api amarah. Jari telunjuk teracungkan ke depan menusuk Bianca.
Bianca tak mampu menahan sakit di dadanya. Hatinya tak marah atas hardikan Citra. Ia berusaha tegar terhadap perubahan gadisnya. Ia mencoba bersabar menghadapinya karena ia tahu bahwa ialah yang membuat kekacauan ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Wife (GXG)
Romance⚠️Love Story GXG⚠️ Bianca William Sean Citra Azalea ❗Homophobic jauh jauh❗ Sinopsis: Siapa yang menyangka bahwa alur kehidupan Citra berjalan sangat indah dibalik kesengsaraannya sebelum masuk ke bangku perkuliahan. Kehidupannya berubah 180° setelah...