21. Akur

3.8K 226 27
                                        

Happy Reading
.
.
.

÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷

Tidak ada perjuangan yang sia sia. Usaha Bianca terhadap Citra adalah bukti nyata bahwa setiap cinta perlu perjuangan. Meski kenyataan menyakitkan datang ke rumah tangga barunya, Bianca berhasil memenangkannya.

Memandangi gadisnya dengan lekat adalah kebiasaan Bianca. Ia sangat bersyukur tak ada lagi jarak dan hardikan untuknya. Ia dapat memandangi istrinya dengan leluasa dan sepuasnya lagi.

Tautan tangannya tak pernah ia longgarkan walau sedetikpun, karena ia tau betapa berharganya gadis di sampingnya. Setiap detiknya, Bianca mengucap beribu terima kasih pada Tuhan telah mengirimkan Citra ke dalam hidupnya.

"Bianca, aku masih tidak mengerti kenapa kamu tiba tiba meminta kita ke panti asuhanku ?" tanya Citra saat keduanya telah berada di panti asuhan Cendana.

Bangunan usang tak terpakai dan tak terawat menyapa penglihatan Bianca. Beberapa kaca jendela pecah dan beberapa sudah tidak memiliki kaca. Tembok gosong serta material kayu menghitam layaknya bangunan yang terbengkalai akibat kebakaran.

Bianca meneduhkan pandangannya tat kala beradu tatapan pada Citra. Ia membalas dengan senyuman tenang.

"Aku ingin mengetahui semua hal tentangmu, termasuk masa lalu dan ceritamu selama di sini. Jika kamu pernah berjuang sendirian dan baik baik saja tanpaku, maka kehadiranku dalam hidupmu harus membawa kebahagiaan dan penyembuhan untukmu," tutur kata Bianca selalu menyejukkan hati Citra.

Citra tak dapat membohongi dirinya sendiri tentang hal ini. Begitupun dengan Bianca yang telah menjadi bagian dari hidupnya untuk selamanya. Ia berhak tau cerita perjalanan hidupnya sebelum bertemu dengan Bianca.

"Hmm ... jadi dari mana aku harus bercerita ?" gumam Citra, lalu tersenyum pada Bianca.

"Bermula saat aku kehilangan ibu karena kecelakaan maut yang menimpanya pada malam ulang tahunku. Aku masih ingat dengan jelas suara kecelakaannya."

Bianca terkejut mendengarnya. "I-itu terjadi di depan matamu ?" tanya Bianca tak percaya.

Citra mengulum senyuman getir. Iapun mengangguk mengiyakan. Terlihat Bianca membeku dan terdiam serta menatap iba. Ia tak dapat membayangkan posisi Citra pada hari itu.

"Aku tidak dapat membayangkannya. Pasti itu sangat menyakitkan untukmu," kata Bianca menunjukkan empatinya.

Citra menautkan tangannya pada jari jari Bianca. Ia memeluk lengan Bianca lalu menyandarkan kepalanya pada bahu Bianca dengan nyaman. Hanya keheningan yang menyelimuti mereka untuk sesaat. Hingga Citra kembali menceritakan masa lalunya.

"Sejak meninggalnya ibu, aku hidup sebatang kara bersama ayah. Karena kita merantau di kota ini pada saat itu, sanak saudara berada di kampung jadi tidak ada yang membantu kehidupan kita."

"Suatu ketika, ayah bekerja di tempat kontruksi di Aceh. Aku memilih tetap tinggal disini karena ibu dimakamkan disini, jadi aku tinggal di panti asuhan ini untuk sementara." Citra menjeda ceritanya.

"Sampai hari itu tiba, aku mendapat kabar jika ayah meninggal karena tsunami Aceh. Dan teganya orang orang berbohong tentang kematian ayah yang sebenarnya," ucap Citra penuh kekecewaan.

Bianca terhenyak. "Apa maksudmu dengan orang orang berbohong tentang kematian ayahmu ?" tanya Bianca hati hati.

Dengan sesegukan dan berlinang air mata, Citra menjawab, "Mereka mengatakan ayah dan saudaraku di kampung telah meninggal dunia karena tsunami waktu itu. Namun kenyataannya kematian ayah adalah karena proyek konstruksi yang gagal dan ambruk,"

Perfect Wife (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang