O8. Danger

16 3 0
                                    

(Flashback)

Entah kenapa secara tiba-tiba, Bu Widjaja meminta Agnest dan Bu Margaret, untuk meninggalkannya mengobrol berdua dengan Yohan.

Yohan yang tampak bingung, hanya bisa terdiam dan merasa canggung.

"Saya sebetulnya udah tau kamu, Mas Yohan," ucap Bu Widjaja dengan senyumnya.

"A-apa? Ibu sudah tau saya? Maksudnya tau apa ya, Bu?" tanya Yohan dengan sungkan.

"Kamu adalah anak didik Tuan Willem, sahabat saya, pemilik pabrik gula. Dia banyak cerita soal kamu," katanya.

Jadi, Bu Widjaja dan Tuan Willem adalah sahabat?

"Sahabat Ibu? Gimana Ibu bisa kenal dengan Tuan Willem?"

"Yah, ceritanya panjang. Tapi intinya, Tuan Willem itu diam-diam anggota Kelompok Pemberontak Batavia. Dia adalah orang Belanda yang selalu setia mendanai gerakan pemberontakan ini."

"Sebentar . ." Yohan berusaha mencerna, "Jadi, itu artinya Tuan Willem dan Bu Widjaja, anggota Kelompok Batavia?"

"Iya, Yohan. Kamu benar, dan setelah ada perpecahan dua kelompok yang disebabkan mendiang bapak kamu, kami berdua bergabung di Kelompok Batavia Barat."

Pantas saja, Tuan Willem adalah orang Belanda yang selalu baik hati pada pribumi, Yohan baru tau kalau Tuan Willem aslinya bergabung dengan kelompok seperti itu? Bahkan Ibu Widjaja juga?

"Kamu tau kan, kalau Belanda akan mengancam siapapun yang terlibat kelompok Batavia Barat, atau bahkan keturunannya?" tanya Bu Widjaja.

Yohan mengangguk mantap.

"Saya menutupi identitas saya rapat-rapat, masa lalu saya juga, dari anak dan suami saya sendiri. Terutama ayah Agnest, dia paling anti sama politik. Karena ayahnya gak suka kalau dia terlibat hal politik," Bu Widjaja tersenyum miris.

"Semua teman saya, Pemberontak Batavia Barat, ada di penjara itu. Termasuk Tuan Willem, yang dulu sempat di penjara dan di siksa disana."

Bu Widjaja menggenggam erat tangan Yohan, sorot matanya memberi isyarat ada sebuah harapan yang harus Yohan penuhi.

"Saya tau kamu orang yang cerdas, dan sebagai anggota militer, kamu pasti tau seberapa gentingnya berita invasi Jepang ini. Maka dari itu, saya ada satu hal yang ingin dibicarakan . . Kamu bisa bantu saya?"

"Apa, Bu? Ada yang bisa saya bantu?"

"Setiap hari saya selalu dapat ancaman pembunuhan dari pemerintah Hindia Belanda, para pemerintah sudah curiga pada saya, bahwa saya adalah anggota Batavia Barat. Ada kemungkinan . . Sebelum Jepang masuk, mereka akan bunuh semua anggota Batavia Barat, termasuk saya, maka dari itu . ." Bu Widjaja terhenti sejenak, merasakan dada yang sesak seketika.

"Nikahlah dengan Agnest, dan pergi ke luar negeri. Supaya anak saya bisa aman, bahagia."

"Ibu . ."

"Saya gak peduli, kamu anak dari Hary, mantan pemimpin Batavia Selatan. Tapi saya yakin, kamu berbeda dengan ayah kamu . . Kamu satu-satunya lelaki yang saya percaya. Saya gak mau, suami saya dan anak saya sedih kalo sewaktu-waktu melihat saya dibunuh."

"Bu . . Saya . . Saya bahkan gak yakin kalau saya masih hidup nanti."

"Saya mohon, mohon sekali," Bu Widjaja tertunduk sujud di lengan Yohan.

Yohan seperti menanggung sebuah beban berat, ia memang jatuh cinta pada Agnest, dan baru kenal. Tapi ia tak yakin, apakah ia sendiri akan hidup dan bisa menikah nanti?

Second Life | Jaehyun X Karina X JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang