Agnest dan Pak Widjaja masuk ke dalam mobil mereka, ditemani oleh Yohan yang mengawal mereka menggunakan sepeda. Yohan baru saja selesai mengunci pintu utama rumah sakit dan mengemas barang-barangnya dari ruang rawat inap.
"Ayo, Pak Widjaja, kita berangkat," kata Yohan sambil mengayuh sepeda yang ia ambil entah dari mana.
Pak Widjaja mengikuti di belakang Yohan. Sirine kota berbunyi nyaring di setiap penjuru Batavia, menambah ketegangan di udara.
"Pa, kita harus jemput Mama. Habis itu, kita pergi ke daerah kecil aja, hindari kota besar," kata Agnest.
"Iya, kita jemput Mama. Kamu jangan jauh-jauh dari Papa dan Mama, ya?"
Sesampainya di pos darurat militer, Yohan memberi tahu penjaga agar membiarkan mobil Agnest dan ayahnya lewat.
"Excuseer, laat deze auto alstublieft door."
(Permisi, tolong biarkan mobil ini lewat)"Waar gaan ze naartoe? Het hele gebied van Batavia is in noodtoestand, we weten niet zeker of er Japanners daar zijn."
(Mereka mau kemana? Seluruh area batavia sedang darurat, kami tidak yakin apakah ada jepang disana)"Ze moeten naar huis."
(Mereka harus pulang)"Maar het gebied buiten deze post is nog niet volledig gecontroleerd. Ze moeten een andere veilige route zoeken."
(Tapi area diluar perbatasan pos ini, belum sepenuhnya di cek clear. Mereka harus cari jalan lain yang sekiranya aman)Yohan kemudian mendekati jendela mobil yang dibuka oleh Agnest. "Yohan, gimana? Kita bisa keluar?" tanya Agnest.
"Sepertinya masih ada pengecekan area, apakah sekutu Jepang ada di Batavia atau tidak. Belum ada keterangan semua area sudah clear," jawab Yohan.
Situasinya membingungkan. Jika mereka keluar dari area militer, ada risiko bertemu dengan pasukan Jepang. Namun, di dalam area ini, mereka juga merasa tidak aman karena berada dekat dengan militer Belanda.
Zaman ini belum sepenuhnya canggih, dan taktik serta teknologi Jepang jauh lebih maju dibandingkan Belanda. Hal ini membuat mereka khawatir dan merasa 'kebobolan' bisa saja terjadi.
Yohan berpikir tentang Ibunya. Walaupun Bang Frans sudah memberi tahu bahwa Ibunya telah dievakuasi, ia tidak bisa tenang. Bahkan ia tak sempat bertemu untuk terakhir kali.
"Kalau aku gak bisa menyelamatkan ibuku, mungkin dengan menyelamatkan keluarga Agnest, aku bisa merasa berguna," pikir Yohan.
Jadi rencananya, Yohan akan mengantar Agnest dan keluarganya ke kota kecil yang aman, nanti kalau sudah dirasa aman, ia akan kembali ke Batavia. Walaupun ia tahu, sebagai tanggungannya, ia pasti akan dihukum secara adil militer karena tak bertugas.
Ia tahu, setelah ini pasti Yohan akan menjadi buronan militernya sendiri, karena lepas dari tanggung jawab.
Tapi ia tak peduli dengan segala hukuman apapun itu, baginya, nyawa Agnest dan keluarganya perlu diselamatkan.
Setelah memantapkan hatinya, Yohan kemudian berjalan ke sisi pintu sopir. "Pak Widjaja, biar saya yang menyetir. Kita antar kalian ke luar kota yang aman."
Pak Widjaja berpindah ke kursi sebelah, dan Agnest pindah ke kursi belakang.
"Hé! Waar ga je heen? Het leger moet op de post blijven!" teriak penjaga pos.
(Hey! Mau kemana? Militer harus berjaga di pos!)
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life | Jaehyun X Karina X Jeno
RomanceAgnest, seorang dokter yang mati tahun 1942, kembali bangkit dari kematiannya. Ia terbangun di tahun 2024, karena sebuah mesin penelitian yang dibuat oleh seorang mantan militer Hindia Belanda. Namun, ia harus bergelut antara masa lalu dan masa dep...