1O. I Like You

27 5 0
                                    

"Pa . . Mama?"

"Papa? Mama?"

Baru jam dua pagi, Yohan terbangun dari tidurnya. Ia melihat kesamping, Agnest yang sudah bercucuran keringat dingin.

"Papa mau kemana? Mama?"

Ia terus saja menyebut ayah dan ibunya, dan tidurnya terlihat gelisah.

"Nest? Kamu ngigo, ya?" Yohan berusaha untuk bangun perlahan.

Kasihan Agnest, ia pasti tak bisa tidur tenang karena terpisah dari kedua orang tuanya, sampai terbawa mimpi.

Yohan menghela nafasnya, memahami kondisi sedih Agnest yang pasti tak terbendung. Ia bangun dari ranjang, merogoh tasnya pelan tanpa membuat bising. Ia mengambil sapu tangan miliknya, dan kembali berjalan ke ranjang itu.

"Untung dia udah tidur lagi," ucap Yohan melihat Agnest yang berhenti mengigau.

Ia memandang sapu tangan ini, dan hendak mengusapnya pada keringat di wajah dan leher Agnest, tapi ia ragu-ragu, takut terlalu lancang.

"Mungkin aku taro sini aja, siapa tau dia bangun dan butuh ini," ia meletakkan sapu tangannya di samping.

Karena sudah terbangun, jadi tanggung untuk Yohan bisa tidur lagi. Melihat Agnest yang mengigau, ia jadi terpikir orang tuanya juga.

Yohan berjalan untuk mengambil buku catatan harian, dan memilih untuk keluar dari kamar itu. Ia duduk di teras penginapan, dengan pemandangan kebun teh yang gelap, suasananya sangat dingin.

"Bu, Ibu lagi apa sekarang? Ibu aman kah?" tanya Yohan pada angin lalu.

Yohan menundukkan wajahnya, menangis dalam hening, sendirian. Ia merasa gelisah tak karuan, apalagi menyangkut soal Ibu.

Bayangkan, di masa perang ini, kita terpisah dari keluarga. Yohan yang selama ini dekat dengan Ibunya, merasa kehilangan nyawa.

"Aku harus cari Ibu kemana, Bu?" Yohan semakin terisak.

Belum lagi, ia juga banyak berharap agar militer Belanda tak mencarinya. Karena jika tidak, ia tak bisa fokus menjaga Agnest.

"Hidup kerasa berat, kalo gak ada Ibu. Aku juga bukan orang sekuat itu Bu . ." Yohan kembali menangis deras.

Kini, Yohan hanya bisa menggantungkan doa pada Tuhan, apapun yang terbaik untuk Ibunya. Ia membuka buku hariannya, melihat foto Ibunya yang begitu bahagia memeluk Yohan.

"Doain aku darimana Ibu berada ya, Bu? Semoga kita bisa ketemu secepatnya," ia mengecup foto itu begitu lama, untuk melampiaskan kerinduannya pada Ibunya yang hanya lewat sebuah foto.

🍂🍂🍂

Pagi itu, matahari sudah mulai meninggi saat Agnest perlahan terbangun dari tidurnya, ia baru bisa tertidur pulas menjelang subuh.

Dengan kesadaran yang masih setengah terkumpul, ia melirik ke samping, mencari sosok Yohan di tempat tidur, tapi ternyata kosong.

"Yohan kemana, ya?" ia terbangun duduk.

Pandangan matanya tertumbuk pada selembar sapu tangan yang tergeletak di kasur. Ia tahu pasti itu milik Yohan.

"Mumpung Yohan diluar, aku mandi dan ganti baju deh," Agnest bergegas untuk mandi.

Ia merasa lebih segar sekarang, apalagi penginapan ini juga berada di tempat yang cukup tinggi, jadi airnya sangat dingin.

Second Life | Jaehyun X Karina X JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang