Menghadapi Kenyataan

52 4 0
                                    

Keesokan harinya, Oty bangun dengan perasaan yang masih bersemangat. Hari ini, dia akan menghadiri acara penghargaan untuk para pemenang lomba menulis. Dengan mengenakan gaun sederhana namun elegan, Oty merasa percaya diri. Dia ingin menunjukkan bahwa kemenangannya bukan hanya sebuah keberuntungan, tetapi hasil dari kerja keras dan dedikasinya.

Sebelum berangkat, dia melihat Dika yang sedang bermain di ruang tamu. "Dika, aku akan berangkat sebentar, ya. Jaga diri baik-baik, ya!" Oty berkata dengan penuh kasih sayang.

"Ya, Oty! Kamu pasti akan bersinar!" Dika menjawab sambil melompat-lompat, memberikan semangat pada kakaknya.

Di tempat acara, Oty merasa sedikit gugup saat melihat kerumunan orang. Beberapa penulis dan editor terkenal berkumpul, berbicara satu sama lain dengan antusias. Jantungnya berdegup kencang, tetapi dia berusaha menenangkan dirinya. Dia ingat kata-kata Lila: "Ingat, kamu layak berada di sini."

Setelah beberapa saat, acara dimulai. Oty duduk di antara peserta lain, dan saat namanya dipanggil untuk naik ke panggung, dia merasa seluruh dunia seakan terhenti sejenak. Ketika dia berdiri dan berjalan ke panggung, semua mata tertuju padanya.

"Selamat kepada Oty!" MC acara berseru, dan tepuk tangan meriah menggemuruh. Oty merasakan gelombang kebanggaan dan rasa syukur. Dia mengucapkan terima kasih kepada panitia dan teman-temannya yang telah mendukungnya.

Saat Oty menyampaikan pidato singkatnya, dia melihat ke arah Dika dan ibunya yang duduk di barisan penonton. Wajah mereka terlihat bangga, dan itu membuatnya semakin bersemangat.

"Ini adalah awal dari perjalanan yang baru bagi saya," Oty berkata. "Saya berjanji untuk terus menulis dan berbagi cerita, bukan hanya untuk diri saya sendiri, tetapi juga untuk semua orang yang percaya pada kekuatan kata-kata."

Setelah acara selesai, Oty merasa terbang di atas awan. Beberapa orang datang untuk mengucapkan selamat, dan dia bahkan mendapatkan tawaran untuk kolaborasi dari salah satu editor. Oty tidak percaya bahwa impiannya mulai terwujud. Namun, di tengah kebahagiaannya, dia merasa ada sesuatu yang mengganggu.

Sepulang dari acara, Oty merenungkan apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Dia ingin menerbitkan karyanya dan menjadikannya lebih dari sekadar sebuah cerita. Namun, tekanan dari keluarga untuk fokus pada pendidikan dan karier membuatnya merasa bingung.

Di malam hari, saat Oty duduk di kamarnya, dia membuka laptop dan mulai menulis jurnalnya. Dia mencurahkan semua perasaannya ke dalam kata-kata, tentang kebahagiaan yang dirasakannya dan kekhawatiran yang mengikutinya.

"Aku tidak tahu harus bagaimana," tulisnya. "Aku ingin mengejar impian ini, tetapi aku juga merasa tertekan dengan ekspektasi yang diberikan padaku."

Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Pesan dari Lila masuk. "Oty, selamat lagi! Kita harus merayakannya. Ada kabar baru, juga! Ada penerbit yang tertarik dengan ceritamu!"

Oty merasa jantungnya berdegup kencang. Dia langsung membalas pesan Lila. "Serius? Itu luar biasa! Tapi... aku juga bingung. Aku harus terus sekolah, kan?"

Lila membalas dengan cepat. "Tentu saja! Tapi jangan biarkan itu menghentikanmu. Kita bisa melakukannya bersamaan! Jangan ragu untuk bertanya pada orang tua. Mereka mungkin akan lebih mendukung dari yang kamu kira."

Oty merenung sejenak. Dia tahu Lila benar. Mungkin dia perlu berbicara dengan orang tuanya tentang mimpinya. Dia ingin memberi tahu mereka bahwa menulis adalah bagian penting dari hidupnya, bukan hanya sekadar hobi.

Hari berikutnya, Oty memutuskan untuk berbicara dengan ibunya. Setelah makan malam, dia mengajak ibunya duduk di ruang tamu. Dengan suara pelan, Oty mulai menjelaskan tentang tawaran penerbit yang dia terima dan bagaimana dia ingin mengejar impian menulisnya lebih serius.

"Mama, aku merasa menulis adalah bagian dari diriku. Dan sekarang ada kesempatan yang baik untukku," Oty berkata dengan tegas tetapi lembut.

Ibunya mendengarkan dengan saksama, wajahnya tampak serius. "Oty, kamu tahu kami selalu mendukungmu. Tapi kami juga ingin kamu fokus pada pendidikanmu. Itu penting untuk masa depanmu."

Oty mengangguk. "Aku mengerti, Ma. Tapi aku percaya kita bisa menemukan cara untuk melakukan keduanya. Menulis bisa menjadi bagian dari pendidikanku. Aku tidak ingin kehilangan kesempatan ini."

Ibunya memandangnya dengan lembut. "Kamu sudah dewasa, Oty. Jika itu yang kamu inginkan, kami akan mendukungmu. Tetapi ingat, pendidikan adalah prioritas utama."

Keduanya berpelukan, dan Oty merasakan kelegaan. Dia tahu bahwa dengan dukungan orang tuanya, dia bisa mengejar mimpinya sambil tetap berkomitmen pada pendidikannya. Dia bertekad untuk membuktikan bahwa dia bisa melakukan keduanya.

Malam itu, saat Oty kembali ke kamarnya, dia merasa lebih kuat. Dia tahu perjalanan ini tidak akan mudah, tetapi dia siap untuk menghadapi tantangan. Dengan semangat yang baru, dia membuka laptopnya dan mulai menulis lagi. Dia ingin menulis tentang perjalanan ini, tentang harapan, impian, dan bagaimana dia menemukan jalannya di antara semua tekanan yang ada.

Dalam setiap huruf yang ditulisnya, Oty merasakan kekuatan dan keteguhan hati. Dia tahu bahwa ini adalah langkah pertama menuju pencapaian yang lebih besar. Dengan setiap kata, dia membuktikan pada dirinya sendiri bahwa tidak ada yang tidak mungkin jika dia berusaha.

Apa ! Generasi Sandwich ! (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang