Setelah perayaan yang meriah, Oty dan Rina semakin kompak dalam menulis. Mereka tidak hanya menulis tentang pengalaman hidup masing-masing, tetapi juga mulai menjelajahi berbagai tema lainnya, seperti cinta, persahabatan, dan perjuangan. Oty merasakan semangat menulisnya semakin menggebu-gebu.
Suatu pagi, ketika Oty sedang duduk di taman sambil menulis, Rina menghampirinya dengan wajah penuh antusias. “Oty! Aku punya ide keren untuk cerita kita!”
“Apa itu?” Oty menjawab dengan rasa ingin tahu.
“Kita bisa bikin cerita tentang generasi sandwich, tentang orang-orang yang terjebak di antara kewajiban kepada orang tua dan impian mereka sendiri. Kita tunjukkan perjuangan mereka dalam menemukan keseimbangan,” kata Rina, matanya berbinar.
Oty mengangguk setuju. “Itu menarik! Kita bisa menggambarkan berbagai karakter dan konflik yang mereka hadapi.”
Mereka pun mulai brainstorming. Oty mencatat berbagai ide dan karakter yang muncul di benaknya. Dalam proses itu, dia merasa semakin terhubung dengan tema tersebut. Dia menyadari bahwa dirinya juga adalah bagian dari generasi sandwich, terjebak di antara harapan keluarganya dan impiannya sendiri.
Satu minggu kemudian, mereka mendapatkan kesempatan untuk membaca cuplikan cerita mereka di sebuah acara sastra lokal. Oty merasa gugup, tetapi Rina membangkitkan semangatnya. “Ingat, kita bukan hanya membagikan cerita kita, tetapi juga berbagi perasaan yang bisa dirasakan banyak orang.”
Ketika giliran mereka tiba, Oty berdiri di depan audiens, merasakan detak jantungnya yang berdengung. Dia melihat wajah-wajah familiar, termasuk ayahnya yang datang untuk mendukungnya. Oty merasa sedikit lebih tenang.
Rina mulai membaca cuplikan pertama, dan Oty mendengar kata-kata mereka mengalir dengan indah. Rina berbicara tentang karakter yang harus menghadapi tekanan dari orang tuanya, sementara hatinya berjuang untuk mengikuti impian dan passion-nya sendiri. Ketika Rina selesai, Oty melanjutkan dengan bagian yang sudah mereka rencanakan.
Saat Oty membaca, dia merasakan emosi mengalir dalam setiap kata. Dia mengingat semua perjuangan dan rasa sakit yang telah dia lalui. Setiap kalimat yang diucapkannya membangkitkan perasaan haru dari pendengar. Dia bisa melihat beberapa wajah di antara penonton mengangguk, dan beberapa bahkan terlihat terharu.
Ketika mereka selesai, tepuk tangan bergemuruh memenuhi ruangan. Oty dan Rina saling bertukar pandang, mata mereka bersinar dengan kebahagiaan. Mereka merasa bahwa mereka telah berhasil menyampaikan pesan penting dan menyentuh hati banyak orang.
Setelah acara, Oty dihampiri seorang wanita paruh baya. “Cerita kalian sangat menyentuh. Saya juga merasakan tekanan sebagai seorang ibu untuk menginginkan yang terbaik bagi anak saya, tetapi saya juga ingin anak saya bahagia dengan pilihannya.”
Oty tersenyum. “Terima kasih, Ibu. Kami ingin menunjukkan bahwa penting untuk menemukan keseimbangan antara harapan orang tua dan impian pribadi.”
Wanita itu mengangguk. “Saya akan menceritakan ini kepada anak saya. Mungkin dia bisa mendapatkan inspirasi dari cerita kalian.”
Obrolan itu memberi Oty semangat lebih. Dia merasa bahwa tulisannya bisa memberikan dampak positif bagi orang lain. Dia menyadari bahwa berbagi cerita adalah cara terbaik untuk menghubungkan pengalaman manusia.
Sementara itu, Rina terus menerima pujian dari orang-orang yang mengagumi karyanya. Namun, di balik senyuman Rina, Oty bisa melihat sedikit keraguan. Rina masih berjuang dengan rasa tidak percaya dirinya.
“Oty, apa kamu yakin orang-orang ini benar-benar menyukai cerita kita?” tanya Rina saat mereka sedang berbincang di café setelah acara.
“Rina, serius deh, mereka sangat terhubung dengan apa yang kita tulis. Kita memberi suara untuk perasaan yang mungkin banyak orang alami tapi tidak bisa ungkapkan,” Oty menjawab, berusaha meyakinkan sahabatnya.
Rina menarik napas dalam-dalam. “Aku hanya ingin cerita ini bisa memberi inspirasi dan harapan bagi orang lain. Tapi kadang aku merasa, apakah aku cukup baik untuk melakukan ini?”
“Oke, dengerin aku. Tidak ada yang sempurna. Semua orang punya kekurangan. Yang terpenting adalah kejujuran dan keberanian kita untuk berbagi cerita,” Oty berkata tegas. “Dan kamu sudah melakukan itu. Kamu sudah berjuang untuk bangkit dari keterpurukan. Itu jauh lebih berharga.”
Mendengar kata-kata Oty, Rina tersenyum tipis. “Makasih, Oty. Kamu selalu tahu cara membangkitkan semangatku.”
Mereka melanjutkan perbincangan sambil menyesap kopi hangat, merencanakan langkah selanjutnya untuk proyek menulis mereka. Oty merasa bahwa meskipun mereka masih menghadapi banyak tantangan, mereka akan saling mendukung dan tumbuh bersama.
Malam itu, Oty pulang dengan perasaan puas. Dia tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang, tetapi dengan semangat baru dan dukungan dari Rina, dia yakin bisa melewati segala rintangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa ! Generasi Sandwich ! (Revisi)
Teen FictionBagaimana jadinya jika seorang gadis berusia 22 tahun menghadapi likunya era Generasi Sandwich di tengah-tengah jaman yang masih menganut sistem kepercayaan tradisi dan jaman digital modernlisasi? Yok ikuti terus kisah Oty gadis yang berjuang demi m...